Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
31.8.12 | Jumat, Agustus 31, 2012 | 0 Comments

Memberdayakan "Yes" Mengexploitasi "No"

Jauh sebelum jargon feminisme digaungkan, peluang mengembangkan diri bagi kaum wanita telah berjalan sejak peradaban Islam digelindingkan dimuka bumi.

Eksistensi wanita sebagaidiri pribadi, istri, ibu dan bagian dari masyarakat menuntut untuk menjadi wanita berkualitas sehingga keberadaannya menjadi berdaya guna.

Namun perlu di garis bawahi, pemberdayaan wanita dalam spiritualitas Islam, semata-mata dalam rangka meningkatkan kecakapan atau kemampuan untuk meningkatkan kemandirian (self reliance) dan kekuatan dirinya (internal strength) tanpa keluar dari kodratnya sebagai wanita.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya sebagian manusia ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup berbagai kejahatan, serta ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kejahatan dan penutup berbagai kebajikan. Berbahagialah orang-orang yang dijadikan Allah sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan celakalah orang-orang yang dijadikan Allah sebagai kunci pembuka kejahatan.”(HR. Baihaqi)

Maka sudah semestinya wanita muslimah bergerak menjadi motor reformasi kebaikan. Berupaya semaksimal mungkin memberikan kontribusi berarti terhadap sebuah transformasi, terutama bagi pemberdayaan kaum wanita. Seperti menambah wawasan informasi, meningkatkan ilmu pengetahuan serta memiliki berbagai keterampilan. Salah satu jalan untuk memulai pemberdayaan wanita adalah meningkatkan keilmuannya. Karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…”
(Al-Mujadalah: 11).

Figur wanita dalam bidang keilmuan Islam, seperti ‘Aisyah adalah sumber ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Hadits.

Betapa pentingnya ilmu pengetahuan sehingga dalam surat At-Taubah ayat 122, Allah menganjurkan orang mukmin untuk tidak semuanya pergi (ke medan perang) karena sebagian dari mereka tinggal untuk memperdalam pengetahuan agama.

Pendidikan merupakan kunci dari sebuah pemberdayaan, itulah mengapa wanita terdidik lebih produktif baik di wilayah publik maupun domestik, dan wanita terdidik cenderung untuk mendorong anak-anaknya juga terdidik.

Banyak keutamaan bagi mereka yang memiliki ilmu pengetahuan;

“…Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kam.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.”(Ali-Imran : 7).

“Dan perumpamaan-perumpamaan iniKami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.”(Al-Ankabut : 43).

“…Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”(Az-Zumar : 9).

Wanita berilmu tidak hanya menjadi lebih produktif, namun di pandang lebih terhormat dan bermartabat. Saat ini menjadi wanita yang berpendidikan bukan trend lagi, melainkan sudah menjadi kebutuhan yang mesti dipenuhi. Wanita menempati posisi utama dalam mengemban peradaban, karena memegang peran dominan untuk menumbuhkan, mengelola sekaligus memelihara kestabilan semua komponen kehidupan. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada diri wanita bertumpu pusat pendidikan dan pembinaan generasi.

Menjadi wanita muslimah tidak hanya memiliki sifat taat beribadah dan akhlakul karimah saja, tapi muslimah pun harus didukung dengan wawasan memadai dan kemandirian. Ia harus mampu mempertahankan citra diri sebagai wanita yang mapan dalam kapasitas intelektual, khusu' kapasitas religius, dan bersahaja kapasitas sosial emosional.

Untuk mencapai kesempurnaan itu bukanlah hal mudah. Diperlukan pembelajaran yang serius, terutamatarbiyah dzatiyah (pembinaan diri sendiri). Pemberdayaan diri dimulai dengan membuat konsep manajemen diri, konsep manajemen diri dianggap sangat penting untuk perkembangan diri dan kesuksesan diri.

Pada dasarnya seseorang dianggap berdaya apabila ia mampu mengurus dan memimpin dirinya lebih dahulu, mampu membimbing dirinya sehingga bisa membawa pada posisi yang lebih terhormat dan mulia. Hal tersebut merupakan salah satu orientasi perjuangan Islam yang dari awal masuknya Islam Rasulullah telah mencontohkan untuk memuliakan wanita. Tinggal bagaimana kaum wanita bisa memelihara dan menjaga misi tersebut sehingga wanita tidak mudah tereksploitasi atau bahkan mengeksploitasi dirinya sendiri.

Wallahu a'lam..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar