Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
8.6.12 | Jumat, Juni 08, 2012 | 0 Comments

MENILIK HARTA DAN ILMU

MENILIK HARTA DAN ILMU
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah telah membentangkan baginya jalan kesurga, sesungguhnya para malaikat meletakan sayap-sayap mereka (dengan) penuh keredhaan bagi penuntut ilmu, sesungguhnya penghuni langit dan bumi sekalipun ikan dalam air memohon ampunan untuk seorang alim, sesungguhnya keutamaan seorang alim diatas seorang ahli ibadah seperti keutaman (cahaya) bulan purnama atas (cahaya) bintang-bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan emas dan perak, tetapi mereka mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mendapat bagian yang cukup banyak.” (HR: At Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah)


Islam mengajarkan umatnya agar selalu cinta kepada ilmu. Kenapa bukan harta? Karena ilmu adalah satu-satunya alat untuk menggapai segalanya, termasuk harta.
Ilmu berasal dari bahasa Arab, alima, ya'lau, ilman, yang artinya pengetahuan. Ilmu merupakan perkara abstrak yang tidak bisa dilihat dengan mata lahir. Ia hanya bisa dirasakan ketika ilmu itu mewujud dalam bentuk perbuatan.

Gambaran ilmu yang demikian ini adalah ilmu yang bermanfaat. Menjadi sangat penting karena ilmu dicari bukan untuk dirinya sendiri, tetapi harus bisa menebar kebaikan kepada orang lain. Pepatah arab mengatakan, "al ilmu bila amalin kassyajari bila samarin". As-Syajar merupakan buah dari ilmu yang mewujud dalam bentuk perbuatan. Menjadi pribadi yang bisa memberi manfaat bagi orang lain, dan berkontribusi positif bagi kehidupan. Untuk memperolehnya seseorang harus mempunya ilmu.

Begitulah arti sebuah ilmu. Ia lebih bermanfaat dari pada dunia dan isinya. Karena yang menggerakkan segala isi dunia ini adalah ilmu. Bayangkan, uang tidak akan berarti jika tidak ada nilai nominalnya. Nilai nominal itu ada dikarenakan ilmu yang berbicara. Emas, perak, semua bernilai tinggi dikarenakan ilmu menganggap kedua barang itu langka dan indah sehingga nilai jualnya tinggi.

“Apabila anak adam meninggal terputuslah segala amalannya, kecuali tiga bentuk: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim).
Ilmu menjadi berharga karena sang pemiliknya menghargai. Cara menghargai sebuah ilmu adalah dengan cara mengamalkannya. Ilmu setinggi langit tidak mempunyai arti apabila dibiarkan begitu saja. Ia bahkan jauh lebih bodoh dari pada orang yang bodoh. Padahal ilmu merupakan sesuatu yang membedakan di antara mereka. Andaikan ilmu yang dimiliki itu tidak dilakukan, apalah arti sebuah ilmu itu?

Kita bisa melihat banyak orang pintar menjadi susah karena ilmunya. Para koruptor yang dipenjara sebenarnya sudah tahu, mencuri uang rakyat (korupsi) dampaknya begitu besar. Bukan hanya dipenjara, dia juga mendapat sanksi sosial sekaligus dipecat dari pekerjaannya. Akan tetapi kenapa pengetahuan yang sudah diketahui itu tidak dijalankan? Mereka bisa berbuat seperti itu disebabkan ilmu yang mereka miliki tidak dijalankan. Karena kecorobohan itulah ilmu balik menyerang dirinya yang tidak mau menghargai sebuah ilmu.

Ilmu memang demikian. Ia seperti pisau bermata dua. Apabila diamalkan, ilmu akan mengangkat derajatnya, baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana janji Allah. Sebaliknya, mereka yang tidak menjalankannya, ia akan jadi hina melebihi hinanya binatang.
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk kebaikan, Allah (berikan) pemahaman kepanya dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kebaikan yang dimaksud dalam hadits ini adalah umum, mencakup segala kebaikan duniawi maupun ukhrawi, didunia ia akan diberikan kehidupan yang baik, selamat dari berbagai macam kesesatan dan kemungkaran, ia akan membawa kebaikan kepada segenap umat manusia yang berada disekitarnya, dari perkataan dan perbuatanya lahir nilai-nilai kebaikan, ia bagaikan air yang melepaskan kedahagaan dikala manusia haus, yang memadamkan api dikala manusia kebakaran, yang membersihkan noda dikala manusia belumur kotoran, adapun diakhirat kelak ia akan mendapat balasan kebaikan diatas segala kebaikan yaitu surga yang jauh lebih baik dari segala kebaikan dunia beserta segala isinya, betapa agungnya ilmu, sungguh beruntunglah orang-orang yang melakukan perjalanan dimuka bumi ini demi untuk mendapatkan ilmu.

Sebahagian para ulama salaf pernah berkata: “Barangsiapa yang tidak mengenal ilmu tidak berguna baginya banyak amalan, karena amal tampa ilmu hanya membawa kemudaratan, sesungguhnya kerusakan yang ditimbulkan oleh seorang yang beramal tampa ilmu lebih besar dari kebaikannya.”


Pada zaman Nabi Musa ada seorang ulama yang mempunyai banyak karamah (keistimewaan). Akan tetapi ulama yang mempunyai banyak karomah itu menjadi hina dan murtad dikarenakan banyak melakukan dosa-dosa besar. Dia bisa menjadi seperti itu dikarenakan nafsu sudah mengalahkan dirinya. Dalam pengaruh nafsu tersebut akhirnya ulama tadi tak bisa mengendalikan dirinya hingga lupalah akan ilmu yang seharusnya membentengi dirinya.

Kesalahan manusia yang menjadikan dirinya terjebak dalam lubang kemaksiatan atau kehinaan disebabkan kealpaan akibat dari pengaruh nafsu. Ilmu yang seharusnya bisa mengalahkan nafu, justru berbalik arah. Hal ini dikarenakan nafsu lebih banyak keindahannya. Di balik keindahan itu ternyata tersimpan kehinaan-kehinaan yang menjadikan seseorang merugi akibat melakukannya.

Judi, zina, miras, narkoba, korupsi, dilihat dari tampilan luarnya terasa indah. Keindahan dan kenikmatan dunia semua terdapat dalam perbuatan tersebut. Akibat melakukan perbuatan itu, jutaan orang tersiksa dan menjadi hina di dunia. Semua itu disebabkan kealpaan manusia dari pengaruh nafsu setan yang menjanjikan keindahan dan kenikmatan. Oleh kerenanya nafsu bisa dilawan tidak dengan pedang maupun senjata, tapi dengan ilmu.

Ilmu adalah cahaya. Ia bisa berarti cahaya saat dalam kegelapan atau cahaya dalam cahaya. Ketika manusia terperangkap dalam lubang nafsu yang menjerumuskan berbuat dosa, ilmu akan menjauhkan dirinya dari pengaruh nafu. Ilmu sebagai penunjuk akan membawa dirinya jauh dari kesesatan. Hal ini bisa terjadi manakala seseorang itu menghargai atas ilmu yang dimilikinya. Jadi seseorang harus berpegang teguh dengan ilmu bahwa berbekal dengan ilmu akan menjauhkan dirinya dari nafsu setan yang selalu menggoda.

Memang antara nafsu dengan ilmu selalu berperang. Ilmu bertempat pada akal. Setiap saat nafsu selalu mengajak berbuat yang enak-enak tanpa memandang halal atau haram. Ajakan nafsu untuk berbuat demikian jika tanpa perlawanan ilmu, semuanya akan dituruti. Karena ilmu akan berbicara, perbuatan ini baik, perbuatan itu buruk. Dengan begitu hati akan memilih antara kedua hal itu. Apabila nasu lebih mendominasi, ilmu akan kalah dan ajakan melakukan sesuatu yang enak-enak (dosa) pun terjadi. Sebaliknya, jika jiwa ini bisa dikendalikan oleh ilmu, nafsu akan kalah.

Yang jelas lawan nafsu adalah ilmu. Ilmu selalu mengajak melakukan perbuatan yang baik, sedangkan nafsu mengajak berbuat jelek. Tanpa ilmu, nafsu akan selalu mengendalilkan manusia untuk berbuat tidak baik dan jauh dari nilai-nilai keluhuran.

Carilah duniamu seakan KAU hidup selamanya dan carilah akheratmu seakan KAU akan mati besok pagi......

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar