Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
8.9.12 | Sabtu, September 08, 2012 | 0 Comments

Akankah Kita Seperti Kakak Tua ?

kakak tuaSebuah pesantren di daerah Jawa Timur memberikan cerita hikmah untuk kita semua. Cerita ini dimulai beberapa tahun yang lalu, saat Pak Kiai pemilik pesantren memelihara seekor burung Kakak Tua.

Kakak Tua merupakan jenis burung yang paling cerdas menirukan suara-suara manusia selain burung Beo. Bertahun-tahun Pak Kiai mengajarkan sebuah kalimat kepada kakak tuj itu. Kalimat yang sering kita baca dalam shalat, yaitu kalimat tauhid, laailaaha illallah muhammad-rasulullah. Hingga begitu lancarnya dilafazdkan oleh si burung Kakak Tua.


Selama beberapa lama pesantren diramaikan kalimat tauhid yang diucapkan oleh si burung Kakak tua itu. Memberikan suasana dzikir para santri semakin berwarna. Ada kebanggaan tersendiri melihat seekor burung Kakak Tua bersuara kalimat tauhid.
Bulan berganti bulan, Tahun berganti tahun,..


Suatu pagi, Pak Kiai memberikan makan seperti biasa untuk kakak tua kebanggaan itu. Tetapi ada yang aneh dari kakak tua itu. Biasanya ia lincah berputar-putar 360 derajat, makan, minum, dan mengucapkan kalimat tauhid. Kali ini Kakak tua itu lunglai.
Pak Kiai memperhatikan Kakak Tua itu yang semakin lama semakin menunduk. Tak berapa lama, Kakak tua itu terjatuh ke dasar sangkar dari tenggerannya. Dan ternyata Kakak Tua itu mati.

Kontan Pak Kiai sangat sedih..
Sejak saat itulah, beliau selalu menangis. Bahkan saat beliau mengajar sekalipun. Berhari-hari tak reda sedihnya. Hal ini membuat para santri khawatir dengan kondisi Pak Kiai.

Suatu hari, seluruh santri berkumpul untuk membicarakan solusi agar Pak Kiai tidak bersedih lagi. Mereka sepakat untuk mengumpulkan sebagian uang jajan untuk membelikan seekor Kakak tua untuk Pak Kiai. 

Mereka benar-benar mengira kesedihan Pak Kiai disebabkan oleh matinya Kakak Tua terdahulu yang sangat dibanggakan seantero pesantren.
Pada suatu pagi, jelang shalat subuh berjama'ah sebelum qabliyah subuh. Salah seorang perwakilan santri sepesantren memberanikan diri untuk berbicara, mengutarakan rencana mereka mengganti kakak tua yang meninggal itu.

Pak Kiai, kemarin kami semua berkumpul dan bermusyawarah. Mencari solusi bagaimana agar Pak Kiai tak bersedih lagi karena matinya beo kesayangan itu. Insya Allah kami akan menggantinya, membelikan seekor burung beo yang juga memiliki kemampuan yang hampir sama dengan kakak tua untuk Pak Kiai,” kata perwakilan santri itu.

“Alhamdulillah. Hari ini, saya melihat persaudaraan antar santri yang semakin erat. Walaupun kalian dari berbagai suku, tetapi dapat disatukan menjadi saudara dengan balutan iman kepada Allah SWT. Kalian telah menunjukkan persaudaraan yang didasarkan karena cinta pada Allah semata. Subhanallah! Jaga itu,” jawab Pak Kiai bijak.

Kemudian Pak Kiai meneruskan ceritanya.“Kalian tahu, kenapa aku bersedih?
Ketahuilah, aku telah mengajarkan kalimat tauhid kepada burung kakak tua itu selama bertahun-tahun. Hingga ia lancar mengucapkannya dengan fasih. Namun, aku sangat sedih karena burung kakak tua 
itu ketika sakaratul maut hanya mengeluarkan kalimat “kheeeeek” saja. Ya, hanya itu saja yang disuarakan Kakak tua itu saat ajalnya datang,” ungkap Pak Kiai.

“Hal itulah yang membuatku bersedih dan terus melakukan instropeksi diri. Apakah nanti di penghujung sakaratul maut, aku juga akan seperti Kakak tua itu?” Pak Kiai menutup penjelasannya dengan sebuah pertanyaan retoris.

Seketika suasana hening. Semua wajah menunduk dan menangis tersedu. Beberapa santri berpelukkan dan saling meminta maaf kepada saudaranya.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar