Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
18.9.11 | Minggu, September 18, 2011 | 0 Comments

Agama Dan Syndrom

Konon setelah banjir bandang Nabi Nuh AS, manusia masih merupakan satu umat dengan satu bahasa yang dapat mereka mengerti satu sama lainnya. Mereka berkumpul di satu tempat dan berkembang biak untuk melestarikan kehidupan generasi selanjutnya. Kehidupan manusia saat itupun diliputi kemakmuran dan kebahagiaan. Mereka kemudian membangun menara yang tinggidengan alasan untuk mempersatukan umat agar tidak terpecah belah. Pembangunan menara ini juga merupakan klaim atas kehebatan manusia di zaman tersebut.

Egosentris dan arogansi manusia masa itupun semakin menjadi-jadi. Absolutisme individu berkembang biak dengan luar biasa. Kesombongan manusia semakin menjadi-jadi. Mereka menganggap berkah dan rahmat Tuhan senantiasa hadir untuk diri dan kelompoknya. Eksklusifisme kelompok dan perasaan satu umat telah menyebabkan mereka enggan untuk memakmurkan dan menyebar di belahan bumi lainnya. Konon, proyek utopis untuk membangun menara hingga menjulang ke surga itu pun mendatangkan murka Tuhan.


Tuhan pun segera mendatangkan azab yang memecah belah mereka, hingga mereka tak mengerti bahasa mereka satu sama lain. Kejadian ini akhirnya menyebabkan manusia menyebar ke berbagai belahan bumi dengan berbagai bahasa dan keyakinan yang berbeda-beda.


                                         ++。。。 。。。。。 。。。。。。。。++


Pendirian menara babel merupakan simbolisasi keangkuhan dan kesombonganmanusia karena mereka merasa satu umatdan satu bahasa. Paham kebersamaan yang kebablasan telah menyebabkan manusia menjadi sangat arogan. Sikap merasa paling baik dan benar atas apa yang dilakukan oleh individu dan kelompoknya telah menjadi racun dalam kehidupan dan interaksi sosial manusia saat itu. Sikap seperti ini merupakan awal dari kelahiran intoleransi dalam kehidupanmanusia. Ada benang merah yang bisa didapatkan dari kisah tentang menara babel yang diceritakan dalam Perjanjian Lama dengan apa yang tertera di dalam Al-Qur'an, yaitu umat yang satu yang kemudian berselisih satu sama lain. Setiap agama dan kepercayaan pada dasarnya memiliki satu tujuan, yaitu cinta kasih dan kebersamaan kepada setiap makhluk dan ciptaan Tuhan yang ada di muka bumi. Kesamaan ini menunjukkan bahwa sebenarnya manusia itu dahulunya adalah satu umat. Perselisihan dan perbedaan yang terjadi antar umat sebenarnya adalah satu ketetapan dari Tuhan untuk menguji manusia agar saling berlomba dalam kebaikan dan menggunakan akalnya untuk menuju kebenaran yang hakiki. Adanya perselisihan dan perbedaan seharusnya membuat kita semakin meningkatkan rasa toleransi, bukan sebaliknya mengembangkan sikap intoleransi.


Islam mengajarkan konsep toleransi kehidupan beragama yang amat baik. Namun demikian tidak sedikit penganut dan kelompok-kelompok di dalamnya yangmemiliki sindrom menara babel. Kekerasan dalam beragama, sesat dan menyesatkan, kafir dan mengkafirkan satu sama lain merupakan sindrom menara babel yang amat akut melekat dalam kelompok-kelompok beragama. Agama seharusnya membawa kedamaian bagi manusia dan mengembangkan cakrawala berfikir manusia. Tapi yang memprihatinkan agama yang damai seringkali disalahgunakan oleh penganutnya sendiri.


Eksklusifisme dan ashabiyah kelompok begitu kental terasa ketika kita berada dalam kelompok-kelompok seperti itu. Mereka menganggap hanya diri dan kelompoknya saja yang layak untuk mendapatkan berkah dan rahmat dari Tuhan. Kesamaan yang esktrim adalah paham yang begitu diagung-agungkan. Siapapun yang berada di luar kelompok mereka dianggap salah dan sesat. Di satu sisi mereka mengagungkan satu kelompok ulama, tetapi di lain pihak mengkafirkan dan menyalahkan kelompok ulama lainnya.


Hal yang amat memprihatinkan adalah, salah menyalahkan dan absolutisme kebenaran itu terjadi di antara kelompok-kelompok yang masih satu agama, satu persaksian, menjalankan peribadatan yangsama. Apa yang sesungguhnya terjadi? Apakah kelompok-kelompok seperti itu mau mengambil peran Tuhan untuk menghakimi kesalahan dan kekafiran umat? Jika intoleransi sudah berada dalam satu kelompok agama, bagaimana halnya jika kelompok-kelompok seperti itu berhadapan dengan individu dan kelompok yang berbeda agama? Tidakkah mereka berfikir, keshalehan religius formal yang senantiasa dilakukan seharusnya membuat hati menjadi semakin penuh kasih sayang dan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam? Namun yang terjadi justru sebaliknya, tidak sedikit keshalehan religius formal yang berubah menjadi kesalahan yang diformalkan dengan dan atas nama penegakkan dan syiar agama.
Tidak sedikit kelompok-kelompok dalam Islam yang mengimpikan kejayaan Islam, namun apa yang dilakukan untuk mencapainya tak ubahnya seperti ingin mengulangi pendirian menara babel. Upaya untuk menegakkan agama dilakukan dengan cara-cara yang amat memprihatinkan. Simbol-simbol agama dipakai sebagai tameng untuk membenarkan perilaku yang salah. Mereka menuntut toleransi yang tinggi atas keberadaan kelompoknya, sementara mereka sendiri tidak menerapkan hal yangsama pada kelompok lainnya yang berbeda pemikiran.


Toleransi adalah ujian terberat dalam kehidupan beragama. Toleransi dan hukum timbal balik (law of reciprocity) jugamerupakan benang merah kebenaran yang ada dalam setiap agama dan kepercayaan di muka bumi. Jika kita tidak ingin keyakinan kita dihina oleh penganut agama lain, janganlah menghina penganut agama lain. Mengapa kita harus bersitegang urat leher, adu jotos, dan bahkan membunuh dan menusuk orang yang berbeda pemahaman, baik dalam satu agama maupun berbeda agama? Sementara apa yang diperselisihkan itu juga sudah merupakan ketetapan Tuhan. Tugas manusia bukanlah untuk memaksakan suatu keyakinan, mengagamakan atau ‘mencuci otak‘ orang lain yang sudah beragama tetapi hanya sekedar untuk mengingatkan.


Toleransi adalah inti dari keberagaman dalam keberagamaan. Bukankah dalam salah satu hadits disebutkan bahwa agamadan kepercayaan yang paling baik di muka bumi adalah agama yang paling toleran? Toleransi akan memberikan kedamaian bagi kehidupan bersama. Sebagai umat beragama, pahamilah dengan baik ajaran kita masing-masing. Jika kita benar-benar yakin dengan agama yang kita anut dan memahami betul apa yang kita kerjakan dalam agama, mengapa kita harus takut dengan agama dan kepercayaan orang lain? Ketakutan kita dengan kepercayaan dan keyakinan lain itu hanya menunjukkan kelemahan dari keyakinan kita sendiri. Begitu pula, jika kita yakin bahwa agama kita adalah agama yang benar, mengapa kita harus memaksakan keyakinan kita dengan segala daya dan upaya agar orang yang sudah beragama berpindah keyakinan sesuai dengan yang kita anut? Biarkanlah hidayah Tuhan yang bekerja bagi manusia.
Salam muslimska..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar