Alon-Alon Waton Kelakon (pelan-pelan asal terlaksana).... (Ungkapan sederhana nan kaya makna) khususnya bagi orang Jawa.
Ungkapan ini terlihat begitu melekat
dalam kehidupan masyarakat Jawa. saat ane menginjakkan kaki di kota malang saat liburan weekend kemarin. Pemandangan
kontras yang biasa ane temui dalam kehidupan ane sehari-hari di Surabaya.
Suasana seperti inilah yang men-sah-kan, bahwa masyarakat Jawa memang
tidak lepas dari sikap sabar dan telaten serta ulet.
Namun entah mengapa, saat mengeja kata
alon-alon, yang berarti
pelan-pelan, tiba-tiba ane ingin membicarakan mengenai wanita, wabil khusus
wanita Jawa. Mungkin karena bagi ane, wanita adalah salah satu bukti
kebesaran Allah di antara berjuta bukti-bukti yang lainnya. Bagiku,
wanita adalah makhluk indah yang Allah diciptakan dengan segala
kelebihannya. Kata alon-alon seolah mencerminkan sosok wanita Jawa yang sabar dan tidak terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu.
Wanita memang memiliki berbagai macam karakteristik. Namun jika diamati
secara mendalam, sepertinya tipe wanita jawa lebih pada tipe wanita yang
memiliki sifat melindungi, memberikan ketenangan, rasa aman dan kasih
sayang seperti seorang ibu kepada anaknya. Ini adalah citra yang ane
lihat dari seorang wanita jawa, karena kebetulan ibu ane sendiri berdarah
asli jawa (bukan maksud promosi lho ya,,,hehe). seorang wanita lembut meski secara fisik tidak selalu cantik,
namun wajahnya tampak selalu sabar, dengan pandangan mata yang teduh,
namun menunjukkan adanya kekuatan.
Di dalam buku Suluk Tambangraras yang di tulis pada tahun 1809 atas
permintaan Raja Paku Buwana V. Digambarkan bahwa sosok wanita jawa itu
seperti lima jari :
- Ibarat jempol, istri harus pol mengabdi kepada suami.
- Ibarat Jari telunjuk, istri harus mentaati perintah suami (dalam hal kebaikan khususnya).
- Ibarat panunggul (jari tengah), istri harus bangga akan suaminya, bagaimanapun keadaannya.
- Ibarat jari manis, istri harus selalu bersikap manis dengan suami.
- Dan ibarat jenthik (jari kelingking), istri harus selalu berhati-hati, teliti, rajin dan terampil dalam melayani suami dan anak-anaknya.
Oleh karena itu secara garis besar, wanita jawa pada umumnya memiliki sifat dasar penurut, setia, lembut. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana sikap mereka dalam menghargai laki-laki. Tidak banyak menuntut dan mematuhi suami. Kalaupun ada bentuk protes yang ingin disampaikan kepada suami, cenderung dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Sifat dasar berikutnya adalah hemat dan mau hidup susah.
Hal ini bisa dilihat dalam kesederhanaan penampilan kesehariannya. Terutama wanita-wanita yang memang masih bertahan hidup di jawa. Mereka tidak berlebihan dalam berpenampilan. Cenderung hemat dan mau diajak bersama-sama memulai kehidupan dari nol meskipun dengan susah payah. Dan sifat mendasar yang terakhir adalah tangguh, pekerja keras dan pantang menyerah. Bukan pemandangan aneh, saat kita berada pada daerah pedesaan, dapat kita temui wanita-wanita jawa bekerja di sawah atau bahkan disektor industri kecil guna menopang ekonomi rumah tangganya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan, ketika seorang anak perempuan diharapkan mewarisi sifat-sifat seperti tersebut di atas. Karena bagi masyarakat jawa sendiri, untuk bisa berhasil menjadi wanita yang ideal, yang akan membawanya berhasil dalam menjalankan segala perannya, maka wanita jawa harus memenuhi watak-watak yang bisa mendukungnya mencapai sebuah keberhasilan:
- Watak wedi, yang artinya kerelaan, kepatuhan kepada suami, tidak mudah mencela, membantah atau menolak pembicaraan dengan cara yang tidak santun.
- Watak gemi. Atau biasa dikenal dengan istilah gemi nastiti ngati ati. Ini adalah sifat hemat, tidak boros dan selalu bersyukur dengan nafkah yang diberikan oleh suami, berapapun itu. Berhati-hati dalam berkata-kata dan pandai menyimpan rahasia dan harta suami.
- Watak gemati, atau sifat penuh kasih sayang. Salah satunya adalah dengan memanjakan suami dan keluarga. Berusaha memahami apa yang disuka dan tidak disuka oleh suami. Mungkin alasan ini juga lah yang menjadikan wajib pelajaran memasak bagi anak-anak perempuan dalam masyarakat jawa. Di jaman yang segalanya mudah mendapatkan ini, tetap saja membuat masakan sendiri makanan untuk keluarga adalah sebagai ungkapan kasih sayang seorang istri kepada suami dan anak-anaknya.
Jika dilihat, sebenarnya 3 watak tersebut lebih bersifat universal. Siapa yang tidak ingin memiliki wanita pendamping hidup dengan memiliki sifat seperti itu. Memang, tidak semua wanita jawa memiliki sifat sifat mendasar tersebut. Perubahan jaman telah banyak memberikan pengaruh dalam kehidupan mereka. Namun satu hal yang mungkin perlu diingat para wanita jawa, bahwa:
Wanita jawa itu harus memiliki identitas, mengerti unggah ungguh, mengerti tatakrama, lemah lembut dan pemalu, pantang menyerah, tangguh dan setia.
Duhai, Wanita jawa …. masih adakah yang mewarisi sifat-sifat itu? Sesungguhnya ada pesona di balik lemah lembut tindak lakumu yang harus selalu kau terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan kau warisi untuk generasi setelahmu..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar