Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
20.10.12 | Sabtu, Oktober 20, 2012 | 0 Comments

“Politikus” Artinya “Banyak Tikus”?

Mooner [area]- MARI kita bermain kata sejenak. Betapa bahasa Indonesia meminjam banyak istilah dari bahasa lain, terutama Belanda dan Inggris yang pernah menjajah kita, juga Sanskerta dan Arab yang mengukir wajah budaya kita.  Dari bahasa Belanda kita belajar menggunakan akhiran “us” untuk menunjuk si pelaku pekerjaan. Misalnya, orang yang mengajar di akademi disebut “akademikus”, ahli dalam memperbaiki mesin dijuluki “mekanikus”, mereka yang mendalami ilmu ekonomi dipanggil “ekonomikus”, dan tentu saja mereka yang mempraktekkan ilmu politik dinamai “politikus”.

Mooner [area]MARI kita bermain kata sejenak. Betapa bahasa Indonesia meminjam banyak istilah dari bahasa lain, terutama Belanda dan Inggris yang pernah menjajah kita, juga Sanskerta dan Arab yang mengukir wajah budaya kita.

Dari bahasa Belanda kita belajar menggunakan akhiran “us” untuk menunjuk si pelaku pekerjaan. Misalnya, orang yang mengajar di akademi disebut “akademikus”, ahli dalam memperbaiki mesin dijuluki “mekanikus”, mereka yang mendalami ilmu ekonomi dipanggil “ekonomikus”, dan tentu saja mereka yang mempraktekkan ilmu politik dinamai “politikus”.

Dalam bahasa Inggris, akhiran “us” diganti menjadi “si”, atau dikunci menjadi konsonan (huruf mati), sehingga istilah akademikus menjadi “akademisi” dan politikus berubah “politisi”. Sementara mekanikus menjadi “mekanik” dan ekonomikus menjadi “ekonom”.
Jangan puyeng dulu, karena penggunaan standar transliterasi (alih bahasa) yang tidak istiqamah membuat kekacauan pemaknaan. Contohnya, “Poliklinik” berarti banyak tempat pemeriksaan fisik (klinis), “Politeknik” maksudnya banyak jurusan keterampilan (teknik),  dan “Politeisme” bermakna paham yang meyakini banyak tuhan (theis). Lalu, apakah “Politikus” artinya “banyak tikus”Ya, nggak lah yaw...

Ingat ya, istilah poliklinik, politeknik dan politeisme berakar dari bahasanya Wayne Rooney, striker asli Inggris/ Manchester United. Sedangkan, istilah politikus – sudah dikasih tahu tadi akhiran “us” – berasal dari bahasanya Robin van Persie yang asli Belanda, dan sekarang merumput di Club Manchester United. Nah, jangan dikocok-kocak pemahamannya.
Tapi, sebagian pengamat bilang, kelakuan “politikus” seringkali sulit dibedakan dengan “tikus” yang sebenarnya. Lihat saja, para pejabat negara yang hobinya justru “menggerogoti” aset negara. Lha.., urusan gerogot-menggerogoti kan memang perilaku tikus yang sejati. Selain itu, kaum politikus suka petak-umpat dan lempar tanggung-jawab, kalau sedang menghadapi persoalan pelik, seperti pengungkapan kasus korupsi di KPU atau teror bom di Tentena, Sulawesi Tengah.

Siapa yang dikejar (pelaku korupsi atau terorisme) dan siapa yang mengejar (jaksa atau polisi)? Sungguh tak jelas. Nggak pernah terungkap tuntas. Persis kayak adegan perburuan “Tom and Jerry”. Tom si kucing dibikin ngos-ngosan memburu Jerry tikus. Maksudnya apa, neh?

Perilaku politikus dikesankan umum licin dan licik. Mereka tak pernah merasa bersalah, walaupun tindakan dan kebijakannya terbukti merugikan banyak orang. Mereka biasa beralibi, semua tindakannya diniati untuk membela kepentingan umum. Padahal, sebenarnya tindakan itu untuk mempertahankan kekuasaannya sendiri, atau minimal memperkaya dan menyelamatkan diri sendiri.

Mari kita dudukkan pemahaman kita. Seorang politikus atau politisi sejati harus memahami, menerapkan, dan mendaya-gunakan kemampuan politiknya untuk kemaslahatan bersama (common interest). Politikus alias politisi tulen mampu membedakan kebijakan dan kepentingan umum (public policy and interest) dengan keinginan dan kebutuhan pribadi (private wants and needs).

Jika kamu, dalam usia belia, ingin belajar politik, pahamilah makna “siyasah” sebagai “upaya untuk menjaga (himayah) nilai-nilai kebenaran dan kebaikan (Ad Dien), serta mengelola (riayah) seluruh potensi alam (Ad Dunya)”. Keikutsertaan dalam training, keterlibatan sebagai pengurus ranting, juga keseriusan mengelola program merupakan unsur dasar dalam keterampilan berpolitik (political capability)

Luruskan niat dan tingkatkan kemampuan sebagai “Politikus” (siyasiyun) – dengan P besar. Jangan sekali-kali mengadopsi mental tikus, yang berbuntut panjang dan suka main di dalam got kotor. Lho, apa hubungannya? Tanya aja sama Mamah Dedeh...!

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar