Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
29.4.17 | Sabtu, April 29, 2017 | 0 Comments

KHALIFAH GILA

 

Alkisah,..Memang betul ya, Khalifah Umar bin Khattab telah berubah ingatan. Banyak yang melihatnya dengan mata kepala sendiri. Barangkali karena Umar di masa mudanya sarat dengan dosa, seperti merampok, mabuk-mabukkan, malah suka mengamuk tanpa berperi kemanusiaan, sampai orang tidak bersalah banyak yang menjadi korban. Itulah yang mungkin telahmenyiksa batinnya sehingga ia ditimpa penyakit jiwa.

Dulu Umar sering menangis sendirian sesudah selesai menunaikan shalat. Dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, juga sendirian. Tidak ada orang lain yang membuatnya tertawa. Bukankah hal itu merupakan isyarat yang jelas bahwa Umar bin Khattab sudah gila ?


 Abdurrahman bin Auf, sebagai salah seorang sahabat Umar yang paling akrab,merasa tersinggung dan sangat murung mendengar tuduhan itu. Apalagi, hampir semua rakyat Madinah telah sepakat menganggap Umar betul-betul sinting. Dan ,sudah tentu orang sinting tidak layak lagi memimpin umat atau negara.
Yang lebih mengejutkan rakyat, pada waktu melakukan salat Jum’at yang lalu, ketika sedang berada di mimbar untuk membacakan khotbahnya, sekonyong-konyong Umar berseru, “Hai sariah (pasukan berjumlah kecil antara 10-100), hai tentaraku. Bukit itu, bukit itu, bukit itu!”



Jemaah pun geger. Sebab ucapan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isi khotbah yang disampaikan. “Wah, khalifah kita benar-benar sudah gila,” gumam rakyat Madinah yang menjadi makmum shalat Jum'at hari itu.

Tetapi Abdurrahman tidak mau bertindak gegabah, ia harus tahu betul, apa sebabnya Umar berbuat begitu. Maka didatanginya Umar, dan ditanyainya,”Wahai Amirul Mukminin. Mengapa engkau berseru-seru di sela-sela khotbah engkau seraya pandangan engkau menatap kejauhan?” 

Umar dengan tenang menjelaskan, “Begini, sahabatku. Beberapa pekan yang lewat aku mengirimkan Suriah,pasukan tentara yang tidak kupimpin langsung, untuk membasmi kaum pengacau. Tatkala aku sedang berkhotbah, kulihat pasukan itu dikepung musuh dari segala penjuru. Kulihat pula satu-satunya benteng untuk mempertahankan diri adalah sebuah bukit dibelakang mereka. Maka aku berseru: bukit itu,bukit itu, bukit itu!” 

Setengah tidak percaya, Abdurrahman mengerutkan keningnya. “Lalu, mengapa engkau dulu sering menangis dan tertawa sendirian selesai melaksanakan salat fardhu?” tanya Abdurrahman pula. 

Umar menjawab, “Aku menangis kalau teringat kebiadabanku sebelum Islam. Aku pernah menguburkan anak perempuanku hidup-hidup. Dan aku tertawa jika teringat akan kebodohanku. Kubikin patung dari tepung gandum, dan kusembah-sembah seperti Tuhan.” 

Abdurrahman lantas undur diri dari hadapan Khalifah Umar. Ia belum bisa menilai, sejauh mana kebenaran ucapan Umar tadi. Ataukah hal itu justru lebih membuktikan ketidak warasannya sehingga jawabannya pun kacau balau ? Masak ia dapat melihat pasukannya yang terpisah amat jauh dari masjid tempatnya berkhotbah ?

 Akhirnya, bukti itupun datang tanpa dimintanya. Yaitu manakala Sariah yang kirimkan Umar tersebut telah kembali ke Madinah. Wajah mereka berbinar-binar meskipun nyata sekali tanda-tanda kelelahan dan bekas-bekas luka yang diderita mereka. Mereka datang membawa kemenangan. 

Komandan pasukan itu, pada hari berikutnya, bercerita kepada masyarakat Madinah tentang dasyatnya peperangan yang dialami mereka. “Kami dikepung oleh tentara musuh, tanpa harapan akan dapat meloloskan diri dengan selamat. Lawan secara beringas menghantam kami dari berbagai jurusan. Kami sudah luluh lantak. Kekuatan kami nyaris terkuras habis. Sampai tibalah saat salat Jumat yang seharusnya kami kerjakan. Persis kala itu, kami mendengar sebuah seruan gaib yang tajam dan tegas: “Bukit itu, bukit itu, bukit itu!” Tiga kali seruan tersebut diulang-diulang sehingga kami tahu maksudnya. Serta-merta kami pun mundur ke lereng bukit. Dan kami jadikan bukit itu sebagai pelindung di bagian belakang. Dengan demikian kami dapat menghadapi serangn tentara lawan dari satu arah, yakni dari depan. Itulah awal kejayaan kami.” 

Abdurrahman mengangguk-anggukkan kepala dengan takjub. Begitu pula masyarakat madinah yang tadinya menuduh Umar telah berubah ingatan. Abdurrahman kemudian berkata, 

“Biarlah Umar dengan kelakuannya yang terkadang menyalahi adat. Sebab ia dapat melihat sesuatu yang 'indera' kita tidak mampu melacaknya”

Di antara umat sebelum kamu ada orang-orang yg muhaddats (mendapat ilham), jika orang tersebut ada pada umatku, pasti dia adalah Umar.” (HR. Bukhari)


                              ****

Dari kisah diatas kita sebagai orang awwam harusnya bisa memahami maksud hadits:

“Seandainya ada nabi setelahku maka ia adalah Umar bin Khattab.” (HR.Tirmidzi) 
"Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar.”(HR. Tirmidzi)
”Wahai Ibnu Khathab, demi Dzat Yang jiwaku ada di TanganNya, sekali-sekali syetan tidak akan melalui suatu jalan yang akan engkau lewati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dibeberapa ayat al-qur'anpun lewat 'ucapan' umar jadi asbab turunnya:

1.Umar berkata kepada Rasul bahwa beliau ingin menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. Lalu turunlah ayat Allah
"...... Dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat….” (Q. S. Al-Baqarah : 125)
2.Ketika Umar berkata kepada Rasulullah, “Yaa Rasulullah, andai Allah menurunkan ayat tentang hijab karena ada banyak orang keluar masuk menemui istrimu sementara orang bermacam-macam (ada orang baik dan yang tidak baik).” Ketidaknyamanan Umar karena begitu cintanya kepada Ahlul Bait (Rasulullah, keluarga dan istri-istri beliau). Maka kemudian turunlah perintah wajib hijab untuk perempuan dan ayat ini cukup masyhur sebagai landasan hukum wajib hijab untuk wanita

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS:Al-Ahzab:59)
3. Suatu ketika, Umar mendatangi Rasulullah dan berkata “Yaa Rasulullah, tidakkah Allah menjelaskan kepada kita tentang khamar yang lebih jelas dari ini".
(Yang dimaksudkan adalah QS:2:21, ayat tentang pelarangan khamr dan judi) Maka kemudian turun ayat lainnya untuk memperjelas tentang khamr.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,............" (Qs.Annisaa':13)

Dari secuil kisah Umar diatas dengan beberapa fadilahnya adakah kepantasan tuduhan syiah tentang umar itu benar??? 
Mukhasabalah wahai ikhwah syiah!!!


0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar