Moonerarea- Wanita sering digambarkan sebagai sekuntum bunga. Indah, cantik, beraneka warna, membuat indah dimana ia berada, dan menyenangkan bagi siapapun yang melihatnya. Tak jarang orang menjadikan bunga tidak hanya sebagai hiasan namun juga untuk penggunaan yang lainnya, seperti terapi.
Ada kebanggan tersendiri bagi kaum wanita bila dirinya diidentikkan dengan sekuntum bunga. Terasa romantis dan membuat perasaan melambung tinggi ketika mendengarnya. Seperti tertera dalam puisi-puisi tempo dulu yang sarat dengan perumpamaan.
Dewasa ini mungkin sudah bukan zamannya lagi bagi seorang wanita mudah terbuai ketika dirinya disanjung bagaikan bunga. Kaum wanita semakin kritis pemikirannya, tidak semua bunga memberi arti keindahan. Sejalan dengan pemahaman permukaan bulan itu tidak rata, berbatu-batu, penuh dengan lekukan seperti kawah, maka seorang wanita cantik tidak mau diibaratkan bak bulan purnama. Karena berarti wajahnya penuh bopeng bekas jerawat, tidak mulus.
Ada bunga yang tampak indah bentuk namun mengeluarkan bau busuk yang menusuk hidung seperti bunga bangkai misalnya. Rasanya tidak akan ada wanita yang mau dirinya diibaratkan sekuntum bunga bangkai meskipun mempunyai nama yang indah, Rafflesia Arnoldi. Jadi sekarang mulai pilih-pilih, wanita diibaratkan bunga apa dulu, baru dia merasa senang.
Seandainya boleh menawarkan dan memilihkan untuk kaum wanita, pilihlah bunga melati. Bukan karena terkenal menjadi lambang kesucian, atau sebagai ciri khas bangsa kita, atau karena baunya yang harum mewangi. Namun bunga melati ini membumi, dikenal hampir di seluruh pelosok negeri yang ada di bumi ini, disenangi wanginya tanpa ada yang merasa bosan.
Harumnya yang khas mempesona manusia yang ada di bumi ini. Meskipun sudah berubah wujud namun tetap orang mengenal jati dirinya sebagai bunga melati. Sebotol parfum atau segelas teh rasa melati atau jasmine dengan mudah dikenali, karena ada ciri khasnya. Bahkan dewasa ini minyak esensial melati dijadikan salah satu bahan terapi.
Subhanallaah... Seandainya kaum wanita khususnya kaum Muslimah seperti bunga melati ini. Kehadirannya menyegarkan suasana dengan keharuman yang terpancar dari akhlaknya, bukan sekadar dari tetesan parfum yang menempel di tubuhnya. Walaupun kecil, bunga melati mampu memberi arti untuk orang banyak. Kaum Muslimah walaupun dengan keterbatasan gerak, namun mampu menembus peradaban dengan tunduk patuhnya pada aturan Allah. Kelemah lembutannya menjadi modal utama untuk mendidik dan membentuk generasi baru yang akan meneruskan peradaban umat manusia, generasi Rabbani.
Keberadaan Muslimah mampu menjadi penyejuk, terapi bagi jiwa-jiwa yang memerlukan, khususnya bagi keluarganya. Kemajuan zaman dengan segala bentuk teknologi canggih tidak menjadi penghalang bagi Muslimah untuk mempertahankan jati dirinya. Menundukkan pandangan dan hijab yang melindungi diri menjadi ciri khasnya. Kemana pun dan dimana pun Muslimah berada, orang akan mudah mengenalinya. Bukan karena ia keturunan orang penting atau terpandang, cantik atau berharta melimpah, namun karena ketawadhuan dan kemuliaan akhlaknya serta kecerdasan akal fikirannya.
Mungkinkah semua itu? Sesungguhnya segala sesuatu yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia. Sepintas mungilnya bentuk bunga melati tidak begitu berarti, namun setelah diteliti ternyata kehadirannya mampu mengalahkan bunga-bunga lain yang jauh lebih besar dan indah rupanya. Allah sengaja menciptakan demikian agar kita mampu untuk terus menggali ilmu dan hikmah dibalik penciptaanNya.
Sudah saatnya kaum wanita, khususnya Muslimah, untuk bangkit! Tidak menjadikan lebarnya kerudung sebagai penghambat untuk berkarya atau alasan takut terdedah (terbuka, red) hijabnya. Allah menciptakan aturan untuk kebahagiaan hambaNya, bukan untuk mempersulit.
Dewasa ini kaum Muslimah sudah mulai memperlihatkan cirinya dengan berkerudung. Hampir di berbagai pelosok daerah bahkan di luar negeri, ada Muslimah yang tetap istiqamah dengan kerudungnya. Namun semua itu belum cukup, belum semua mampu menebarkan bau harumnya seperti melati. Bahkan terkadang ibarat bunga melati plastik, indah rupa namun tidak ada ruhnya. Hanya sekedar pajangan dan bila sudah berubah warna karena debu atau kotoran, dibuang begitu saja.
Ilmu dan wawasan yang luas mutlak diperlukan agar kita tidak terlindas oleh kemajuan zaman dan bertambah kompleksnya masalah. Kaum Muslimah jangan segan-segan untuk menuntut ilmu seluas-luasnya. Selagi ada kesempatan terus berusaha untuk meng-upgrade diri. Mengadakan perubahan-perubahan ke arah kebaikan, menjadi Muslimah shalehah yang diharapkanNya.
“Barang siapa menempuh jalan guna mencari Ilmu, maka Alloh memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim )
Kerukunan dan kekompakkan antar Muslimah akan membawa suasana baru bagi lingkungan sekitar. Kompak bukan dalam hal bergosip ria namun kompak berbagi ilmu dan wawasan.
Keharuman bunga melati kurang memberi arti kalau hanya sekuntum saja. Akan kalah terlindas oleh bunga lainnya yang jauh lebih besar dan indah. Begitu pun dengan seorang Muslimah, akan lebih banyak membawa arti bila berada dalam satu kesatuan yang kompak. Bukankah melati akan tampak lebih indah bila berada dalam suatu rangkaian? Lebih tampak indah dan anggun, dan yang pasti lebih semerbak harumnya.
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia.” (HR at-Tirmidzi dan Ath-Thabrani)
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar