Mooner [area]- "Biarkan ana cemburu bii, karena ana mencintaimu." Hal ini tentu bukan hal mudah untuk goreskan. Tentu saja ana cemburu dan perih saat melihat dirimu melirik perempuan lain saat kita jalan bersama. Saat dirimu lebih memuji masakan wanita (Penjual Warteg) lain sementara tidak ada sedikitpun kata pujian darimu masakan istrimu, bahkan melihatku dengan kagum saja hampir tak pernah kudapati, padahal ana selalu belanja dan pulang cepat-cepat dari pasar agar mampu memberikan masakan yang terbaik untukmu.
Rumahpun telah ku tata dengan baik, makanan telah kusajikan dengan teratur, kamar pun telah ku bersihkan, kuletakaan bunga diatas meja dan tak kubiarkan anak-anak meletakkan mainan sembarangan sampai kamu datang. Namun kamu datang tanpa senyum sedikitpun, hanya mengatakan kamu lelah dan kamu letakan semua dompet, LAPTOP, seabrek kertas serta pulpen, kecuali handphone berloggo yang senantiasa kamu bawa masuk sampai kedalam kamar mandi, dan lagi-lagi tanpa senyum dan tanpa banyak tanya kamu katakan bahwa kamu lelah dan ingin cepat-cepat mandi dan tidur saja.
Kau pun tak sanggup berkata-kata dan tak sanggup makan apapun walaupun ana menawarkan diri untuk menyuapimu bii, seperti dulu ketika kita baru menikah dimana kamu dengan manjanya meletakan wajahmu dilenganku dan meminta ana menyuapimu sampai anak kita lahir, Kemesraan itu tidak ada lagi sekarang, namun ana tetap setia... Ana masih setia memandang lembut padamu namun kamu balas tanpa secuil senyum ledekanmu yang senantiasa kau berikan sedari mula nikah kita, bahkan saat jelang malam dengan desahan yang menunjukkan kalau kamu lelah yang amat sangat jarang sekali kudapati.
Dipagi hari, saat aku hantarkanmu didepan pintu sebelum berangkat kerja mukamupun tampak masam (entah apa dosaku, sedang dirimu masih diam seperti biasanya). Perlahan-lahan ku tutup pintu dan kembali ke dapur agar air mata yang meleleh ini tak membebanimu ditempat kerja.
Ku bereskan satu persatu semua perabot masak yang sengaja kubiarkan tanpa ku cuci dimalam hari supaya ana siap bila kamu memerlukan diriku setelah kembali dari tempat kerjamu malam itu, tapi tak sepenggalpun kalimat mengusik telingaku yang biasanya kau ucapkan penuh keromantisan.
Sejujurnya Ana rindu padamu bii.., juga anak-anak dan dalam diam hanya terdengar gemericik air dan denting piring kotor, ana mendengarkan suara hati anak-anak kita yang perlahan menghampiriku dan membantuku membersihkan dapur yang sudah hampir bersih. Perlahan ana menangis dan rasa sesal mulai timbul, mengapa ana menyingkirkan anak-anak hanya untuk mendapatkan cinta suamiku yang tak kunjung ku dapat, padahal cinta anak-anak kulihat lebih tulus dan mereka selalu menemaniku tanpa pernah "selingkuh (selingkuh dengan pekerjaan)" dan ketika kami, ana dan anak-anakku menunggu dirimu terbangun dari tidurmu yang lelap, maka semua yang kami lakukan nampak tak berarti karena esok hari subuh. Setelah bangun dan shalat subuh dengan cepat, kamu yang merupakan bapak dari anak-anak kita harus pergi meninggalkan kami setelah menyerahkan setumpuk uang belanja bulanan dengan tanpa sempat berkata apapun, hanya ucapan salam tangan serta kamu bergegas mrmanasi kendaraan hasil kerja kerasmu.
Ketahuilah, sejujurnya hati Kami kembali termangu serta air mata hati kami kembali meleleh dan menembus tirai sutra penutup jendela istana hasil uang khalalmu ini.
Suamiku, Dalam pilu dan sedihku ini ada rasa perih yang menyayat lambung hatiku dan kurasakan perih itu sepertinya kusimpulkan itu ada rasa cemburu,
Yaa....ana menyimpan cemburu pada pekerjaan dan kesibukanmu suamiku bukan dengan wanita lain (sebab kuyakin kamu bukanlah tipe lelaki yang mudah hinggap sana-sini).
Didiary inilah Dengan tegar aana hanya mampu berbisik, "Biarkan ana cemburu dan tetap cemburu padamu bii..", agar ana masih punya rasa bahwa ana adalah istrimu, agar tidak ada kata ingin dicerai dari mulutku karena kesibukanmu pada pekerjaanmu menimbulkan ketidak pedulianmu pada istri dan anak-anakmu. Demi anak-anak, biarlah mereka tetap menyimpan rindu dan hormat serta kagumnya padamu dan biarlah ana terus cemburu agar ana mampu untuk menjagamu dalam hatiku dan tetap menyimpan sisa cintaku padamu agar sekali lagi tak terbesit keinginan cerai dihatiku karena ketidak pedulianmu pada ana dan anak-anakmu. Sebab ana percaya pada janji Rasul kita "baransiapa tidak berpisah didunia, nanti disurgapun akan tetap bersama" dan ana senantiasa ingin terus bersamamu wahai suamiku agar para bidadari terus2an cemburu terhadap cinta kita dan keluarga kecil kita.
Oleh: Istri untuk para suami yang menyia-nyiakan istrinya
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar