Mata adalah penuntun dan hati adalah pendorong dan penuntut. Yang pertama memiliki kenikmatan pandangan dan yang kedua memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu, keduanya merupakan sekutu yang mesra dan jika terpuruk ke dalam kesulitan dan keduanya besekutu dalam cobaan, maka masing-masing akan mencela dan mencaci.
Suatu hari hati berkata pada mata, "Kaulah yang telah menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman itu, kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak sehat, dan kau salahi firman Allah, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya,’ kau juga salahi sabda Rasulmu."
"Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah azza wa jalla, maka Allah memberi balasan iman kepadanya, yang akan didapati kelezatannya di dalam hatinya." (HR. Ahmad).
Lalu adakah orang yang lebih tercela daripada yang terkena panah beracun? Apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia selain dari mata dan lidah? Tidak ada kerusakan yang lebih banyak daripada kerusakan yang diakibatkkan oleh mata dan lidah. Berapa banyak kebinasaan yang disebabkan mata dan lidah? Barangsiapa yang ingin hidup bahagia dan terpuji, maka hendaklah dia menahan ujung pandangan matanya dan lidahya, agar dia selamat dari bahaya karena mata menyimpan kelebihan pandangan dan lidah menyimpan kelebihan bicara.
Seorang penyair berkata,
"Wahai kedua mata, kau nikmati pandangan
lalu kau susupkan kepahitan dalam hati
jangan lagi ganggu hati ini
berbuat lalim dengan sekali tebasan."
"Wahai kedua mata, kau nikmati pandangan
lalu kau susupkan kepahitan dalam hati
jangan lagi ganggu hati ini
berbuat lalim dengan sekali tebasan."
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar