Pada masa Bani Israil, ada seorang penguasa. Pada suatu hari, ia duduk di singgasananya. Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk melalui pintu rumahnya. Orang itu bertampang keji dan berbadan besar. Penguasa itu sangat ketakutan. Dia khawatir laki-laki itu akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan berkata, "Siapakah engkau? Siapa yang telah menyuruhmu masuk ke rumahku?"
Laki-laki itu berkata, "Pemilik rumah ini yang menyuruhku ke sini. Tidak ada dinding yang dapat menghalangiku. Aku tidak memerlukan izin untuk masuk ke mana pun. Aku tidak takut oleh kekuasaan para sultan. Aku tidak merasa takut oleh penguasa. Tidak ada seorang pun yang dapat lari dari jangkauanku."
Ketika mendengar perkataan orang itu, wajahnya menjadi pucat pasi dan badannya menggigil, dan ia berkata, "Apakah engkau Malaikat Maut?"
Orang itu menjawab, "Benar."
Penguasa berkata, "Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan satu hari saja agar aku dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan memohon keringanan dari Tuhanku. Aku akan menginfaqkan harta benda yang aku miliki dan aku simpan hingga tidak terbebani oleh azab akibat harta itu, di akhirat kelak."
Malaikat berkata, "Bagaimana aku dapat menangguhkan padahal umurmu sudah habis, dan waktu sudah ditetapkan secara tertulis."
Penguasa itu berkata, "Tangguhkanlah sesaat saja."
Malaikat berkata, "Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan tetapi engkau lalai dan menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah habis, tidak tersisa satu nafas pun untukmu."
Dia berkata, "Siapa yang akan menyertaiku jika engkau membawaku ke liang kubur?"
Malaikat berkata, "Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu."
Dia berkata, "Aku tidak mempunyai amal kebaikan."
Malaikat berkata, "Jika demikian, neraka dan murka Tuhan adalah tempat yang layak untukmu."
Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya sehingga dia terjatuh dari singgasananya. Terjadilah kegaduhan di seluruh kerajaan. Jika orang-orang mengetahui apa yang terjadi pada penguasa itu, yaitu murka Allah, pastilah tangisnya dan ratapan mereka akan lebih keras lagi.
"Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (QS. Yunus [10] : 49).
Sumber : ETIKA BERKUASA
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar