Alkisah, datang seorang wanita ke rumah Rasulullah SAW. Ia mau menceritakan perihal dirinya yang ingin bertaubat, tapi masih malu.
“Ya Rasulullah, aku telah melakukan salah satu dari tujuh dosa besar yang kau sabdakan,” kata wanita tersebut.
“Taubatlah kepada Allah,” jawab Rasulullah SAW.
“Aku malu pada bumi. Ia mengetahui setiap kali aku berbuat dosa. Kabarnya, di hari kiamat kelak dia akan menjadi saksi atas perbuatan dhalimku. Aku malu.”
“Ia tak akan menjadi saksimu. Karena Allah SWT berfirman, “Pada hari itu bumi diganti dengan bumi yang lain.” (QS. Ibrahim: 48).
“Tapi langit yang berada di atasku juga mengetahui dan dia juga bakal menjadi saksiku nanti di akhirat. Aku malu, ya Rasul.
”Nabi SAW pun tetap terus memotivasinya dengan segera bertaubat dan menyebutkan firman Allah SWT, “Langit akan dilipat. Karena Allah SWT berfirman,’Hari itu kami melipat langit seperti melipatlembaran kitab-kitab.’
(QS. Al-Anbiya’ : 104).”
“Tapi, para malaikat pencatat amal telah menulis dosa-dosaku dalam buku catatan amalku.”
“Sesungguhnya kebaikan akan menyingkirkan keburukan, (QS. Hud [11] : 114),” jawab Rasulullah.
Belum sempat wanita itu berbicara, Rasulullah SAW kembali bersabda, ”Orang yang taubat itu seperti orang yang tak memiliki dosa.”
“Tetapi para malaikat berhenti saat menyaksikan amal burukku?”
“Jika seorang hamba bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubatnya, maka Dia menjadikan malaikat pencatat amal lupa dengan apa yang telah ia kerjakan di masa lalu.
”Perempuan tersebut pun bertanya lagi kepada Rasulullah SAW, tapi kali ini dengan menggunakan firman Allah, “Hari itu lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi dengan apa yang telah mereka lalukan.”
(QS. An-Nur : 24).
Nabi SAW menjawab, “Allah berfirman kepada bumi dan seluruh anggota tubuhnya, ‘Sembunyikanlah! Jangan kau ungkapkan kejelekannya selama-lamanya.’.”
“Benar. Semuanya menjadi hak orang yang bertaubat. Hanya saja tetap gentar pada hari kiamat dan malu ketemu Allah SWT. Bagaimana aku mengatasinya? Apalagi salah satu sabdamu bernada, ”Pada hari kiamat orang yang berdosa akan menyebutkan dosanya. Lantas ia malu kepada Allah. Keringat menetes karena malu. Air keringat itu bisa jadi akan sampaike lututnya, ke pusarnya, atau ke kerongkongannya”.
”Nabi SAW bersabda, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah hari tersebut jangan melupakannya. Taubat dan mendekatkan dirilah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.”
******
Kisah ini menjadi peringatan buat kita. Karena setiap kali kita berbuat dosa, bukan hanya Allah SWT yang melihat, tapi tanah, langit, dan ciptaan Allah yang lainnya juga mengetahui kita berbuat dosa. Maka wajar bila wanita tersebut merasa malu. Dia takut di akhirat disebutkan satu persatu dosanya. Padahal,ia telah taubat.
Pertanyaan demi pertanyaan wanita tersebut bukanlah menunjukkan dia tidak mau bertaubat. Tapi, ia merasa malu. Malu yang dipikirkan wanita ini mengajarkan bahwa ketika berbuat dosa ternyata ada ciptaan Allah yang lainnya mengetahui. Meski bukan dari jenis yang sama. Ia merasa tak nyaman bila nanti di akhirat, ciptaan Allah tersebut membeberkan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya.Meski demikian, Rasulullah SAW telah menjelaskan, sebesar apapun dosa seseorang, jika Allah menerima taubatnya, maka akan ‘diputihkan’ segala dosa yang pernah dikerjakannya di masa lalu.
Sehingga yang layak dipikirkannya adalah, amal ibadah saat ia taubat dan masa-masayang bakal dilaluinya hingga nyawanya dicabut.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar