Pemuda itu terengah mendekati batu hitam, saat bola jingga besar
mulai tenggelam di kaki langit. Akar-akar tumbuhan menyeruak dari tanah
tempat kakinya berpijak, dan pohon randu dengan dahan kering meranggas
menabur dedaunan coklat di sekitarnya. Hanya dirinya sendiri yang tahu
mengapa ia berada di atas bukit itu, saat ini, tanpa siapa-siapa. Hanya
ditemani pohon meranggas itu, dedaunan coklat dan bola jingga besar di
kaki langit.
Pemuda itu menurunkan tas kulit harimau dari pundaknya, meletakkan di
atas tanah, lalu ia duduk di batu hitam besar. Bayangan tubuhnya
terpantul ke daun berserakan. “Syukurlah,” batinnya. “Aku masih bisa
duduk, dan sampai di bukit ini,” ia mengambil nafas dalam. “Jikalau
tidak, maka mungkin aku tak dapat lagi berlari. Berjalan menghadapi
bukit-bukit selanjutnya.” Ia tatap cakrawala, bola jingga semakin merah
karena tenggelam tinggal separoh. Lalu di ujung lain, bukit-bukit masih
menunggu untuk didaki. Mungkin rusa, mungkin kancil, mungkin harimau,
akan ia hadapi esok hari.
Pemuda itu menggumamkan do'a, menyambut maghrib yang sebentar lagi
tiba. Saat ia mengamini, seekor burung hantu melesat di kejauhan,
melengkingkan tashbih ke rongga-rongga hutan yang sepi. Pemuda itu tahu,
esok, lusa, tak ada yang menjamin ada bahaya apa mengintai, ada untung
apa dituai. Maka ia mengeluarkan kendi air dari tas harimau, ia basuh
muka sambil berbisik do'a, berwudhu, lalu berdiri menghadap-Nya.
“Allahumma laa sahla, illa ma ja’altahu sahla, wa anta taj’alul hazna, in syi’ta sahla.”
Begitu do'a pemuda setelah shalat. Saat ia mengucap amin, orkestra malam mendengung dalam latar remang-remang. Ia usapkan tangan ke muka, lalu berdiri menatap cakrawala yang melebur dengan gemintang.
“Allahu akbar...” gumamnya. Ia tarik nafas dalam. Saat itu, ia semakin yakin, tak ada yang menghalangi jalan takdir Allah yang ia tempuh. Tidak untuk kancil, harimau, rusa, atau ular. Di rongga hutan kehidupan, jalan takdirnya telah tertulis jelas, dan langkah-langkah kakinya akan menentukan seberapa banyak pahala yang ia peroleh.
Bukankah ini perjalanan yang indah? Ia tersenyum pada dirinya sendiri.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar