Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
18.9.11 | Minggu, September 18, 2011 | 0 Comments

Menjenguk Nilai Keimanan

Ijlis bina nu’minu sa’ah. Mari duduk sejenak untuk membinasemua iman kita,”

“Sabda Nabi: Yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.


”Rasulullah selalu menyapa para sahabat dengan pertanyaan, “Apakah kabar iman kalian saat ini?” Setiap kali bertemu, setiap bertatap muka, tidak ada yang paling dirisaukan Nabi selain iman di dada para sahabat dan umatnya.


“Mari duduk sejenak untuk membina semua iman kita,” ujar Muadz bin Jabal kepada para sahabat. Abdullah bin Rawahah pernah pula mengatakan hal itu kepada Abu Darda. “Marilah saudaraku, kita beriman sejenak.”Satu sama lain, para sahabat saling menjaga dan mengingatkan kualitas keimanannya. Seketika mereka pun saling menitikkan air mata. Para sahabat mafhum atas setiap kelalaian yang pernah dilakukan. Karena itu seringkali mereka menginsafi banyak waktu yang tersita aktivitas di luar pembinaan iman.
Rasulullah menempatkan iman pada posisisangat tinggi dan menjadi tolak ukur utamadi atas kondisi keduniaan. Beliau selalu khawatir jika dunia membuat lalai para sahabat dan mengendurkan keimanan mereka. Iman menjadi nilai paling krusial yang dijaga Rasul. Iman pula yang menjadi perhatian khusus Rasul kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman.


Dari Ibnu Abbas, suatu ketika selepas shalat Subuh, seperti biasa Rasul duduk menghadap para sahabat. Beliau bertanya, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”. “Malikat, ya Rasul,” jawab sahabat. “Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?”. “Kalau begitu, para nabi ya Rasulullah.” Rasul menggeleng dan kembalimenjawab, ”Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” ujar Rasulullah.“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul,” tebak para sahabat. Tapi, jawaban itu masih salah. Sabda Nabi, “Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan denganmata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku,” ujar Rasul.Nabi terdiam, lalu dengan lembut beliau bersabda, “Yang paling menakjubkan imannya adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku.


Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.
”Nabi meneruskan dengan membaca surat Al Baqarah ayat 3, “Mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, dan menginfakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.” Nabi melanjutkan sabdanya, “Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan berimankepadaku,” Nabi mengucapkan itu satu kali. “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Nabi mengucapkan kalimat kedua itu hingga tujuh kali.
Hadist di atas menunjukkan, ada sebuah harapan besar Nabi kepada umatnya yang hadir sesudahnya. Beliau memberikan perhatian dan apresiasi khusus bagi kita agar senantiasa menjaga keimanan. Mengetahui bagaimana Rasulullah dan para sahabat menjaga keimanan, sepatutnya membuat kita malu.


Para sahabat dengan amal-amal keimananyang luar biasa, masih saja selalu merasa kurang, selalu bermuhasabah, dan masih saling menitikan air mata ketika disadarkan tentang keimanan. Lantas, bagaimana dengan kita yang kerap kali larut dalam kelalaian? Seberapa sering kitasudah mengunjungi kadar keimanan kita?


Ya Allah jadikan kehidupan kami sebagai sarana menambah segala kebaikan. Dan jadikan kematian kami sebagai istirahat dari segala keburukan.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar