Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
4.9.12 | Selasa, September 04, 2012 | 0 Comments

Mudahkan Orang Lain, Maka Allah Akan Memudahkanmu

"Memudahkan urusan orang lain itu, bagian dari sedeqah, Mii.."
"Itu balasan singkat yang mampir di BB-bu Khayla, dari pak Mishbakh, suaminya. Pesan yang membalas laporan bu Khayla bahwa rasa-rasanya mereka salah memperhitungkan harga rumah yang rencana akan mereka jual.


Dari tawaran kepada umum 250 juta, lalu karena yang berminat tetangga mereka sendiri (di rumah itu) yang sangat baik, mereka turunkan menjadi 200 juta. Ternyata harga segitu pun masih ditawar lagi, yang akhirnya disepakati lah, dilepas dengan harga 175 juta. Nah, karena yang mau beli ternyata agak merasa berat kalau bayar Kontan dimuka, diputuskanlah 100 juta di bayar cash dan sisanya dicicil dalam waktu 1 tahun.
Beberapa lama kemudian, bu Khayla mengumpulkan berkas dokumen rumah tersebut. Kaget juga saat dia tahu NJOP rumah itu sekarang 233 juta, dengan luas tanah 124 meter persegi karena berada didaerah pemukimanan pariwisata. Lha..?

Kemarin kok terlanjur mau dilepas 175 juta?
Wah harus diskusi ulang ini dengan suami..
Begitulah, insting perempuannya mulai berhitung kalo urusan rupiah.Ngulik soal duit hukumnya sensi bagi mereka.

Hal inilah yang dilaporkan bu Khayla pada suaminya. Tapi... ternyata pak Mishbakh menjawab dengan tenang "Mudahkanlah jalan (urusan) orang, Maka Allah akan memudahkan kita" .
Lalu disambungnya lagi,"Gak papa segitu. Toh kita juga sudah mendapat manfaat dari rumah itu. Sudah tinggal di sana 6 tahun, dan kita juga masih untunglah kalau dibanding harga belinya dulu Mii..."
"Yee, Abii.. Wajarlah Harganya naik berlipat dari harga beli. Namanya juga tanah dan rumah. Didiamin aja harganya juga pasti naik sendiri. Tapi nilai uangnya belum tentu naik lho.,.! Hari gini, inflasi suka gak kira-kira. Terus, untuk renovasi beberapa kali kan kita keluar puluhan juta juga, sebenarnya", begitu pikir bu Khayla dalam hati.

Tapi benar-benar cuma dalam hati, karena bu Khayla langsung meng-iyakan keputusan suaminya. Ya sudah Bii.., Mii, sami'na wa atho'na aja lah.. 
Bagaimanapun juga, suamiku adalah qawwam (pemimpin)-ku, gumamnya dalam hati.
"Semoga saja, kalaupun di dunia untungnya sangat tipis atau tidak mendapat untung, tapi keuntungan berlipat di akherat lah kelak yang akan kami dapat untung berkali lipat,Amin.." harap bu Khayla.

Bu Khayla mencoba legawa. Karena memang bukan sekali dua kali pak Mishbakh mengambil kebijakan keputusan seperti ini. Kebijakan soal uang atau kekayaan. Membebaskan hutang jutaan rupiah pada teman yang dirasa sulit untuk terbayarkan karena penghasilannya tak tentu, setelah melihat sendiri teman tersebut berusaha membayar tapi tak juga berkemampuan sehingga beberapa kali minta penangguhan waktu.
Bahkan beliau pernah memberikan kontraprestasi satu tahun pemutihan cicilan hutang (yang total hutangnya hampir seratus juta, dijanjikan akan dicicil dalam 5 tahun) pada seorang sahabat yang rajin membayar cicilan hutangnya, karena merasa bahwa dia adalah orang yang dapat dipercaya.

Meminjamkan mobil pribadi mereka kepada siapa saja yang membutuhkan (apalagi kepada tetangga yang benar-benar urgent), dan tak merasa berang saat suatu hari mobil itu pulang kandang dalam kondisi beret-beret panjang serta sedikit penyok di sudutnya.

Bu Khayla yang sempat cemberut, disadarkan dengan ucapan Pak Mishbakh, "Mereka pinjam mobil kan karena gak mampu Nge-rental, Mii.. Lhaa, kalau mampu ya.. barang tentu pilih mobil Rentalan yang jauh lebih bagus".

Kalau ada celaka2nya sedikit begini, toh nggak disengaja juga. Gak apapalah, Yakinlah Mii esok atau lusa Allah yang akan memudahkan urusan kita..".

Bahkan beberapa bulan lalu pak Mishbakh Juga tak merasa 'ada masalah' saat suatu kali BPKB motor mereka dipinjam teman untuk dijadikan jaminan mendapatkan pinjaman ke suatu bank, tetapi temannya tersebut akhirnya menghilang.
Pak Mishbakh malah bilang "Ya sudahlah, nanti motornya Ikhlaskan jika disita pihak bank, mungkin kita selama ini kurang sedeqah Mii..".

Dan ... selalu saja bu Khayla yang protes lebih dulu, tapi lalu tersadar saat suaminya menjelaskan dengan arif dan menyejukkan. Ah, perempuan, kalau urusan duit memang cenderung medit tapi setelah dikasih pengertian mereka jauh lebih bisa legawa.

Sungguh bu Khayla patut bersyukur. Dari suaminya, dia banyak belajar untuk meletakkan harta di tangan saja, jangan sampai dibawa ke hati. Karena toh sebenarnya harta itu tak pernah benar-benar mereka miliki. Mereka hanya dititipi, untuk mengelolanya dengan baik, hingga akhirnya harta itu harus dikembalikan pada pemiliknya yang sejati. Bahkan bukan hanya harta, mereka pun si peminjam harta, juga akan diminta-Nya kembali.

Justru, harta yang telah disedeqahkan baik secara terpaksa (dipinjam) atau sukarela itulah yang seharusnya tidak usah lagi dianggap sebagai pinjaman, tapi menjadi deposito abadi mereka di sana (akhirat), yang semoga devidennya nanti dapat menyelamatkan mereka sekeluarga dari api neraka, membimbing mereka beriringan menuju surga..Amin..

Bismillah...Bu Khayla lantas ingat ucapan Pak Nanang, pemilik rumah sebelumnya sewaktu bu Khayla dan Pak Mishbakh menemuinya untuk membeli rumah itu, yang dijual dengan harga jauh di bawah harga pasaran. Pak Nanang hanya berkata, "Urip iki lak mung mampir ibadah to Mas, Mbak.."(hidup ini kan hanya untuk mampir ibadah saja-red), jadi selayaknya apapun yang kita lakukan harus bernilai ibadah.
Bahkan, karena kondisi keuangan mereka sangat cekak waktu itu, Pak Nanang bersedia melepaskan rumahnya dengan pola tunai berjangka. 50% dibayar cash di awal, dan 50% sisanya dicicil selama setahun sesudahnya. Alhamdulillah, kemudahan yang membuat mereka (pak Mishbakh dan bu Khayla) akhirnya memiliki rumah, tak lagi tinggal dikontrakkan.


Ya.. pembelajaran dari pak Nanang dalam hal memudahkan orang lain itu, benar-benar meresap dalam hati mereka berdua, lalu berniat akan meneruskan cara yang sama, Insya Allah..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar