Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
6.9.12 | Kamis, September 06, 2012 | 0 Comments

PANTAS NGGAK ?

moonerarea
Pernahkah kita merenungi setiap kumpulan sel yang terbentuk menjadi tubuh sempurna ini?
Pernahkah kita membayangkan wajah kita seperti sekarang ini, punya telinga yang bisa mendengar, punya mata yang selalu melihat, punya tangan yang bisa menggenggam dan punya jantung yang diluar nalar bisa bergerak dengan sendirinya?





Sobat..,Hidup kadang tak ubahnya seperti untaian benang panjang yang punya dua warna.
Silih berganti warna itu menghias untaian benang. 
Ada warna suka, ada duka.
Benang akan tampak menarik ketika terhias suka. Dan, akan dibenci ketika warna duka terlalui.
Namun demikian, sebagian orang kadang lupa bahwa seperti itulah warna kehidupan.
Mungkin, keterbatasan rasa manusia yang bahagia ketika suka. Dan sedih ketika duka. Tak jarang, keterbatasan itu pun menggiring pandangannya kepada Pembuat Hidup.
Bahwa, suka adalah kemuliaanNya. Dan, duka adalah penghinaanNya.

Dalam surah Al-Fajr ayat 15 dan 16, Allah swt berfirman,
“Ada pun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanKu. Ada pun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku.”
Sobat.., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Sementara Allah SWT memberikan nikmat Islam kepadaku.
Nikmat yang menerangi jalanku. Nikmat yang menunjukan jalan menuju keselamatan.
Nikmat yang memberi petunjuk untuk sukses dunia akhirat.
Padahal kitaselalu lengah dalam mengarungijalanyang Allah karuniakan, kita selalu salah dalam melangkah, kita tidak merenungi nikmat Islam itu.


Sobat..., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Sementara masih sering terulang dimana shalat dhuha jarang sekali kita lakukan, kalau toh kita lakukan dengan terburu buru karena ada kerjaan, ketika qiyamul lail dengan kepala hampir jatuh tertidur karena ngantuk, shalat lima waktu? selalu diujung waktu, nyaris abis tuh waktu, dhuhur mendekati ashar, ashar mendekati maghrib, maghrib mendekati isya' dan isya' menjelang subuh, subuh ketiduran udah gitu milih ayatnya yang pendek- pendek saja agar cepet selesai.
Tidak pake doalah karena beranggapan ALLAH pasti tahu apa yang kita inginkan tanpa berdoa, lipat sajadah dan kabur mengejar dunia.

Astahgfirullahaladhzim..


Padahal ketika kita Sholat kita membaca Syahadat, kita berikrar, bersumpah, bersaksi bahwa tiada Illah yang pantas disembah selain ALLAH dan Muhammad SAW adalah Rasul ALLAH. Itu artinya kita harus tunduk, patuh, ta’at atas perintah – perintah ALLAH dan menjahui segala larangan-Nya, dan Muhammad SAW adalah suri tauladan kita yang harus kita jadikan contoh dalam kehidupan kita. Namun apa yang terjadi??? Semua itu hanyalah bualan, hanyalah omong kosong,hanyalah janji-janji tanpa arti yang keluar dari mulut kita.


Boleh jadi Bersyahadad ketika kita Sholat, ALLAHU AKBAR ketika diatas hamparan sajadah, ALLAHU AKBAR ketika sholat berjama’ah.
Tapi ketika kita dikampus, dikantor didalam kehidupan keseharian kita yang ada hanyalah Kepentingan- kepentingan Akbar, Duniawi Akbar, Nafsu-nafsu Akbar.
Seringkali kita melanggar aturan – aturan ALLAH dalam keseharian kehidupan kita. Baik sadar atupun tidak sadar, sengaja ataupun tidak sengaja sehingga perlahan tapi pasti, dan dengan pasti pulalah kita berbuat dosa.


Sholat iya, bermaksiat juga, sholat lengkap , berbuat dosa makin kalap, Bersedekah rajin, tapi korupsi pun rutin, sholat berjamaah tapi tetangga pun jadi obyek fitnah, membantu orang lain cekatan, mengambil dan merampas hak-hak orang lain pun jadi langganan.
Dari mulut kita rajin berdzikir, dari mulut kita rutin bertasbih, dari mulut kita rutin beristighfar mohon ampunan ALLAH. Tapi dari mulut juga kita menghina, menggunjing, menyakiti perasaan saudara kita, dari mulut kita berbohong, bahkan dari mulut juga kita masukkan makanan Haram.
Lantas dimanakah pembuktian Syahadad (ikrar) kita?? dimana Pembuktian "Innasholati wanusuki wamahyaaya wamamaati lillaahirabbilaalamin (sesungguhnya sholatku,ibadahku, dhidupku dan matiku hanya untuk ALLAH)".
Apakah itu bukti pemanfaatan nikmat Allah? Apakah itu bukti kecintaan kita kepada Allah?


Sobat..., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Saat ini masih sering terjadi kita membaca AlQur’an kalau sempet padahal kita tahu bahwa petunjuk hidup kita ada disana, bahwa AlQuran adalah surat cinta dari sang Khaliq.
Okelah sesekali kita baca tapi itu pun kalau sempet, tanpa memahami arti dan maknanya alias ASBUN binti asal bunyiASDENG bin asal kedengeran merdu ditelinga kita dan ternyata ayat-ayat yang mengalir tak jua membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah “ketika dibacakan ayat-ayat ALLAH maka tergetarlah hatinya“.
Seperti inikah bukti pemanfaatan nikmat Allah?

Pantaskah kita mengaku beriman?? 
Tatkala berbuat dosa terasa begitu aman.
Pantaskah kita mengaku beriman??
Tatkala berbuat dosa sudah terbiasa.
Pantaskah kita mengaku bertaqwa ketika dosa kian hari kian bertambah-tambah.
Tetapi hati kita masih terasa begitu tentram seakan debet pahala melimpah.


Sobat..., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Sementara kita selalu mengeluh disetiap kegagalan yang selalu kita dapatkan dalam usaha-usaha kita. Padahal Allah telah mengajarkan arti sebuah kesuksesan dari kegagalan itu sendiri serta kesabaran selalu berbuah kemenangan.


Ketika kita mampu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan kita, disitulah pintu kesuksesan dekat dengan diri kita.
Ketika kita diberi cobaan disitulah Allah sedang meng"OSPEK" kesabaran kita, agar bisa bersyukur saat raih kemenangan.

Allah sudah mempersiapkan nikmat kesuksesan dan kemenangan itu didekat kita, disekeliling kita, didepan mata kita, didekat genggaman kita. Namun, kadang kita sudah mudah menyerah, hobi frustasi sebelum mencari solusi.

Dari hanya sedikit kegagalan saja lihai bener menghujat Allah, padahal Allah Maha tahu sampai dimana porsi iman dan taqwa kita.

Kadangkala setelah kesuksesan serta kemenangan itu kita raih, kita lupa siapa yang membarikannya.
Jadi, ketika nikmat Allah diterjemahkan hanya dari satu sisi yaitu kesenangan lengkap dengan pesta pora bak doktrin Samiri pada kaum israel..

Di situlah orang terjebak dalam kedangkalan nalarnya sendiri. Mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, kepada Yang Maha Pencipta, atas segala nikmatNya.
Tapi, ketika anugerah menempati sisi lain yang tak sesuai harapan (kegagalan), syukur dan terima kasihnya lenyap.
Syukurnya menguap bersama kecewanya dan berkata: ‘Allah menghinakan saya, Allah kejam kepada saya'.


Sobat.., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Sementara kita selalu mengeluh atas setiap kebijakan orang tua kita. Ketika uang jajan kita Ibu kurangin, hanya sedikit berkata ‘terima kasih’ itupun dengan sinis.

Padahal, Ibu sungguh-sungguh dengan penuh cinta dan syukur dengan nikmat Allah, merelakan dirinya selama 9 bulan untuk membawa dan melindungi kita kemanapun dan kapanpun.
Padahal, Ibu yang mengajarkan kita arti kelembutan, arti kemurahan hati, arti kedewasaan dan arti kehidupan ini.
Padahal, Ibu yang membelai kita dikala kita bersedih, selalu mendoakan kita dikala kita sedang bepergian agar anaknya diberikan keselamatan, selalu tersenyum walau kadang kita selalu menyakitinya.


Sobat.., Pantaskah Kita Mendapatkan Nikmat Allah?
Sementara, kita tidak memanfaatkan sikap‘kePEDEan’ kita yang telah Allah berikan spesial untuk kita. Tetapi kita tidak menggunakannya dgn baik. Padahal diluar sana, disetiap lampu merah, disetiap terminal, disetiap sudut kota, disetiap gerbang kantor, kampus dan mall. Mereka selalu ada, mereka selalu berusaha meminta sikap kepedulian kita, mereka memohon untuk sedikit membagi kelebihan diri kita.
Apakah kita pernah berfikir? Bagaimana mereka mencari sesuap nasi untuk setiap makannya, mencari tempat untuk berteduh dikala hujan mengguyurnya, mencari tempat berlindung ketika preman-preman atau petugas keamanan mengejarnya.


Betapa ruginya diri kita ketika tidak sedikitpun tidak memanfaatkan rasa ‘peduli’ itu. Padahal kita lihat dalam kehidupan kita, makanpun minta kepada Ibu ‘Ibu masak yang enak ya, Ibu masaknya cepetan ya aku lapar.’ Padahal kita dengan nyaman berteduh dirumah yang mewah, rumah yang segala isinya ada lengkap dengan fasilitas untuk kita bergombal ria via dunia maya, rumah yang dijaga ketat oleh satpam.
Apakah itu bukti pemanfaatan nikmat Allah?


Sobat..,Masih banyak kisah klasik yang menjadi renungan untuk setiap nikmat Allah. 
Mensyukuri nikmat Allah harus menjadi bagian dalam hidup kita. Kadang tak sadar kita kurang bersyukur kepada-Nya. Mengeluh & hanya mengeluh. Tak pernah kita berterima kasih kepada-Nya.
Padahal sudah begitu bnyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Mulai dari nikmat kesehatan, nikmat kekayaan, dan nikmat-nikmat Allah yang lainnya..

Sungguh patut kita renungi, seberapa banyak nikmat Allah yg kita dapatkan,dan sebarapa banyak rasa syukur kita haturkan..?
Ayo sekarang, kita raba hati kita masing-masing, cek dengan seksama masihkah ada iman disana ?

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar