Cerminan kepribadian selanjutnya adalah perbuatan. Orang yang buruk perangainya pasti bertingkah laku buruk pula. Sehebat apapun dia berakting berikut nyembunyiian aibnya, yakinlah pada saat tertentu dia pasti merasakan kelelahan. Lelah dengan kepura-puraannya, lelah dalam ke-JAIMannya, Lelah dengan kebohongan yang dibuat begitu tampak sempurnya.
Berusaha untuk memperbaiki perkataan dan perbuatan sungguh sebuah usaha yang sangat mulia. Belajar memperbaiki diri agar lebih bermanfaat untuk dirinya sendiri [minimal] dan orang lain [maximal]. Begitulah salah satu ciri orang yang beriman. Selalu belajar untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya, saudaranya, negaranya, dan yang paling utama adalah agamanya.
Untuk menunjukkan eksistensinya sebagai manusia yang berilmu dan beragama, memperbaiki perkataan dan perbuatan tidaklah cukup. Karena ada satu hal lain yang harus diperbaiki untuk memperbaiki yang dua itu tadi, yaitu hati. Ya, memperbaiki hati..
Apakah hatinya rusak sehingga harus diperbaiki? Ya tentu saja tidak, but hati itu sangat sensitif. Banyak sekali hal kecil di sekitar kita yang bisa membuat hati kita rusak [kusam]. Misalkan saja buruk sangka kepada orang lain, fitnah, ngegosip DLL. Mungkin saja orang lain tidak ada yang tahu tentang hal ini. Dan tetap saja prasangka buruk, dan barang tentu hal inilah salah satu penyebab pengotor hati, apalagi jika lakukan terus-terusan tanpa Istighfar.
Pada prinsipnya Manusia sangat cinta dengan kebersihan dan tidak suka dengan sesuatu yang kotor "Kebersihan sebagian dari pada Iman". Tentu saja karena kotoran yang dibiarkan lama tanpa dibersihkan akan membuat kerusakan bin karatan. Jika hati kita terkotori dan tidak segera dibersihkan, bukan tidak mungkin hati kita akan rusak karenanya dan pada akhirnya berpengaruh pada sikap en sifat kita.. Na'udzubillah..
Seperti kata Rasul kita yang amanah, “Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya; jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).
Perkataan siapa lagi yang lebih benar? Siapa lagi yang bisa kita teladani kalau bukan manusia yang suci hatinya, yang diberikan jaminan surga oleh Tuhan-Nya?
Tidak diragukan lagi, hatilah yang akhirnya mewakili semuanya. Jika kita berkomitmen memperbaiki hati, maka perkataan dan perbuatan akan menjadi cerminan baginya. Tidak akan pernah ada kelelahan karena mengharap penghargaan ataupun pujian dari makhluk di dunia. Seperti halnya barang kesayangan yang kita miliki. Kita akan menjaga dan selalu membersihkan barang kesayangan kita untuk menjaga barang kita tetap bagus dan awet. Begitu juga seharusnya yang kita lakukan dengan hati kita. Selalu membersihkannya agar tetap terjaga dan tidak membiarkan rusak begitu saja.
Maka dari itu, mari sobat fillah kita perbaiki hati kita setiap saat agar baik pula kualitas diri kita yang merupakan salah satu cerminan muslim sejati. Ayo saling menasehati, bukan malah saling mengobarkan api kebencian yang menggerogoti hati. Saling mendo'akan semoga hari ini lebih baik dari kemarin... Amiiiiin...
Semangat...!!!!
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar