Tersebutlah seorang lelaki yang tengah melakukan perjalanan di padang pasir. Ia merasa sangat kehausan karena bekal air yang dibawanya sudah habis. Ia terus berjalan dengan harapan bertemu sumber mata air atau musafir lain.
Dalam kondisi hampir putus asa, tiba-tiba ia melihat seorang musafir lain yang berjalan menuju ke arahnya. Harapannya untuk mendapatkan air kembali muncul. Saat sudah dekat, ia memberanikan diri meminta air kepada musafir yang baru ditemuinya itu.
Namun, sungguh malang lelaki yang kehausan itu, ternyata persediaan air yang dibawa sang musafir sangat terbatas dan hanya cukup untuk perjalanannya.
Dengan sangat sopan sang musafir tadi berkata, “Dengan segala hormat, mohon maaf saya tidak bisa memberikan air ini, sebab perjalanan masih jauh dan saya sangat memerlukannya.
'Tetapi saya mempunyai sesuatu untuk Anda.” Sang musafir lalu memberinya sorban berwarna putih.
Alih-alih menerimanya, dengan nada emosi ia berkata, “Yang saya butuhkan air, bukan sorban warna putih." Saya tidak memerlukan sorban putih. Silakan Anda bawa saja. Terima kasih.
Disertai perasaan jengkel, ia berlalu meninggalkan musafir yang terkejut mendengar jawabannya tadi.
Lelaki itu melanjutkan berjalan mencari air, sampai akhirnya dari kejauhan ia melihat sebuah sumber mata air. Ia berlari mendekatinya. Namun apa yang terjadi? Begitu ia hendak mengambil air di tempat tersebut, seorang penjaga mata air mendatanginya dan berkata, “Bila Anda hendak mengambil air di sini ada syaratnya, Anda harus menyerahkan atau menukarnya dengan sorban berwarna putih."
****
Hikmah dari kisah ini :
”Demikianlah, ada orang sering menyepelekan dan menyia-nyiakan sesuatu yang ada di depan matanya. Padahal boleh jadi itu adalah sesuatu yang membuat hidup orang itu lebih baik dan bertumbuh di kemudian hari. Ada orang yang enggan bergabung dengan komunitaspositif karena merasa membuang-buang waktu, padahal boleh jadi itu pintu menuju kesuksesan hidupnya. Wallahua'lam
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar