M-AREA- Setiap manusia itu memiliki potensi yang diberikan Allah SWT dan hendaknya harus kita syukuri. Potensi manusia itu meliputi rasio/pemikiran, akal/Al-Aqlu, hati/Al-Qalbu, nafsu, jiwa/ruh, dan raga/jasmani.
Potensi rasio/pemikiran manusia, pada dasarnya tidak semakna dengan akal. Choiruddin Hadhiri SP (1998 : 85) menyebutkan sasaran rasio adalah segala sesuatu yang hanya dapat ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indera manusia. Sedangkan sasaran akal selain unsur rasio, juga unsur fitrah yang membuat rasa percaya (yang timbul dari hati yang suci). Dalam Al-Qur'an banyak ayat-ayat yang mengungkapkan tentang potensi rasio/pemikiran ini agar manusia menggunakannya untuk memikirkan keesaan dan kekuasaan-Nya.
Allah SWT berfirman,
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar-Ra’d : 3).
Sementara itu, beberapa kejadian alam semesta yang patut untuk kita pikirkan sebagai jalan pengakuan terhadap kebesaran Allah, di antaranya tentang binatang, tumbuh-tumbuhan, planet, lautan, gunung, bumi, dan lain-lain (baca: QS. An Nahl : 5-17). Setiap potensi kejadian alam semesta ini, semuanya semata-mata diciptakan untuk kepentingan manusia. Yakni bagi mereka yang mampu berpikir.
Allah SWT berfirman,
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Al-Jaatsiyah : 13).
Selain itu, Allah SWT juga memerintah manusia agar memikirkan proses kejadiannya sendiri dan kehidupan yang telah dirasakan, bagaimana manusia hidup, bagaimana ketika tidur dan matinya, serta tentang kehidupan dunia yang sementara ini. (baca juga di: QS. 30 : 20-21; 39 : 42; 10 : 24).
Setelah manusia memikirkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang terbentuk di alam semesta atau diceritakan dalam kitab Al-Qur'an, maka manusia tidak akan mengakui atas kekuasaan-kekuasaan Allah tersebut, sepanjang hatinya tidak berfungsi karena buta, tidak yakin, dan kotor.
Atas dasar kondisi rasio dan hati seperti itu, maka ada dua kemungkinan yang dapat kita tarik benang merahnya. Pertama, sesuatu yang masuk akal belum tentu dapat dirasionalkan, sebab berfungsinya kemampuan rasio manusia sangat terbatas, hatinya buta, dan menyebabkannya tidak yakin.
Kedua, sesuatu yang rasional tentu dapat diterima akal, sebab dalam akal manusia ada unsur hati/rasa percaya. Di sini, akal manusia akan semakin berfungsi dengan baik manakala unsur rasa atau hatinya baik, suci, dan senantiasa beriman.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar