Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
22.8.12 | Rabu, Agustus 22, 2012 | 0 Comments

Membina Bukan Membinasakan

Menata kehidupan berkeluarga merupakan sebuah upaya serius yang harus senantiasa dibina. Seringkali kita mendengar ada orang yang membangun kesuksesan dari awal, namun ketika berada di puncak karirnya, ia menuai kehancuran (binasa) karena prilaku anak istrinya yang tidak baik.

Dan, tentu orang seperti ini dinilai tidak berhasil mendidik keluarganya. Mengapa dapat terjadi demikian?

Sebagian orang masih menomorduakan keluarga dibandingkan dengan pekerjaan kantornya. Ia terlalu sibuk dengan urusannya, sehingga hanya sisa waktu, sisa energi saja yang ia persembahkan untuk keluarga. Padahal jika menginginkan kesuksesan, kita harus sungguh-sungguh mengawalinya dengan membina keluarga, anak istri kita. Semestinya, rumah kita dijadikan sebuah labuhan ketenangan, yang memberikan ketenteraman kepada setiap penghuninya.

Sehingga, tidak akan ada pelarian lain, semuanya selalu merindukan pulang saat selesai beraktivitas.

Agar rumah kita menjadi rumah ketenangan, maka kita harus menjadikan para anggota keluarganya dekat dengan Allah. Hiasi rumah kita dengan memperbanyak shalat, tilawah Al-Qur'an, dan beragam kegiatan yang akan mendekatkan kita dengan Allah (jangan jadikan rumahmu laksana kuburan) Tidak ada artinya membangun rumah mewah jika tidak menjadi ketenteraman bagi penghuninya.

Selanjutnya, kita juga harus menjadikan rumah kita sebagai rumah ilmu. Setiap anggota keluarga saling berbagi pengalaman dan ilmu yang mereka dapatkan dari aktivitas di luar rumah. Semuanya berkomitmen untuk menjadikan setiap peristiwa sebagai ilmu, hikmah, dan disampaikan kembali kepada anggota keluarga lainnya.Selain itu, rumah kita juga menjadi rumah perbaikan diri.

Bapak, Ibu, dan anak-anak saling terbuka mengemukakan koreksi atas sikap (hujjah) dan perilaku yang dinilai belum baik. Tidak ada yang merasa marah jika dikoreksi anggota keluarga lain, semuanya siap dan senang menerima kritikan. Sehingga setiap penghuni rumah akan semakin baik kualitas dirinya. Tentu bukan berarti tidak pernah ada kesalahan, kekeliruan dari masing-masing diri, namun diharapkan semua menjadi peka, langsung memperbaiki kesalahan begitu tiba dirumah. Karena dirasakan rumah adalah tempat yang paling kondusif bagi perbaikan diri.

Jika saja kita diberikan kemampuan, kegigihan untuk membina rumah tangga sebagaimana di atas, insya Allah perjuangan kita untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, yang menjadi basis kesuksesan masing-masing anggota keluarga akan terwujud. Mudah-mudahan dengan begitu, akan terlahir generasi terbaik, generasi rabbani dari rumah-rumah kita. Karena itulah sesungguhnya ukuran sukses setiap diri. Keluarga sukses, insya Allah karir pun akan sukses baik dunia hingga akhirat...
Amin...amin...amin..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar