Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
6.2.13 | Rabu, Februari 06, 2013 | 0 Comments

KARENA UDAH KLIK

Mooner [area]~ Secara asalnya, Islam tidak mengajarkan menikah karena “cinta”, melainkan menikah karena “mau”. Tidaklah pula dipersyaratkan menikah dengan landasan cinta.

Cinta berarti mau, tapi mau belum tentu cinta.

Prinsip ini, secara tidak langsung, mengajarkan kepada kita bahwa cinta itu bisa ditumbuhkan seiring perjalanan biduk rumah tangga. Yakni cinta yang tulus, yang dibangun di atas pengertian akan kelebihan dan kekurangan pasangan hidup kita.


Maka, sungguh mengherankan kondisi para “budak cinta”. Dimana, mereka tidak mau menikah kecuali dengan orang yang dicintai.


Mereka berprinsip, tatkala proses ta’aruf, bila tidak ada “klik” di awal pandang saat bersua, maka mereka tidak mau melanjutkan ke tahap berikutnya. Tidak perduli meskipun sebenarnya pihak yang diliat ittj memiliki syarat keshalihan/keshalihahan, tidak pula ada cacat yang signifikan pada fisiknya. Pokoknya kalau tidak “klik” di pandang pertama, tidak akan berlanjut pada jenjang berikutnya. Apapun kondisinya..wew..!


Itulah motto para 'budak cinta' yang semu. Yakni cinta yang tumbuh dalam sekian detik/menit dalam proses pen-ta'arufan. Cinta seperti ini tidak akan bertahan lama. Ia akan segera sirna seiring munculnya kebosanan terhadap pasangan. Inilah cinta “mata”.


Berbeda halnya dengan cinta “hati”. Yakni cinta yang benar-benar tumbuh di hati. Melalui proses pendewasaan diri dalam ikatan rumah tangga.
Saling menghargai dan melengkapi apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pasangan rumah tangga.Maka jadilah seseorang yang lebih memilih untuk dicintai dengan cinta “hati”, bukan cinta “mata”.


Bagi para pemuja “klik” alias 'budak cinta' pada pandang pertama, bisa jadi mereka akan melewati puluhan sosok dengan puluhan proses ta’arruf. Berpindah dari satu sosok ke sosok lainnya, hanya demi mengejar “klik”. Jadilah dia sang pengelana cinta yang galau pada siang dan malamnya karena sang “klik” yang dirindukan tak kunjung jua ditemukannya. Tak terasa, habislah waktu, bertambahlah usia. Sementara pernikahan yang didamba tak jua terlaksanakarena belum menemukan “klik” pada setiap pribadi yang dita’arrufinya.

Jadi terlambat usia akan menjadikannya membujang seumur hidup.

So, apakah kita masih menjadi pemuja "klik" before nikah..?
Harap pikir ulang dech, sebelum menyesal.

Wallahu a'lam..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar