Mooner [area]- Di dunia ini selalu ada dua kutub yang seringkali sulit untuk bertemu
 satu sama lain. Meski sebenarnya, jarak keduanya tidaklah teramat jauh 
dan bahkan kerap berdekatan. Hanya saja, di antara kedua kutub ini 
berdiri dinding tebal, besar, dan tinggi yang memisahkan.
Mereka yang berada di balik kedua dinding itu, satu sisi tak mampu 
mendaki ketinggiannya, sisi lain takut menuruni lembah yang curam. Satu 
pihak tak punya daya menghancurkan dindingnya, pihak lain tak ingin 
tangannya terluka, meski memiliki kekuatan untuk memecah ketebalan 
pemisah itu.
Si kaya dan si miskin adalah dua kutub yang seringkali tak bertemu 
meski jarak keduanya bisa saja sangat dekat bahkan berdampingan. Di 
sekitar rumah-rumah mewah, banyak berdiri gubuk reot dan rumah-rumah 
yang nyaris roboh. Penghuninya, janda tua, fakir miskin, atau anak-anak 
yatim. Keduanya sering bertemu, tapi tak saling mengenal. Kerap berjalan
 beriringan, yang satu berjalan kaki, satu lainnya melintas cepat dengan
 mobil mewahnya.
Ada orang-orang yang tengah diuji dengan berbagai kesulitan, 
sementara di seberang lainnya terdapat orang-orang yang selalu mendapat 
atau memiliki segala kemudahan dalam hidup. Semestinya keduanya bisa 
bertemu, agar yang mendapat kesulitan bisa terbantu.
Tidak sedikit orang-orang yang hidup dalam kekurangan, sedangkan di 
pihak lain tidak sedikit pula mereka yang berkelebihan. Bukan karena 
yang kelebihan ini serakah dan tak berkenan berbagi kelebihannya kepada 
yang kekurangan. Dinding tebal dan tinggi kerap menghalangi langkah 
mereka menuju tempat-tempat yang kekurangan.
Begitu pula dengan soal makanan, ada orang-orang yang masih kelaparan
 di negeri ini. Namun ada pula yang terpaksa membuang makanannya karena 
berlebih atau bahkan kekenyangan. Bukan lantaran mereka senang makan 
berlebihan, atau punya kebiasaan membuang-buang makanan. Mereka hanya 
tak tahu di mana bersembunyi orang-orang yang kelaparan yang seharusnya 
mendapat bagian dari rezeki yang mereka punya.
Orang-orang yang terkena bencana, bukan tidak ada yang mau membantu 
atau memberikan sumbangan untuk meringankan penderitaannya. Sebenarnya, 
dermawan banyak  bertebaran di berbagai tempat dan siap membantu, hanya 
saja mereka sering tak tahu di mana bencana itu terjadi dan bagaimana 
menyalurkan kedermawanannya.
Dua kutub lainnya, adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan 
akses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga sering dianggap 
orang-orang bodoh dan malas belajar. Padahal mereka hanya perlu 
dipertemukan dengan orang yang punya banyak buku-buku masih bermanfaat 
namun teronggok di gudang-gudang penyimpanan barang bekas. Ada yang 
bingung harus membeli lemari baru karena jumlah pakaiannya terus 
bertambah, sementara yang lain mengenakan pakaian yang itu-itu saja 
setiap hari.
Ada anak-anak yang kelebihan berat badan, ada pula yang kurang gizi. 
Ada yang bersekolah di gedung sekolah mewah berfasilitas lengkap dan 
modern, ada pula yang gedung sekolahnya nyaris roboh. Ada yang bingung 
tak punya sepatu, ada lagi yang bingung memilih sepatu. Ada yang mudah 
mengeluarkan uang seratus ribu rupiah, ada pula yang harus 
berdarah-darah untuk mendapatkan seribu rupiah.
Mudah mempertemukan dua kutub ini sepanjang ada orang-orang yang 
merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menjadi relawan. Mereka 
yang mau mendaki terjalnya tebing, memanjat tingginya dinding, menempuh 
perjalanan jauh, menerjang badai, angin, terik matahari, serta gelap dan
 dinginnya malam, merelakan pundaknya menampuk beban guna menjadi 
perantara kebaikan.
Sebisa mungkin kita menjadi pelopor dan pelaku kebaikan, menjadi 
relawan itupun sebuah kebaikan yang tak semua orang mau melakukannya. 
Namun ia juga berperan sebagai perantara orang yang memerlukan 
pertolongan dengan yang ditolong, orang yang kelebihan dengan yang 
kekurangan, antara mereka yang ingin berderma dengan mereka yang layak 
mendapat derma. Mereka juga menjadi penunjuk jalan bagi orang lain untuk
 menyampaikan sendiri kepeduliannya.
Tanyakan kepada mereka yang sudah menjalaninya, ada yang ingin berhenti menjadi perantara kebaikan?
Komentar [area]:

0 Comment [area]:
Posting Komentar