Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
10.10.12 | Rabu, Oktober 10, 2012 | 0 Comments

KHALIFAH (Beban) Bukan Jabatan

Seperti yang diinformasikan Al-Qur’an, satu-satunya literatur yang paling akurat dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” QS. Al Hijr: 26. Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan secara langsung. Kemudian Allah menciptakan manusia kedua -Hawa- untuk dijadikan kawan hidup (isteri).
Mooner [area] -Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak ilmuwan yang mendukung teori evolusi Darwin. Bahwa manusia berasal dari kera, kemudian mengalami evolusi. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan ilmiah berupa fosil-fosil. Ini tentu saja mengundang banyak polemik, para ahli agama secara tegas menentang teori evolusi. Hal ini didasarkan pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama.

Seperti yang diinformasikan Al-Qur’an, satu-satunya literatur yang paling akurat dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” QS. Al Hijr: 26. Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan secara langsung. Kemudian Allah menciptakan manusia kedua -Hawa- untuk dijadikan kawan hidup (isteri).

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…” [QS. An-Nisa: 1]
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” [QS. Al Mu’minun: 12-14].
Ayat-ayat di atas sudah lebih dari cukup membantah teori evolusi. Bukan di sini tempatnya mengungkap bukti-bukti ketidakakuratan teori Darwin melalui penemuan-penemuan empiris.
Pertanyaannya; Jika manusia dari tanah, mengapa Allah menjadikan mereka khalifah di bumi? Dalam benak fikiran manusia barangkali asal usul makhluk menentukan kehormatan. Padahal hakikatnya, kehormatan seseorang tidak terkait dengan asal usul manusia. Iblis makhluk bangsa jin tercipta dari api tidak serta merta lebih mulia dari manusia. Yang menentukan kemuliaan seseorang adalah takwa, terlepas dari keturunan bangsawan atau bukan.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”[QS. Al-Baqarah: 30].
Perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam adalah sebagai bentuk penghormatan. Allah mendelegasikan sebagian otoritas-Nya kepada manusia untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Inilah yang dinamakan fungsi kekhalifahan. Jika manusia mampu mengemban tugas kekhalifahannya, maka akan memiliki derajat yang lebih tinggi dari malaikat. Manusia akan berada pada puncak kemuliaan jika dia senantiasa bertaqwa pada Allah dan menegakkan syari’at-Nya “…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” [QS. Al-Hujurat: 13].
Manusia mempunyai dua dimensi; ruhiyah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan dimensi tanah mencerminkan kerendahan. Karena itulah manusia dapat mencapai derajat yang tinggi, sebaliknya dapat terperosok dalam lembah yang hina. …Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’raf: 170].
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, ia berada pada puncak piramida ciptaan Allah. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” [QS. At-Tin: 4]. Manusia dibekali potensi khusus, yaitu “akal” dimana potensi ini tidak diberikan kepada malaikat. Dengan akal manusia bisa berpikir, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan akal manusia memiliki kebebasan berfikir dan kemampuan memilih yang menjadi dasar adanya pertanggung jawaban atas pilihannya.
“…Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.” [HR. Bukhari-Muslim]. 
Manusia juga diberikan “hati” sehingga dapat mengembangkan hidupnya dengan nilai-nilai keruhaniahan. Dengan hati, manusia memiliki rasa cinta, kasih sayang, solidaritas, kepedulian sehingga melahirkan kolektivitas. Akal dan hati telah menghasilkan peradaban manusia yang komprehensif meliputi aspek intelektual, emosional dan spiritual.
Di atas landasan modalitas itulah Allah mengangkat manusia menjadi khalifah di bumi. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai khalifah, Allah tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa bimbingan. Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menjadi model dalam menjalankan fungsi kehambaan dan fungsi kekhalifahan. Menurunkan kitab suci (Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an) sebagai petunjuk dan menjadikan Muhammad Rasulullah sebagai uswatun hasanah.
“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu.” [QS. Adz-Dzariyat: 56]. 
Inilah yang dinamakan fungsi kehambaan manusia, agar manusia menyadari eksistensi dirinya, bahwa  tujuan utama penciptaan manusia yang asasi (fundamental) adalah beribadah kepada Allah. Sekarang kembali kepada kesadaran manusia, akan diarahkan kemana hidup yang singkat ini? Menjadi manusia mulia atau sebaliknya.
Pada saat dideklarasikan manusia sebagai khalifah, kemudian Iblis menentangnya sesungguhnya ini memberikan penegasan rumus abadi hidup manusia. Apakah dia memilih menjadi barisan Khalifah pertama di bumi, Adam dan para nabi-nabi setelahnya hingga Muhammad nabi terakhir, ataukah ia mengikuti jejak musuh Adam dan pengikutnya yakni Iblis, meski dari bangsa manusia?
Ketika menjadi “manusia” ia tidak otomatis menjadi “khalifah”. Untuk menjadi khalifah ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yakni menjadi pengikut jalan para nabi. Saat melenceng dari jalan itu, maka ia lebih memilih menjadi musuh khalifah.
Jadi jabatan “khalifah” bagi manusia sesungguhnya lebih kepada beban dan tuntutan moral ketimbang kehormatan. Jabatan itu akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar