Ia tak bertanya tentang tentang dunia sepakbola atau
perkembangan Islam yang selama ini jadi menu sehari-hari kami. Ia pun tak
bertanya tentang pekerjaan atau kegiatan menulis saya. tapi ia mengirimi
saya kata-kata ini.
"Cinta itu begitu luar biasa ya sob, mampu
membuat kita terigau dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang
dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah,
cemas, juga doa-doa."
Lama saya tak membalas pesan pendeknya, Bukan karena malas, tapi
saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar Handphone jadul saya ini. Adakah ia serius atau
hanya ingin ‘perang' kata-kata
dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga
saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak didepan laptop karena setelah
itu kami terus saling berbalas pesan pendek,Dan sy membalasnya seperti ini:
"Tapi, cinta jua menyediakan air mata...
Bagaimanapun rupanya, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya
mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanpun
ujudnya -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya
kita dan Allah saja yang tahu."
Dan sobat sayapun membalasnya :
"Cinta itu ibarat lentera, jadi ketika
kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita
tak tahu cinta dengan sinar apa dan seberapa kuat pijarnya menerangi hati kita.
Ada orang yang menyadari lentera cinta dan kuatnya pijarnya itu langsung ketika
dekat dengan orang yang dicintai. ada juga yang baru sadar ketika orang
tercinta telah tiada."
Kemudian kubalas lagi :
"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang
aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi
dicintai terkadang bisa menyisakan suatu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin
saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban
untuk rela jadi pandir kecewa pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih
jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang
kita cintai kan!"
Berbalas lagi dari sobatku :
"Benarkah balasan cinta itu akan kita
peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin
menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain
itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan atau malah sebuah
pelampiasan..."
Sejurus kemudian langsung ku balas lagi :
"Ya, itulah mistery of love ! Kita mungkin
tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati.
Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah
jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang
mencintai kita setulus hati bukan malah memberi Tragedy ? Yah, pada akhirnya
kita harus memilih. Tapi, yakinku just one, bahwa cinta tetap indah pada
akhirnya..."
Setengah jam kemudian balasnya :
"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya.
Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang
Mulai dari Adam & Hawa
Sampe Azzam & Anna dalam novel KETIKA CINTA BERTASBIH . Namun Bukankah
cinta butuh proses ? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat
satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.' Lantas apakah kita
hanya bisa diamkan saja KETIKA CINTA [tidak] lagi bertasbih..sedang perbudakan syahwat laknat kian menggeliat..
*******
"Pesan-pesan pendek di inbox saya itu menjadi semacam
renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa
menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi
di sisi lain, cinta
bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai
kadarnya.
Cinta memang sepatutnya bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan
bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum
sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepantasnyalah cinta diporsikan sesuai
dengan kebutuhan dan hak sesorang, serta permohonan petunjuk pada Dzat yang
memberi kita cinta. Jikanya ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah
cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikannya kepada Dzat pencipta cinta
itu ? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta
yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta bukan kepada seonggok bangkai yang hina ?
Wallahu a'lam...
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar