Tulang rusuk |
Menurut ayat Kawniyah jumlah tulang rusuk laki-laki yang sebelah kanan sama banyak dengan jumlah yang sebelah kiri. Apabila Siti Hawa dijadikan dari salah satu tulang rusuk Adam, maka tentu ada satu tulang rusuk Adam yang berkurang di sebelah kanan atau sebelah kiri, yang akan menurun menjadi warisan anak cucu Adam.
Jadi setelah diuji coba dengan ayat Kawniyah, maka gugurlah pendapat yang menyatakan, perempuan berasal dari tulang rusuk.
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda :
– Qa-la rasu-luLlahi shallLa-hu ‘alayhi wasallam Ishtawshu- bin nisa-i khayran , fainnal mar.ata khuliqat min dhal’in , wain a’waju ma- fil dhil’i a’la-hu , fain dzhabat taqiymuhu kasratuhu , wain taraktuhu lam yazil a’waju , fashtawshu- bin nisa-i (HR.bukhari Muslim),
“berwasiatlah/nasihatilah kepada perempuan-perempuan kalian dengan kebaikan, sebab mereka diciptakan bersifat seperti tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika kalian memaksa/berkeras untuk meluruskannya, niscaya ia akan patah. Namun jika kalian biarkan, mereka akan senantiasa bengkok, maka berwasiatlah/nasihatilah dengan kebaikan kepada perempuan-perempuan.” (H.R. Bukhari&Muslim).
Dalil di atas, semakin mempertegas bahwa perempuan itu 'bersifat seperti tulang rusuk', dan bukan berasal dari tulang rusuk.
Syaikh Muhammad Abduh di dalam pelajaran tafsirnya, yang dicatat oleh muridnya Sayid Muhammad Rasyid Ridha pada tafsirnya al-Manar, menyatakan pula pendapat bahwa Hadis mengatakan perempuan terjadi dari tulang rusuk itu, bukanlah benar-banar tulang rusuk, melainkan suatu kias perumpamaan belaka, sebagai ada juga contoh demikian di dalam QS. Al-Anbiya’ (21) ayat 27, yang berbunyi : ” Telah dijadikan manusia itu dari sifat terburu-buru ” (Tafsir Al Azhar, Juzu I, halaman 170).
Dengan memperhatikan, QS. An Nisa’ (4) ayat 1, yang berbunyi :
– Ya-ayyuha nNa-su Ittaquw Rabbakumu Lladziy Khalaqakum min Nafsin Wa-hidatin wa Khalaqa minha- Zawjaha- wa Batstsa minhuma- Rija-lan Katsiyran wa Nisa-an,
Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Maha Pengaturmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya menciptakan jodohnya dan dari pada keduanya memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Manusia terdiri atas tiga tataran, jasmani, nafsani dan ruhani. Yang dimaksud dengan “Nafs(un)” dalam ayat (4:1) adalah tataran nafsani dari Adam, yaitu “diri” atau “jiwa” Adam. Sehingga Siti Hawa yang diciptakan “min Nafsin Wahidatin” itu adalah majazi (metaforis). Artinya Siti Hawa itu adalah 'belahan jiwa' dari jiwa Adam. Artinya suami isteri itu seyogyanya merupakan satu jiwa (saling melengkapi).
Sementara buya HAMKA, ketika menafsirkan ayat yang berbunyi ”… yang telah menjadikan kamu dari satu diri… (QS.4:1)”, menulis :
“… seluruh manusia itu, laki-laki dan perempuan, di benua manapun mereka berdiam, dan betapapun warna kulitnya, namun mereka adalah diri yang satu. Sama-sama berakal, sama-sama menginginkan yang baik dan tidak meyukai yang buruk. Sama-sama suka kepada yang elok dan tidak suka kepada yang jelek. Oleh karena itu hendaknya dipandang orang lain itu sebagai diri kita sendiri juga. Dan meskipun ada manusia yang masyarakatnya telah amat maju dan ada pula yang masih sangat terbelakang, bukanlah berarti bahwa mereka tidak satu… “ (Tafsir Al Azhar, Juzu IV, halaman 220-221)
Dengan demikian, semakin jelaslah, bahwa sesungguhnya perempuan itu ibarat tulang rusuk, dan bukan diciptakan dari tulang rusuk. Hal ini juga bermakna Hawa bukan berasal dari Tulang Rusuk Adam..Wallahua'lam..
Sumber: Olahan dari beberapa sumber
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar