Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
9.1.13 | Rabu, Januari 09, 2013 | 0 Comments

KAFILAH ISLAMIYAH (Part:I)

Mooner [area]- “Pada suatu hari, satu barisan kafilah panjang yang terdiri atas para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota Madinah, meninggalkan kepulan debu di belakang mereka. Kalau bukanlah bunyi suara takbir mereka yang bergemuruh, tentulah yang melihat akan menyangka mereka itu suatu pasukan tentara musyrik yang hendak menyerang kota.


Rombongan besar itu semakin dekat, lalu masuk ke dalam kota, dan menunjukkan langkah mereka ke masjid Rasulullah dan tempat kediamannya. Ternyata rombongan itu tiada lain dari kabilah-kabilah Ghifar dan Aslam yang dikerahkan semuanya oleh Abu Dzar Al-Ghifari dan tanpa kecuali telah masuk Islam, laki-laki, perempuan, orangtua, remaja, dan anak-anak.” (Dikutip dari buku Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulallah).


Ikhwah Fillah.., Islam ini tidak akan kembali gemilang kecuali hanya dengan da’wah. Kita yang hidup setelah khilafah Islam yang terakhir runtuh pada tahun 1924 sungguh bertanggung jawab untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti semula. Memang hal tersebut membutuhkan waktu lama dan kerja keras yang nggak gampang, namun bagi kita yang harus kita lakukan adalah bekerja dan terus bekerja.


Ingat
..! Allah SWT tidak pernah menanyakan, "Bagaimana hasil kerjamu?" Tapi Allah akan menanyakan, "Apa yang telah kamu lakukan untuk Islam?"
Karena itulah sudah sepatutnya dan menjadi sebuah keniscayaan setiap muslim memegang perannya sebagai da’i, karena “kita adalah da’i sebelum segala sesuatunya.”


Apapun profesi kita, pelajar, pekerja, pedagang, manajer, atau president sekalipun, dan lain-lain. Bagi kita itu adalah sebuah “side job”, karena bila kita ketahui keutamaan kita sebagai “Anasyrut Taghyiir atau Agent Of Change”, maka kita tidak akan pernah berhenti untuk berda’wah di jalan Allah.


Tidakkah kita ingin seperti Abu Dzar Al-Ghifari yang mampu membawa kafilah dakwah ke hadapan Rasulullah..?
Tidakkah kita rindukan surga yang luasnya melebihi langit & bumi ini..?
Tidakkah kita rindukan 70 bidadari yang kan menjemput kita..? Tidakkah kita kita ingin dikumpulkan bersama Rasulullah dan para sahabat di surga-Nya kelak..?
Bila jawaban kita masih “YA”, maka mari kita tempa diri kita menjadi sosok pribadi-pribadi muslim yang bertanggung jawab, kemudian kita ajak orang lain untuk menjadi baik pula.


Ingat dan camkan dalam hatimu baik-baik wahai penyeru-penyeru Allah, “Kenalillah Rabb-mu, perbaiki dirimu, serulah orang lain, tegakkan Islam di dadamu, niscaya ia akan tegak di bumimu.”


Ikhwah Fillah sobat Mooner [area], Simaklah apa yang sudah dilakukan Abu Dzar Al-Ghifari setidaknya dapat menjadi cermin bagi kita, bahwa dakwah tak akan pernah terlepas dari kegiatan “dibina dan membina”. Hanya saja setiap orang yang pernah terbina sedikit sekali yang “sadar” bahwa ia berkewajiban untuk menurunkan “ilmunya” kepada yang belum terbina. Kadang kita lupa bahwa dengan kita “kosong” atau tidak membina, hal tersebut sudah merupakan salah satu bentuk dari penyembunyian ilmu. Dan cukuplah teguran Allah yang mengingatkan kita tentang ancaman bagi orang-orang yang memiliki ilmu tapi tidak disampaikan.

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Alkitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati(pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati."


Ikhwah Fillah yang di rahmati Allah, pernahkah kita membayangkan seberapa sulitnya seorang Abu Dzar Al-Ghifari membina kabilah Ghifar dan Aslam hingga mereka dipenuhi cahaya iman dan Islam.


Apakah Abu Dzar pada saat itu dibantu oleh rekan-rekannya satu halaqah..?
Jawabnya: Tidak Ikhwati Fillah, Abu Dzar melakukannya seorang diri. Ketika Abu Dzar diminta oleh Rasulullah untuk kembali ke kabilahnya sampai nanti Islam lahir secara terang-terangan, ia dapat kembali dan turut mengambil bagian dalam percaturan dan aneka peristiwanya.


Apakah saat dia sudah kembali ke kabilahnya, dia hanya berdiam diri saja..?
Jawabnya: juga Tidak sama sekali Ikhwati Fillah, yang dilakukan Abu Dzar adalah bergerak di jalan dakwah. Ladang dakwah di kabilah Ghifar dan Aslam merupakan ladang amal yang subur, sehingga Abu Dzar tak akan menyia-nyiakan kesempatan dakwah dengan melakukan proses pembinaan secara serius dan menyeluruh di semua kalangan Ghifar dan Aslam.



Ikhwah Fillah, saat ini kita dihadapkan oleh banyak sekali ladang dakwah mulai dirumah, disekolah, kampus, hingga ditempat kerja (lingkungan sekitar kita) yang tentunya tidak kalah subur jika dibandingkan dengan ladang dakwahnya Abu Dzar, namun entah mengapa sepertinya semangat dalam gerakan dakwah sekolah hingga tempat kerja (lingkungan sekitar) dari tahun ke tahun semakin menunjukkan ketidak seriusan dari para Aktifis Dakwah baik itu dari kalangan guru agama, ustadz, kyai hingga para ulama'nya.


Keengganan untuk beramal jama’i, mulai ditunjukkan secara jelas oleh kebanyakan dari mereka-mereka dengan berbagai alasan yang sama sekali tidak dibenarkan secara syar'i. lebih mengklaim diri (kelompoknya) lebih syar'i, "tidakkah kita bercermin pada sosok Abu Dzar Al-Ghifari?", Beliau tak sempat ber-Tarbiyah bersama Rasulullah di Mekkah, namun semangat dakwahnya dapat ditularkan kepada orang-orang Ghifar dan Aslam (bukan kelompoknya saja).
Sedangkan kita yang sudah tertarbiyah bertahun-tahun tak bisa menghasilkan 1pun kelompok binaan yg 1 'shaf'.
Tak malukah kita pada Allah dan Rasul-Nya?


Sobat, alasan apalagi yang akan kita utarakan, dengan berbagai kemudahan yang dapat kita nikmati di era globalisasi ini?
Dari mulai keterbukaan IPTEK serta birokrasi dengan pihak yang relatif lebih mudah, serta berbagai fasilitas terupdate yang seharusnya kita manfaatkan untuk kepentingan dakwah, sudah seharusny kita mensyukuri semua ini dengan cara menyemarakkan dakwah.


Jika dulu Abu Dzar harus berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer ketika dia ingin berbai’at & mengutarakan keislamannya di hadapan Rasulullah, sekarang kita bisa menikmati berbagai fasilitas transportasi & kendaraan pribadi saat ingin menghadiri majlis Ilmu ataupun mengisi halaqah binaan.

Jika dulu Abu Dzar sempat melakukan dakwah seorang diri di kabilah Ghifar dan Aslam, sekarang kita punya SDM yang cukup untuk membantu berbagai aktifitas dakwah kita.


Keengganan macam apakah yang membuat kita tidak bisa membuka mata hati dan pikiran kita, bahwa di hadapan kita ada banyak ladang dakwah yang begitu menggiurkan bagi orang-orang yang bisa menggunakan kaca mata iman & taqwa, tidakkah tersisa sedikit saja semangat dakwah dalam diri ini untuk mengelola dengan serius ladang dakwah tersebut?


Sobat, bersyukurlah kepada Allah, karena kita masih dapat merasakan nikmatnya berjama’ah dan masih bisa berkumpul dalam sebuah majlis, tidakkah ada keinginan dalam diri ini untuk membagi nikmat tersebut kepada generasi selanjutnya..?


Ketahuilah bahwa apabila kita (berilmu/berpengetahuan) sampai sekarang ini masih ada yang tidak mau membina (amal ilmu) juga maka sangat merugilah orang-orang tersebut karena Allah telah melaknatinya dan bahkan seluruh mahlukpun ikut melaknati, semoga kita tidak termasuk orang-orang tersebut, naudzubillahi min dzalik..


Oleh karena itu sobat fillah, mulai sekarang yuk kita tancapkan dalam hati kita masing-masing dan bertekad untuk setia kepada Allah dan akan menyebarkan ajarannya dan akan melanjutkan perjuangan Rasulullah saw hingga maut menjemput kita. Amin.


Sobat Fillah, aktifitas dibina dan membina keduanya terakumulasi dalam sebuah kegiatan yang biasa kita kenal dengan bahasa “Tarbiyah”. Disaat ini, dimana semua sumberdaya negeri termasuk para 'ustadz tai-ment' ini telah “dicaplok” oleh manusia-manusia rakus yang hanya mementingkan kenikmatan dunia sesaat, dimana seluruh potensi negeri ini telah banyak dikuasai oleh asing (yang notabene mayoritas adalah yahudi dan nasrani), hingga tidak adalagi asset yg tersisa untuk ummat ini sebagai modal untuk mengembalikan kejayaan Islam.


Maka tidak boleh lagi ada asset yang diambil dan dihancurkan, yaitu “pemuda..!"
Ya, kita masih punya asset yang sangat berharga yang ditangannya ada nasib bangsa ini. Tinggal kita sekarang yang “telah sadar ini” untuk menyadarkan pemuda-pemuda kita yang sekarang masih banyak yang terlena dengan kenikmatan dunia.


Apabila pemuda-pemuda ini kelak menjadi orang-orang sholih dan men-sholih-kan orang lain, sehingga kelak akan terbentuk suatu komunitas masyarakat yang Islami, dan jika telah banyak terbentuk komunitas tersebut maka akan terbentuk sebuah Negara yang Islami dengan sendirinya, dan jika telah banyak terbentuk Negara yang Islami maka akan terbentuklah KAFILAH ISLAMIYAH terus bangkitlah Khilafah Islam di seantero jagad.

Namun yang perlu kita ingat dan yang paling penting adalah, bahwa semua itu dimulai dengan usaha kita dalam membentuk pribadi-pribadi muslim yang tangguh dan dgn 'Tarbiyah' yang berkesinambungan insyaAllah kita akan dapat mengembalikan kejayaan Islam lagi. Amin..


TO BE CONTINUE..


0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar