Kalimat itu sering sekali ane dengar dari setiap orang yang kuajak berdiskusi tentang jodoh atau proses ta'aruf atau apalah namanya itu. Jika yang kuajak bicara adalah orang yang sudah menikah, dia pasti mengatakan kalimat pendek itu dengan senyum manis bin amis dan penuh keteduhan seakan ngejek bahwa aku belon juga kawin-kawin (sakno2). dan bertolak belakang Kalau yang kuajak bicara adalah lajang'ers bin (medhak'ers), mereka biasa mengatakannya dengan mesem-mesem penuh harap, mungkin membayangkan pertemuan mereka dengan belahan jiwa seperti kisah Menabrak jodoh yang kutulis beberapa minggu lalu trus melalang buana ngayal bak Roman picisan...waduhhh, kalau uda kayak gitu langsung kusulut dengan rokok tangannya, (hidup kok ngelamun ae yo yo..)
Namun, kali ini ane ingin berkata lain. Bukan bermaksud membalikkan konvensi, hanya ingin berpikir dari sudut pandang yang berbeda tentang pencarian ini 'tulang rusuk' ini.
Ane hanya ingin berkaca pada kisah Ismail AS, putra Ibrahim AS yang sangat dicintai. Kehadirannya membuat Ibrahim AS harus menempuh kisah berliku dalam pernikahannya dengan Sarah. Sarah adalah istri pertama yang dinikahi oleh Ibrahim AS. Karena tak kunjung melahirkan anak, akhirnya Sarah mengikhlaskan suaminya untuk menikah lagi (poligami) dengan Hajar. Mudahkah apa yang dilakukan oleh Sarah ? Menurut ane Sarah adalah wanita seperti halnya wanita lain seperti yang pernah ane tulis (klik disini). Ia memiliki hati dan rasa posesif yang sama dengan wanita-wanita lain. Namun, ketinggian imannya dan kebesaran cintanya kepada suami dan masa depan generasinya, Sarah mengikhlaskan suaminya menikah dengan Hajar.
Hajar adalah hamba sahaya (budak) yang dimiliki keluarga Sarah dan Ibrahim AS. Rasional sekali bunda yang satu ini, ia memilihkan Hajar yang hanya seorang hamba sahaya untuk menjadi istri kedua (poligami). Mungkin agar perhatian suaminya tidak sepenuhnya menghilang. Sarah tidak lantas memilih wanita lain yang sama-sama perempuan merdeka. Ya, pilihan Sarah memang tepat nan mantap. Hajar adalah hamba sahaya yang shalihah dan baik akhlaknya budinya. Tidak hanya pemikiran wanitanya yang membuat Sarah memilih Hajar. Ia juga mempertimbangkan ahlak generasinya kelak. Setelah menikah, Ibrahim AS dan Hajar dikaruniai Ismail AS, putra pertama yang sangat dicintainya. Ismail AS adalah awal mula keturunan Muhammad SAW ( garis nasab).
Setelah keputusan besar yang ia ambil, Allah memberikan kesempatan kepada Sarah untuk melahirkan generasi, Ishak AS namanya. Ishak AS adalah awal keturunan Ya'kub AS dan lahirlah dua belas suku Yahudi yang salah satu anaknya bernama Yusuf AS kelak menjadi awal dari garis keturunan Daud AS, Sulaiman AS, hingga Isa AS.
Hmm.. big deal yang luar biasa yang diambil oleh seorang perempuan bernama Sarah ini sob, bayangin aja dari keputusan rela di poligami menjadikan cikal - bakal agama-agama samawi yang eksis di dunia hingga saat ini, bahkan hingga akhir nanti.
Bagi ane, kelahiran Ismail AS adalah 'jodoh' bagi Ibrahim AS, Hajar, Sarah, bahkan umat Islam sampai saat ini. Apakah kisah kelahiran Ismail AS mudah ?
Tentu tidak ! Teramat berat Sarah mengambil keputusan itu. Begitu pula Ibrahim AS, sebagai seorang lelaki shaleh tentu ia tidak serta merta menikahi Hajar. Ane yakin ada musyawarah di sana, baik musyawarah (khablu minannas) mereka maupun musyawarah (khabblu minallah) dengan Allah.
___elmishbakh___
Kisah lain yang membuat ane belajar adalah kehadiran Yahya AS. Yahya adalah putra Zakariya As, seorang lekaki mandul yang belum dikaruniai putra sampai usianya 90 tahun. Sebelum Yahya AS lahir, Zakariya diberi tanggung jawab membesarkan Maryam.
Ya, lagi-lagi kisah ini menjadi cikal bakal kelahiran Isa AS sebagai pembawa agama Nasrani. Tidak mudah membesarkan seorang anak perempuan, apalagi dihadapkan dengan kondisi ketika Maryam hamil dan melahirkan Isa AS tanpa ayah. Kekuatan keimanan dan kekuatan mental (milyaran kali lipat dari) baja yang harus dimiliki oleh Zakariya. Lagi-lagi pertemuan Zakariya AS dengan Maryam adalah jodoh. Kelahiran Isa AS pun adalah jodoh bagi bani Israil.
Setelah kekuatan mental itu, Zakariya AS dikaruniai putra bernama Yahya AS. Kisahnya pun amat penuh perjuangan dan kepasrahan.
"Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: 'Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaryia, sedang ia tengah berdiri melakukan solat di mihrab (katanya): 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang soleh." (QS. Ali 'Imran: 38-39)
pada suatu hari Zakariya bermunajat dalam hening waktu di sebuah mighrab. Tapi kali ini, Zakaryia benar-benar berharap dan meminta kepada Allah. Maka dengan lemah lembut dan khidmat, dia memanjatkan doa, “Ya, Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali `Imron : 38)
Usai berdoa, tiba-tiba mighrab tempat Zakariya berdoa dipenuhi dengan cahaya. Allah mendengar doa Zakariya, doa seorang nabi yang tak pernah kecewa dalam berdoa dan menjawab, lewat perantara malaikat Jibril-- doa Zakariya, “Sesungguhnya Allah menggemberikan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu) dan seorang Nabi dari keturunan orang-orang saleh.
(QS.Ali `Imron: 39).
Zakariya berharap memiliki anak yang baik, seorang anak lelaki seperti Maryam yang memiliki kesucian, kejujuran dan keimanan. Dan harapan nabi Zakariya itu sudah mendapat jawaban. Tapi, Zakariya masih diliputi sejuta rasa heran. Maka, ia bertanya untuk meneguhkan setangkup dari rasa yakin yang ada di dada, “Bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?”
Malaikat menjawab, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”
(QS. Ali Imron: 40).
Zakariya bertanya lagi, “Bagaimana aku akan mengetahui Allah telah memberiku Yahya?” Malaikat kemudian menjawab, “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata kepada manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbih di waktu petang dan pagi hari (QS. Ali Imron: 41).
Ya, Zakariya harus mengambil tanggung jawab mendidik Maryam dan menjadi selama 3 hari untuk dijodohkan dengan Yahya AS. Menurutku ini bukan perkara mudah. Perlu ada perjuangan di dalamnya. Bahkan ketidak mungkinan pun menjadi mungkin ketika Zakariya AS mencapai kualifikasi Allah sebagai lelaki yang layak dikaruniai anak dan di'jodoh'kan dengan Yahya AS.
_______
Kisah lain pertemuan antara Adam AS dan Hawa di bumi ini. Awalnya Adam AS satu-satunya manusia di Surga. Dia sendirian saudara-saudara (enak nggak sendirian walau di surga)?
Lalu Allah menciptakan Hawa untuk menemaninya. Pertemuan mereka di surga pun dijalani dengan tak mudah.
Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini kerana (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim,”(Al-A’raaf: 19).
Seperti yang kita ketahui bro, godaan setan membuat mereka mendekati pohon itu dan akhirnya mereka harus meninggalkan surga dan turun ke bumi. Mungkin Adam AS sempat berkata "Damn! It's Bad!" Karena mengakui kesalahannya, Adam AS pun bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, tapi tetep aja bro harus keluar dari surga nggak seperti pejabat kita ini bro, bener nggak ?
“Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati,"
(QS.Al-Baqarah: 38).
Adam dan Hawa pun dijodohkan oleh Allah dan menjadi cikal bakal kehidupan manusia di dunia ini. Menurutku perjalanan mereka tentu tidak mudah bayangin aja 350 tahun Adam nyari Hawa, uda gitu di tambah lagi SMS nggak pernah TELPON nggak pernah ( telpon dari hongkong apa ?) uda gitu taksi, kapal pesawat belon ada, GPS apalagi, bayangin aja bro betapa menderitanya 'bapak' kita untuk nyari 'emak' kita dulu, tapi kita nggak bersyukur bro atas perjuangan mereka.
_____________
Arrrggh! Ini adalah simpulan menurut ane dan dari perspektif ane sendiri sendiri masalah Yen wes jodoh'e, bakal tinemu dalane. Lagi-lagi ane tidak menggunakan tinjauan agama, hadits, apalagi tafsir secara total ( baca : penyederhanaan). Ane hanya menggunakan pemikiran manusiawi ane. Jikapun ada ayat, ini adalah referensi paling jelas yang menggambarkan kisah-kisah nabi tadi. Menurut ane pribadi, jodoh itu tidak selamanya mudah, ada perjuangan yang harus dibayar untuk bertemu dengannya. Selain perjuangan mendekatkan diri dengan Allah, juga perjuangan memantaskan diri untuk bertemu dengan jodoh kita, apapun dan siapapun dia..dan yang penting dari itu semua adalah usaha secara istiqomah untuk TINEMU , bukan hanya duduk manis sambil tangan didagu dan ngelamun yang nggak-nggak. Bukankah Tuhan itu nggak akan ngerubah nasib suatu kaum jika kaum itu enggan untuk merubahnya..( tuing-tuing !!)
Termasuk pada perkara pasangan hidup, jika pun harus ada perjuangan keras, bukan berarti dia lantas tidak menjadi jodoh kita kan ?. Kadang ada yang bilang, "mungkin bukan jodoh, makanya dipersulit."
Menurut ane itu pemikiran katrok bin ndeso sob, Hanya orang yang pasrah dan nggak bermental pejuang aja yang bilang kayak begitu..jika kamu merasa pas dan pantas dapatkan jodohmu, kejar sob, ora usa kalah bin nyerah..tapi ingat, jika uda totalitas baru ente pasrah...karena FAYAKUN itu selalu di awali KUN, begitu juga dengan QODAR itu selalu diawali dengan QADHA.. so..???
Kalau jodoh pasti dimudahkan itu emang sih tapi juga prematur bagi ane tetep ikhtiar dan ikhtiar baru tawakkal (nggak ada yang instant lebih tepatnya), sesulit apapun prosesnya, diri dan hati ini merasa lapang dan kuat untuk menjalaninya. Hmm,, sesulit apapun prosesnya, hati kita menerimanya dengan mudah...ini yang bener, apapun hasilnya esok hari yang penting usaha dulu dengan gagah berani, seperti usaha Hajar untuk menemukan mata air zam-zam.
Aku sepakat sama sobat elmisbakh:
Cinta yang abadi kukira bukanlah sesuatu yang ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus-menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetap menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terus-menerus menimbulkan tanda tanya: Cintakah kau padaku? Cintakah kau padaku ? ikhlaskah kau dengan kekuranganku, sudikah kau seperti para istri nabiku ?
Nb :Buat sobat-sobat yang sedang baca postingan ane kali ini, jangan telan bulat-bulat tulisanku yah.. ini hanya "penjabaran pemaknaan judul postingan ini" biar kita nggak salah kaprah menilai stiap kegagalan pencarian jodoh..so, SEMANGAT !!
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar