Bertengkar adalah fenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata:
“Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !”
Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta.
Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah.
Betapa tidak.. justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.
Baiklah, di postingan kali ini ane ingin paparkan resep keluarga tetep SAMARA (sakinah mawaddah warahmah) meski lagi dalam melangsung kan sebuah pertengkaran.
Alhamdulillah juga (ini adalah tips untuk ane sendiri) yang akan ane jalani beberapa bulan ke depan.
dan semoga tips ini berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik dari pada sebelum terjadi pertengkaran, amin..
Ketika ane dan si pencuri [hati ane] — eh enggak koq dia (bakal istri ane) tidak curi hati ane, malah ane kasihkan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus.
Awal bertemu, setelah ane tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan ane, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga kelak. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah "Memorandum of Understanding", bahwa kalau pun harus bertengkar maka :
1. NO TENGKAR BERJAMAAH.
Cukup seorang saja (bergantian) yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda.
Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah.
Ketika istri marah dan maka dengarkanlah jangan menyela ntar bisa membuat pasangan kita tambah menyalak, toh tiba waktunya ia akan “STOP” dengan sendirinya !
Saat itulah anda harus ingatkan dia agar ber-istighfar.
Jangan lupa sambung dengan bahasa surga berkata: “kamu makin cantik kalau marah,makin energik …”
di jamin dah, pasangan anda langsung klepek-klepek.
Dan dengan diam (mendengarkan) saat pasangan sedang marah anda juga telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu …..”
Demikian juga kalau pas kena giliran ente “yang olah raga otot muka”,
ente menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan ente boleh marah sama pasangan anda juga kok dan dia (pasangan ente) jua harus mau kena giliran jadi keranjang sampah (take n give amarah).
Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah, seperti : shalat, makan, jua ibadah diatas ranjang,hehe..
2. NO UNGKIT-UNGKIT YANG BERLALU
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah (baik itu indah atau buruk).
Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran diantara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah "foreplay", sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya (take n give nasehat-nasehat suci).
Kalau ente terlambat pulang dan ia marah,maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”, jadi biasakanlah minta maaf (beli makananan) sebagai bentuk minta maaf.
Bila saja mungkin kopi ente yang disajinya tidak manis (itu jika ente termasuk penimbun gula), sepedas apapun ente marah, maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan (diakumulatifkan) dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan ente”,maka ente telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, ente menguburnya di masa lalu sehingga pasangan trus-trusan diambang trauma yang berkepanjangan, itu sama juga ente telah membunuhnya, membunuh cintanya secara pelan tapi berkesinambungan.
Padahal kalau cintanya (pasangan) mati, toh, ente juga yang susah ….
karena masakan minuman yang pasangan ente suguhkan udah tanpa cinta lagi.
OK, marahlah tapi ntuk kesalahan semasa, karena ente tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini..
3. NO SANGKUT-SANGKUTKAN KELUARGA !
Ente dengan pasangan ente terikat masa yang akan berjalan cukup lama, tapi ente atau pasangan ente hidup dengan ibu dan bapaknya hampir dua kali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya (take n give family).
Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan pihak lain (QS.53:38-40).
Ente mungkin tidak akan terpantik marah bila cuma ente yang dimarahi, tapi kalau family ente diajak serta, jangan coba coba... Begitupun dia.
Karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain (family) ke kancah “awal cinta yang panas ini”.
Seperti kata bapak ane : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”.
"Memarahi orang yang mencintai ente, lebih mudah dicari maafnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri ente..”.
Dan bila memang dunia ente dengan pasangdn sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua, maka dari itu, tengkarlah tapi segeralah selesaikan berdua secepatnya, karena cara ini jauh lebih santun dan harmonis dari pada minta bantuan orang lain !
4. NO MARAH DI DEPAN ANAK-ANAK!
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian.
Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa.
"Membela Abi-nya, bagaimana nasib Umi-nyd. Mau membela Umi-nya, tapi itu ‘kan Abi-nya juga".
Ketika anak mendengar Abi Umi-nya bertengkar :
Umi : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah,saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
Abi : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada,emang saya ini kuda apa ????!!!!
Anak : “…… Yaaa …Umi saya babu, Abi saya kuda ….. terus saya ini apa ?”
Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihatlah mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ???
Sadarilah...!!
5. NO MARAH LEBIH DARI SATU WAKTU SHALAT !
Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa‘ibaadil-ahissholiihiin”
Artinya: Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba-hambamu yg sholeh ….
Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya,padahal nyawamu ditangan Nya.
OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ….. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur (waktu shalat), Atau maghrib sebatas isya' …Atau habis isya sebatas …... ???
Nnngg .. Ah kayaknya antum harus sepakat kalau habis isya' sebaiknya memang tidak bertengkar …
Karena ada "sunnah" yang uda siap menunggu..
Apa ya...?
6. KALAU SALING MENCINTA MAKA RAJIN-RAJINLAH MEMAAFKAN!
(Hikmah kata2 ini ane dapat belakangan, ketika baca di koran resensi sebuah film). Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens dan lebih dalam lagi..”
Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki (take n give kekurangan).
Sekian segini saja ya tipsnya, semoga bermanfa’at...
NB: “Dengan ucapan syahadad itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi”.
Dibatasi aturan agama, aturan dalam berumah tangga.
Jadi dalam rumah tangga itu gak ada istilah "sak karepe dewe", karena kita punya pasangan, punya anak, punya ortu, punya mertua yang melingkari aturan itu.
But, jangan buat susah.. karena aturan dalam rumah tangga itu bukan untuk mengekang, tapi untuk melindungi kita dari effect syetan yang terkutuk.
Wallahu a'lam..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar