"Allah-lah yang Menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia Menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia Menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.” (QS.Ar-Rum:54)
"Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (Al-Hujurat 13)
Manusia diciptakan Allah di antara dua sifat, yaitu antara kelemahan dan kemuliaan. Kita harus menyadari bahwa kita diciptakan dengan segala keterbatasan baik fisik maupun pikiran. Sementara kita juga diberikan kemuliaan dengan berbagai kelebihan dibandingkan makhluq lainnya. Kelemahan dan kemuliaan ini diberikan bersamaan kepada diri manusia oleh Allah. Untuk apa?
Lemahnya kita
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa:28)
Apa bukti jika manusia itu makhluk yang sangat lemah? Ali bin Abi tholib r.a. pernah berkata,
“Kasihan sekali manusia.
Ia tak mengetahui kapan ajal tiba.
Tubuhnya adalah tempat penyakit.
Segala perbuatannya selalu dicatat.
Kutu kecil pun bisa menyakitinya.
Ia bisa mati hanya dengan tersedak.
Dan baunya busuk hanya karena keringat.”
Inilah bukti bahwa Allah berkuasa bebas kepada manusia, Diberikan kelemahan agar kita lebih waspada dalam bertindak, tidak takabur, dan selalu merasa memerlukan pertolongan Allah dalam kehidupannya. Memang, manusia diberikan berbagai kemulian dan potensi yang dahsyat untuk menundukan alam, tetapi dengan adanya kelemahan pada diri kita, ini akan menyadarkan bahwa kita memerlukan Allahﷻ Dzat Maha segala.
Inilah yang membuat kita harus waspada, sehingga memerlukan petunjuk dalam berjalan. Kita memerlukan petunjuk dari Allah agar jalan yang kita tempuh berada dalam jalan yang benar, sesuai dengan fitrahnya.
Bayangkan jika kita mengendarai mobil, jika kita merasa mobil yang kita kendarai “sempurna” dan “anti kecelakaan” maka kita akan menjalankan mobil dengan seenaknya atau sembarangan. Tetapi saat kita sadar bahwa masih banyak kelemahan dalam mobil kita, kita akan mengendarai mobil dengan hati-hati.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS.AlAhzab:72)
Selain lemah, manusia juga ternyata zalim dan amat bodoh. Kita harus menyadarinya sehingga kita tetap meminta petunjuk dari Allah dalam menjalani hidup kita. Jangan pernah lepas dari petunjuk, jangan penah lepas dari Al Quran dan Hadits karena kita membutuhkan, karena kita zalim dan bodoh.
Bagaimana pun kita ini adalah umat fakir, yaitu membutuhkan Allah dalam kehidupan kita. Sayang sekali banyak manusia yang lupa, mereka hanya mengandalkan pikiran dan tenaga saja dalam meraih sesuatu, padahal kita adalah mahkluq yang fakir, seperti firman Allah:
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.“ (QS.Faathir:15)
Kemulyaan kita
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS.Al Israa’:70)
Dimulai dari ditiupkan ruh dengan berbagai prosesnya bahkan sangat-sangat istimewa dibanding dengan penciptaan malaikat, karena kita melewati fase sunnatullah sedang malaikat 'cuma' kun fayakun.
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS.As Sajdah:9)
Di'hibah'kan keistimewaan pada kita Serta Alam diperuntukan untuk manusia
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS.Al Jaatsiyah:12)
Dengan kelebihan-kelebihan ini, kita tidak ada lagi alasan untuk tidak percaya diri dalam menjalan berbagai tugas yang diberikan Allah ﷻ kepada kita. Tugas yang diberikan kepada kita, ternyata sudah dilengkapi dengan bekal yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Kita memiliki kelebihan dibanding makhluq lain, akan memotivasi kita untuk hidup lebih baik dari makhluq lain. Hidup yang tidak hanya mengejar keperluan perut dan dibawah perut saja, tetapi lebih dari itu. Sebab yang demikian, binatang pun bisa. Sementara dalam menjalani hidup kita masih memerlukan pertolongan Allah karena kita lemah, zalim, dan bodoh. Itulah umat Islam, umat pertengahan atau bisa dikatakan hidup dalam keseimbangan.
*****
Akhirul paragraf, lagi-lagi ane ingin share (Terutama untuk diri sendiri), marilah kita merenungi kembali tujuan dititahkan qur'an kepada kita, mari kita tadabburi sejenak ayat-ayat berikut ini di surah kesukaan ane,
الرَّحْمَنُ -١- عَلَّمَ الْقُرْآنَ -٢- خَلَقَ الْإِنسَانَ -٣-
(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah Mengajarkan al-Quran. Dia Menciptakan manusia, ;Ar-Rahman 1-3)
Dalam Surat ini ane sedikit temukan hal yang aneh (dengan keterbatasan ilmu ane), Kenapa Allah mendahulukan “mengajarkan Al-Qur’an” sebelum “menciptakan manusia”?
Dalam Surat ini, Allah seakan ingin mengisyaratkan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengikuti Al-Qur’an. Jika kita tidak berpegang pada Al-Qur’an, maka tak layak lagi disebut manusia (maybe),
Allahu musta'an
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar