Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
6.2.13 | Rabu, Februari 06, 2013 | 0 Comments

Perspektif Lebay Tentang Hijab (1)

Mooner [area]~ Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa jika antara laki-laki dan wanita senantiasa dihijab dalam setiap kesempatan terutama di pesantren atau lingkup sekolah, maka akan timbul prilaku “lebay” ketika berhadapan atau berinteraksi dengan lawan jenisnya.

Misalnya ketika seorang siswa atau siswi berjalan di antara sekelompok lawan jenisnya maka akan muncul perilaku-perilaku yang lebay seperti berpura-pura batuk atau berdehem, melempar gumpalan kertas, bercuit-cuit, sampai melontarkan kalimat canda dan menggoda.


Ada lagi yang mengungkapkan lebih ekstrem, bahwa nanti siswa atau siswi itu akan menjadi “buas” jika keluar pesantren, karena mereka mencari kompensasi yang selama ini selalu terkekang waktu masih di pesantren ato sekolah yang mewajibkan berjilbab bagi siswi yang islam. Sehingga mencari  pelampiasan ketika berada di tempat-tempat yang tidak terkekang. Benarkan demikian..?


Berpikir Ilmiah dan Mendalam

Jika Hijab yang dijadikan pangkal penyebab prilaku ke-norak-an prilaku siswa/i ketika melihat lawan jenis, maka logikanya siswa/i yang tidak dihijab (ikhtilath) sudah tidak lebay lagi donk.., itu berarti  tidak ada yang menggoda, melempar kertas, bercuit-cuit dan sebagainya.


Pernahkan kita melihat suasana kelas yang dicampur laki dan wanita? Pernahkan kita melihat suasana kelas itu ketika tidak ada guru dikelas?

Pernahkan kita mendengar kasus di salah satu sekolah Tsanawiyah (setara SMP) di Samarinda?

Pernakah kita mendengar kasus 11 anak SMA di Cianjur, Indramayu Bergoyang dan sebagainya, yang semuanya dilakukan didalam kelas dan beramai-ramai?


Lebih mengiris lagi ketika kita amati anak-anak muda yang nongkrong dipersimpangan jalan atau di taman-taman. Mereka yang pandangan matanya sudah tidak ada yang mengatur lagi. Bebas memandang apa saja. Apakah kita pernah mengamati bagaimana prilaku atau wajah mereka ketika melihat  wanita lewat didekat mereka? Tidak norak bin lebay APA..?


Kalau pakai logika di atas maka orang-orang yang sudah bebas itu yang tidak norak wal lebay lagi..!! Atau setidaknya lebih terjaga pandangan-nya dari pada orang yang hidup dipesantren dengan Hijab.


Alhamdulillah ane pernah sekolah all madrasah mulai balita hingga dewasa, dan waktu ganti jam menyaksikan pemandangan di dalam kelas lumayan lebih santun, dibanding disekolah umum yang 'lumrah' kalau melempar kertas, cuit-cuit, dehem-dehem itu kita jadikan ukuran, maka kata “norak binti lebay”  menjadi sangat tepat  karena apa yang mereka lakukan sudah sangat jauh lebih dari itu, artinya sudah “sangat norak” [kalo nggak percaya,bisa disurvey langsung kok].

Apalagi ketika jam kosong tidak ada guru, ungkapan celetukannya, pergaulannya, kebuasannya akan kita dapati  jauh lebih berani noraknya.


Jadi seorang yang berpikir Ilmiah dia harus mempunyai data yang akurat  dan valid, tidak berdasarkan curiga. Ketika melihat orang merokok dalam keadaan segar bugar, lalu mengambil kesimpulan bahwa rokok tidak apa-apa, ketika melihat masyarakat yang tinggalnya dipinggir sungai yang keruh, lalu mengambil kesimpulan mereka tidak apa-apa..
apakah hal ini bisa dibenarkan, sedang fakta membuktikan sebaliknya.


Mencari Akar Persoalan

Sebelum kita bicara hijab atau tidak hijab, kita buat pengamatan dan penelitian lebih dahulu untuk menjawab persoalan-persoalan sebagi berikut:

  • Sudahkah ada jaminan kurikulum [sekolah] kita sudah memberikan pedidikan Aqidah secara benar?


  • Sudahkah memberikan pelajaran Aqidah secara syumuliah, kamil dan mutakamil (komprehensif)?


  • Sudahkan ada jaminan kurikulum kita dapat memberikan metode pengajaran dan pendidikan aqidah sampai menyentuh kognitif, afektif, dan konatifnya?


    • Sudahkan kita memiliki sarana pembelajaran materi aqidah yang memadai disesuaikan dengan metodologi dan tingkat usianya?


      • Sudahkah ada jaminan kurikulum kita sudah memberikan pedidikan Syari’ah dan Akhlaq secara Benar?


        • Sudahkan ada jaminan kurikulum kita dapat memberikan metode pengajarandan pendidikan  Syari’ah dan Akhlaq  sampai menyentuh kognitif, afektif, dan konatifnya?


          • Adakah jaminan bahwa semua komponen di Pesantren atau lingkungan madrasah, terutama gurunya sudah memiliki dan menguasai 6 poin diatas?


            • Sudahkan kita memiliki sarana pembelajaran materi Syari’ah dan Akhlaq ang memadai disesuaikan dengan metodologi dan tingkat usianya?


              • Sudahkan ada jaminan kurikulum kita sudah memberikan materi tsaqafah Islamiyah, yang memberikan wawasan  utuh, tetang urgensi, filosofi, hikmah, tujuan, fadhilah, keutamaan dalam setiap printah dan larangan Allah?


                • Adakah jaminan semua guru mata pelajaran sudah menyertakan ayat-ayat Al Qur'an dan As Sunnah (karena Alqur'an dan hadits tidak hanya berisi tentang hukum-hukum saja, disana juga ada muatan motivasi, dan penjelasan yang bisa dibedah secara ilmiah) yang sesuai dengan mata pelajaran, dalam setiap pertemuan kelasnya, agar semua pelajaran dapat menambah kekuatan aqidahnya?


                  • Sudahkan ada jaminan bahwa seluruh komponen dalam lembaga pendidikan, termasukguru, karyawan, dan masyarakat sekitar, telah memberikan contoh terbaiknyauntuk anak-anak didiknya, dalam berinteraksi, terutama dalam menegakkan hijab?


                    • Adakah jaminan keluarga siswa di rumah memberikan model interaksi yang memenuhi adab Islam secara minimal sehinggga tidak mendapatkan pola yang bertentangandengan interaksi di Pesantrennya?


                      • Adakah jaminan rata-rata masyarakat Indonesia, sudah siap dengan kemajuan teknologi, terutama dengan percepatan informasi?


                        • Ada jaminan bahwa sudah tidak ada ikhtilaf tentang ayat-ayat yang qath’i atau muhkamat, terutama masalah hijab diantara komponen pesantren atau jaminan tidak ada pemikiran liberal dari seluruh karyawannya?


                        • Dan berbagai pertanyaan mendasar lainnya…


                          Jika jawaban-jawabannya semua sudah positif ada jaminan, terus masih terjadi juga ke”lebay”an. Maka kita bisa saja mencari faktor lain diluar dari beberapa faktor tersebut. Itupun harus ada pertanyaan lain…


                          Sejauh mana tingkat ke”lebay”an nya?


                          Apakah masih bisa ditolerir, mengingat terjadi pada anak yang baru mengalami masa puber?  sudahkan kita punya perbadingan tingkat ke”norak”an nya dengan sekolah-sekolah Umum yang tidak dihijab..



BERSAMBUNG..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar