Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
13.11.12 | Selasa, November 13, 2012 | 0 Comments

Conecting Mertua & Menantu

Jika mendapat pengaduan pihak ketiga mengenai sang mertua atau menantu, terlepas dari kepentingan si pihak ketiga, ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan, yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya.   Bagi sebagian pasangan, hubungan antara menantu dengan mertua sering kali menjadi pemicu timbulnya konflik kehidupan rumah tangga. Meski demikian, tak jarang juga, mertua menjadi sahabat yang mengasyikkan dan sangat membantu kehidupan rumah tangga. Mengapa?     Secara psikologis, konflik atau hubungan yang tidak harmonis antara mertua dan menantu sangat rentan terjadi. Apalagi bila sang calon menantu tidak mampu menjalin hubungan yang cukup akrab sebelumnya, seakrab jalinan yang ia rajut dengan pasangannya. Konon, hal itu adalah kesalahan utama dan paling sering terjadi yang biasa dilakukan setiap calon menantu terhadap calon mertuanya.     Karena kesalahan yang sering tidak diperhatikan tersebut, pernikahan pun tidak jarang menjadi pemicu timbulnya bom waktu bernama konflik keluarga. Di samping itu, penyebab lain timbulnya konflik di keluarga pada umunya adalah, pertama, diam-diam orangtua belum sepenuhnya percaya bahwa anak-anak mereka sudah bisa mengurus keluarga mereka sendiri.     Kedua, dari pihak keluarga muda itu sendiri, kadang ada perasaan "resah" karena keterlibatan berlebihan orangtua, sehingga menimbulkan reaksi balik yang kadang agak keras atau bahkan terlalu cepat.     Ketiga, karakter-karakter orangtua atau anak yang sama-sama keras. Buktinya, dalam setiap perselisihan yang terjadi, sering kali yang mereka kedepankan adalah persepsi dan ego masing-masing. Padahal, ketika kedua hal itu bermain, masalah kecil pun tak jarang menjadi besar.     Pada dasarnya, tidak ada perselisihan yang tidak ada penyelesaian. Namun, penyelesaian sebuah masalah sangat tergantung pada setiap individu. Dialah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Berikut adalah beberapa trik menyelesaikan konflik keluarga yang barangkali bisa dilakukan menantu atau mertua. 1. Berdamailah dengan diri sendiri.   Artinya, menciptakan suasana tenang dalam diri sendiri dan membuang berbagai pikiran negatif yang muncul. Adapun cara-cara yang bisa dilakukan adalah : a) Ambil jarak dengan cara mengurangi jumlah pertemuan, atau bila perlu tidak bertemu sama sekali untuk sementara waktu. b) Introspeksi diri. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang kita lakukan terhadap mertua atau menantu? Ingatlah! Setiap perselisihan pasti melibatkan lebih dari satu orang, dan dalam hal ini tidak ada yang tidak bersalah. 2. Sadari bahwa setiap keluarga mempunyai budayanya sendiri-sendiri.   Begitu juga antara menantu dan mertua, masing-masing memiliki budaya keluarga yang berbeda. 3. Menantumu juga anakmu  Ingatlah bahwa ketika seorang menantu menikah dengan anak kita misalnya, sesungguhnya ia telah menjadi anak kita sendiri. Pun sebaliknya dengan menantu, sehingga keduanya bisa menjalin kasih sayang seperti halnya orangtua dan anak.  4. Saling menyesuaikan diri dan saling memahami. Sadarilah bahwa sebagai individu tentu memiliki berbagai kekurangan. Seorang menantu atau mertua tentu pernah melakukan kekhilafan atau kesalahan dalam proses berinteraksi. 5. Jangan mudah terpancing dengan informasi atau gosip yang diberikan oleh pihak ketiga.      Tidak selamanya pihak ketiga menjadi orang yang bisa kita percaya. Jika mendapat pengaduan dari pihak ketiga mengenai sang mertua atau menantu, terlepas dari kepentingan si pihak ketiga, ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya.  6. Jika kita membutuhkan orang lain untuk curhat, pastikan orang tersebut benar-benar dapat dipercaya. Untuk hal ini, carilah orang-orang yang memang memiliki kompetensi dalam membantu penyelesaian masalah, seperti psikolog, keluarga, atau sahabat terdekat yang bijak serta berpengalaman dalam hal di atas.        Sumber : Republika.co.id
Jika mendapat pengaduan pihak ketiga mengenai sang mertua atau menantu, terlepas dari kepentingan si pihak ketiga, ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan, yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya.

 Bagi sebagian pasangan, hubungan antara menantu dengan mertua sering kali menjadi pemicu timbulnya konflik kehidupan rumah tangga. Meski demikian, tak jarang juga, mertua menjadi sahabat yang mengasyikkan dan sangat membantu kehidupan rumah tangga. Mengapa?

Secara psikologis, konflik atau hubungan yang tidak harmonis antara mertua dan menantu sangat rentan terjadi. Apalagi bila sang calon menantu tidak mampu menjalin hubungan yang cukup akrab sebelumnya, seakrab jalinan yang ia rajut dengan pasangannya. Konon, hal itu adalah kesalahan utama dan paling sering terjadi yang biasa dilakukan setiap calon menantu terhadap calon mertuanya.

Karena kesalahan yang sering tidak diperhatikan tersebut, pernikahan pun tidak jarang menjadi pemicu timbulnya bom waktu bernama konflik keluarga. Di samping itu, penyebab lain timbulnya konflik di keluarga pada umunya adalah, pertama, diam-diam orangtua belum sepenuhnya percaya bahwa anak-anak mereka sudah bisa mengurus keluarga mereka sendiri.

Kedua, dari pihak keluarga muda itu sendiri, kadang ada perasaan "resah" karena keterlibatan berlebihan orangtua, sehingga menimbulkan reaksi balik yang kadang agak keras atau bahkan terlalu cepat.

Ketiga, karakter-karakter orangtua atau anak yang sama-sama keras. Buktinya, dalam setiap perselisihan yang terjadi, sering kali yang mereka kedepankan adalah persepsi dan ego masing-masing. Padahal, ketika kedua hal itu bermain, masalah kecil pun tak jarang menjadi besar.

Pada dasarnya, tidak ada perselisihan yang tidak ada penyelesaian. Namun, penyelesaian sebuah masalah sangat tergantung pada setiap individu. Dialah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Berikut adalah beberapa trik menyelesaikan konflik keluarga yang barangkali bisa dilakukan menantu atau mertua.

1. Berdamailah dengan diri sendiri. 

Artinya, menciptakan suasana tenang dalam diri sendiri dan membuang berbagai pikiran negatif yang muncul. Adapun cara-cara yang bisa dilakukan adalah :
a) Ambil jarak dengan cara mengurangi jumlah pertemuan, atau bila perlu tidak bertemu sama sekali untuk sementara waktu.
b) Introspeksi diri. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang kita lakukan terhadap mertua atau menantu? Ingatlah! Setiap perselisihan pasti melibatkan lebih dari satu orang, dan dalam hal ini tidak ada yang tidak bersalah.

2. Sadari bahwa setiap keluarga mempunyai budayanya sendiri-sendiri. 

Begitu juga antara menantu dan mertua, masing-masing memiliki budaya keluarga yang berbeda.

3. Menantumu juga anakmu

Ingatlah bahwa ketika seorang menantu menikah dengan anak kita misalnya, sesungguhnya ia telah menjadi anak kita sendiri. Pun sebaliknya dengan menantu, sehingga keduanya bisa menjalin kasih sayang seperti halnya orangtua dan anak.
4. Saling menyesuaikan diri dan saling memahami. Sadarilah bahwa sebagai individu tentu memiliki berbagai kekurangan. Seorang menantu atau mertua tentu pernah melakukan kekhilafan atau kesalahan dalam proses berinteraksi.

5. Jangan mudah terpancing dengan informasi atau gosip yang diberikan oleh pihak ketiga. 


Tidak selamanya pihak ketiga menjadi orang yang bisa kita percaya. Jika mendapat pengaduan dari pihak ketiga mengenai sang mertua atau menantu, terlepas dari kepentingan si pihak ketiga, ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya.
6. Jika kita membutuhkan orang lain untuk curhat, pastikan orang tersebut benar-benar dapat dipercaya. Untuk hal ini, carilah orang-orang yang memang memiliki kompetensi dalam membantu penyelesaian masalah, seperti psikolog, keluarga, atau sahabat terdekat yang bijak serta berpengalaman dalam hal di atas.


Sumber : Republika.co.id

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar