Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
22.4.12 | Minggu, April 22, 2012 | 0 Comments

Menulis Dan Membaca Itu Wajib 'Ain

nulis bos
Postingan kali ini boleh adalah awalan sebelum postingan ane berikutnya dengan tittle MENGAPA ENTE MENULIS.. mudah-mudahan ada hikmah yang bisa kita petik, amiin..





Tak ada peradaban yang bangkit tanpa didahului kebangkitan tradisi ilmu bahkan Rusiapun mengamalkan Iqra'. Tak ada peradaban yang mulia tanpa diwarnai aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena itu, tradisi ilmu seperti apa yang harus kita miliki? .
Dalam beramar ma’ruf nahi munkar, lewat media apakah yang terhitung strategis?.

Ilmu Itu Urgent Nan Vital


Teramat penting posisi ilmu dalam perspektif Islam. Sebab, ternyata, penguasaan atas ilmu berperan sangat besar sebagai penentu kebahagiaan kita di dunia dan akhirat. Maka, sungguh tak mengherankan jika Islam –sebagai agama yang sempurna kuat memotivasi kita agar tekun dalam mencari ilmu..seperti hadist Nabi "Tuntutlah Ilmu sampai negeri China".

Terkait ini, ada fragmen menarik. Ali bin Abi Thalib RA ditanya sahabatnya: “Manakah yang lebih mulia, harta atau ilmu?” Atas masalah itu, tanpa ragu-ragu Ali RA menjawab: “Ilmu lebih mulia!” Ali RA lalu memberi argumentasi sbb: 

Pertama, ilmu bisa menjaga kita. Sementara, kita-lah yang harus menjaga harta. 
Kedua, saat kita memberi ilmu kepada pihak lain maka pada hakikatnya ilmu kita menjadi bertambah. Sementara, jika harta kita berikan ke pihak lain maka harta itu berkurang. 
Ketiga, ilmu menjadikan kita bersatu. Sementara, harta menjadi pemicu pertikaian.
Keempat, ilmu itu warisan para Nabi. Sementara, harta itu warisan Fir’aun dan Qarun.

Well ilmu itu Guys, warisan para Nabi ? Cermatilah ! Ayat berikut : 
“Dan, sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman’.” (QS. An-Naml: 15).

Terkait ini, ada riwayat, bahwa pernah Nabi Sulaiman AS. diminta untuk memilih satu di antara tiga: harta, kekuasaan, dan ilmu. Maka, dengan sepenuh keyakinan, Sulaiman AS. memilih ilmu. Belakangan  kita tahu dengan ilmu di dalam genggamannya, Sulaiman a.s. berkesempatan menjadi raja (memiliki kekuasaan) dan harta pun melimpah di sekelilingnya.

Sungguh guys, kita tak boleh berhenti mengejar ilmu, agar derajat kita semakin meninggi, simak juga firman Allah SWT berikut ini :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”               (QS.Al-Mujaadilah : 11).

Bahkan guys, sekalipun pahala berjihad (berperang) di Jalan Allah yang luar biasa besar, tetapi itu di saat benar-benar (baca:genting) telah datang panggilan jihad, akan tetapi meski Allah-lah yang meminta agar tak semua kaum Muslimin turun ke medan jihad. Namun haruslah tetap ada sebagian orang yang terus menyibukkan diri dengan aktivitas menggali ilmu. Cermatilah! FirmanNya sebagai berikut:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS.At-Taubah: 22). 

Jika Allah mengatur demikian, maka tak pelak lagi, bahwa segala usaha kita dalam mencari ilmu –kapanpun dan dimanapun (baca: nggak kenal waktu) bernilai sangat urgent.

Oleh karena itu, atas kewajiban mencari ilmu, kita harus bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang kita punya untuk meraih ilmu sebanyak mungkin. Kecuali pahala yang akan kita dapat, ilmu yang kita miliki akan menjadi landasan yang kokoh atas bangunan iman dan amal kita. Di titik inilah, jalan kebahagian kita ~wi dun ya wal akhirah~ sangat ditentukan ‘nasib-nya'.


barakallah

Amar Adalah Pemercik



Hanya tersedia satu pilihan untuk masuk ke dalam tradisi ilmu, yaitu menjadikan aktifitas membaca (Iqra') dan menulis sebagai keseharian kita. Untuk itu, selagi sehat dan sempat, selalu renungkan dan amalkan perintah mulia ini: 
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam” (QS.Al-‘Alaq:1-4). 

Ada penjelasan dari ayat yang disebut terakhir (ayat ke-4), bahwa Allah mengajar manusia dengan perantaraan qalam (bermakna:pensil) yaitu (tulisan/yang ditulis). 
So kesimpulannya menurut ane pribadi guys, orang Islam itu wajib untuk menulis (nggak buta huruf) dan yang ditulis atau iqra' (membaca), jika ada yang salah dari penyimpulan ane mohon di ingatkan, maklum masih belajar.

Kita jua tahu, antar-ayat Al-Qur’an itu saling terkait. Coba Kini, bacalah ini: 
“Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis“ (QS.Al-Qalam: 1). Jika kita seksamai guys, bahwa berdasarkan (QS Al-‘Alaq: 1-4) dan (QS.Al-Qalam: 1), jelas terlihat tentang kesatu paduan aktivitas membaca dan menulis sebagai bagian dari sebuah ajaran yang mulia. Kita menjadi yakin, bahwa membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang tak boleh terpisahkan.

Ajaran Suci untuk selalu membaca dan menulis terbukti telah menjadi pemicu hebat terjadinya perubahan besar ke arah kebenaran dan kebaikan. 
Simak secuplik sejarah berikut ini : 
Di awal Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam, dalam waktu singkat, mereka yang sebelumnya terkurung dalam alam jahiliyah lalu berubah menjadi suka dengan ilmu. Mereka yang sebelumnya berperilaku buruk berubah menjadi berakhlaq mulia. Mereka yang sebelumya tak diperhitungkan karena ‘bukan siapa-siapa’, lantas keberadaannya diperhatikan warga Arab bahkan warga dunia.

Jika sebelum Islam datang tradisi lisan kental mewarnai masyarakat, maka segera setelah Muhammad SAW menyampaikan dakwah situasi pun berubah. Tradisi ilmu yang berbasiskan aktivitas membaca dan menulis lalu marak. Misal: Rasulullah SAW meminta sejumlah sahabat untuk menghafalkan kemudian menjaga hafalannya dan mencatat di setiap ada ayat Al-Qur’an yang turun (sampai akhirnya pada khalifah Utsman di bukukan), sampai pada era sekarang makanya di kenal dengan Mushaf Utsmani.

Terkait dengan tulis-menulis, ada puluhan Sahabat yang berperan sebagai sekretaris Nabi Muhammad SAW. Mereka menuliskan berbagai hal secara khusus. contoh: Az-Zubair ibnul Awwam menuliskan harta-harta sedekah, Abdullah ibnul Al-Arqam menuliskan masalah hutang-piutang dan perjanjian-perjanjian lainnya, Zaid bin Tsabit bertugas untuk menulis surat kepada raja-raja dan untuk itu dia ditugaskan pula memelajari beberapa bahasa asing.

Masih soal pentingnya tulis-menulis, ada fragmen lain yang juga menarik. Agar kemampuan membaca dan menulis segera merata dipunyai umat Islam, maka di saat Perang Badar dibuatlah aturan oleh Nabi SAW. Bahwa, setiap tawanan perang dari pihak musuh dapat membebaskan dirinya, hanya dengan cara sederhana: yaitu mengajarkan baca-tulis kepada umat Islam..Subkhanallah
..





Meladani Dari Kisah Pemuda Berilmu



Jangan biarkan waktu berlalu tanpa kita mengisinya dengan segala hal yang ‘beraroma’ keilmuan. Aktiflah melakukan hal-hal yang bertalian dengan aktivitas membaca dan menulis. Selalulah memerhatikan warning Hadits ini: “Dua kenikmatan yang manusia banyak tertipu, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu lapang ” (HR.Bukhari).

Terkait hal di atas, Imam Syafi’i adalah salah satu contoh orang yang tak tertipu dalam pemakaian nikmat sehat dan nikmat kelapangan. Dia tak pernah memubadzirkan nikmat besar itu.

Imam Syafi’i senantiasa memanfaatkan waktunya untuk membaca atau belajar. Lalu, seperti apakah catatan prestasi dia ?.
Dikarenakan suka membaca atau belajar, Imam Syafi’i sudah hafal Al-Qur’an saat baru berusia 7 tahun. Lantas –3 tahun kemudian diapun hafal Kitab Al-Muwattha’ karya Imam Malik. bayangain saat kita umur 7 tahun hafal apa guys, paling banter hafal lagu bintang kecil..akuilah !! hehehe.

Trus apa prestasi Imam Syafi’i yang lain ? 
Dia jua me'nelur'kan karya-karya tulis yang bahkan sampai sekarang terus dibaca dan dikaji orang. Di antara begitu banyak karya tulis Imam Syafi’i, Kitab “Al Umm” adalah karya dia yang paling sering dibicarakan (baca :Best seller).

Imam Syafi’i telah memberi teladan bahwa ~sebagai Muslim~ seharusnya seperti itulah dalam beraktivitas membaca dan menulis. Perjalanan hidup Imam Syafi’i patut kita ikuti. Figurnya sangat pantas kita teladani. Simak saja ucapan Imam Hanbali yang berkesaksian atas kepribadian dari pendiri Mazhab Syafi’i itu: “Tidak seorangpun yang memegang pena dan tinta kecuali dia berfigur kepada Imam Syafi’i”.

Trus yuk kita perhatikan tokoh lainnya guys, Masih contoh figur yang kuat tradisi membaca dan menulisnya. Dia adalah Ibnu Sina. Ketika usianya belum genap 20 tahun, Ibnu Sina berhasil mengobati penyakit yang hinggap di diri pemimpin atau amir yang berkuasa di wilayah dia tinggal. Atas jasa itu, sang amir berniat memberinya jabatan di pemerintahan. Tapi, Ibnu Sina menolak dan sebagai gantinya (jika diizinkan) dia minta diberi akses untuk leluasa memanfaatkan Perpustakaan Istana...Subkhanallah..
Tapi kalo kita guys Umur 20 an lagi asyik-asyiknya nongkrong-nongkrong di mall atau begadang untuk kesia-siaan, FAKTA ITU guys !!.

Dan, atas permintaan (yang bagi banyak orang sangat sederhana) itu, sang amir mengabulkannya. Dari titik ini, ilmu Ibnu Sina bertambah pesat. Sejarah terus bergerak dan mencatat bahwa Ibnu Sina me'minat'i banyak cabang ilmu, seperti: falsafah, sastra, logika, geometri, geografi, musik, politik, kedokteran, dan lain-lain.
Ibnu Sina tekun membaca / belajar. Hal itu mengantarkannya dalam menghasilkan banyak karya tulis. Karyanya di bidang kedokteran "Al-Qanun fit-Thibb" untuk waktu yang sangat lama menjadi buku teks utama di banyak universitas di Eropa. Dan, predikat Bapak Kedokteran’ pun melekat kepadanya, hingga sekarang.


Teguh Berjuang (Amar Ma'ruf Nahi Munkar)



Ibnu Taimiyah adalah salah satu contoh terbaik dalam hal menjadikan aktifitas membaca dan menulis sebagai media amar ma’ruf nahi munkar. Di zamannya, banyak terjadi penyimpangan atas sejumlah ajaran Islam yang mulia. Bid’ah-Bid'ah marak ketika itu. Atas fenomena tersebut, Ibnu Taimiyah konsisten menentangnya.

Ibnu Taimiyah adalah salah satu contoh terbaik dalam hal memegang tradisi ilmu. beliau aktif menulis sejak berusia 20 tahunan. Ada sekitar 500 judul karyanya, dan sebagian besar berisi kritik tajam terhadap pemikiran dan amaliyah yang dinilainya menyimpang dari Al-Qur’an dan Hadits.

Ibnu Taimiyah teguh memegang Islam sekalipun di sekitarnya banyak yang nggak sependapat dengan pemikirannya. Sebagai akibat atas keteguhan sikapnya itu, tak jarang dia harus keluar-masuk penjara, karena penguasa pada waktu itu sekubu dengan ‘ulama’ yang sikapnya berseberangan dengannya. Tapi, sekalipun berbagai intimidasi datang seperti tiada henti, dia tetap tak goyah dengan kebenaran yang diyakininya.
Ininya namanya militan berdasar, bukan kayak kita guys, demo ngrusak sana sini tapi karena bayaran..prett, apa itu yang namanya militan, hasilpun nihil ??.

terus dalam hal menghadapi kemunkaran, Ibnu Taimiyah melakukannya secara ‘langsung’ dan ‘tak langsung’. sbb:

1.)Secara ‘langsung’: Baik secara sendiri maupun bersama orang lain terjun meluruskan yang ‘bengkok/salah’ di masyarakat. Tercatat, dia bersama orang-orang yang lain merazia berbagai tempat orang biasa bermabuk-mabukan. Tercatat pula, dia terlibat aktif berperang/berjihad melawan musuh..
Nah kalo kita apa ? liat orang mabuk pasti akan bilang "ikuuuut", Naudzubillah.. Liat saudara kita diPalestine teraniaya pun diem aja, jangankan jihad fisik jihad uangpun ogah-ogahan, tapi giliran reog diakui malaysia, semua pada kebakaran jenggot..jadi beruntunglah bagi yang nggak punya jenggot, hohoho.

2.)Secara ‘tak langsung’: Ibnu Taimiyah melakukannya lewat berbagai karya tulis. Berikut ini sebagian di antaranya, yaitu: yang terkenal 'Majmu’ Fatawa' yang berisi fatwa-fatwa dalam agama Islam, trus 'Ma’alimul Ushul' Kitab ini berisi sanggahan kepada para filosof dan golongan Qaramithah
yang mengatakan bahwa para Nabi kadang-kadang juga berbohong..Tapi kalo kita apa, agama yang di slewengkan aja kita diem aja..Tapi kalo pancasila atau UUD '45 yang di manipulasi, pada keluar tuh otot urat leher, liat aja tuh para DPR.

Ibnu Taimiyah juga termasuk ulama yang istiqomah memegang prinsip. Akibat keteguhannya itu, dia kerap keluar-masuk penjara. Berkali-kali dia diisolasi dan diintimidasi, tapi dia  tetep tak goyah. Dia pertahankan pendiriannya yang diyakininya benar. Tak sejengkalpun dia mundur atas berbagai tekanan yang menderanya..Adakah kita berpikir sepertinya wahai pemuda Indonesia ?.

Semestinya, dari Ibnu Taimiyah kita patut belajar bersabar terutama saat berjuang menegakkan Islam. Dari Ibnu Taimiyah kita patut belajar mengais hikmah dari apapun yang kita hadapi. Lihatlah, bagi Ibnu Taimiyah penjara adalah tempat berdekat-dekat dengan Allah. Bagi Ibnu Taimiyah, dibuang atau diasingkan ke tempat yang tak nyaman adalah sebuah 'hijrah yang menggairahkan'. Bagi Ibnu Taimiyah, kematian di Jalan Allah adalah syahid yang patut dirindukan.

Atas performa Ibnu Taimiyah yang seperti itu, Insya Allah guys, kita bisa lebih merasa ‘terpanggil’ saat membaca Ajaran Suci ini: 
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS.Ali-‘Imraan: 110). 

“Dan, hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS.Ali-‘Imraan: 104).

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Ibnu Taimiyah telah mengukir prestasi. Ratusan buku dia hasilkan semata-mata untuk menegakkan perintah beramar ma’ruf nahi munkar. Berkali-kali kebebasannya direnggut dengan memenjarakannya, tapi dia tak surut setapak pun. Bahkan, sampai dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, Ibnu Taimiyah lebih memilih penjara sebagai tempat tinggalnya ketimbang hidup merdeka di alam bebas tetapi aqidah dan syariahnya tercemar (terpenjara) paham munkar.





Capaian Agung



Imam Syafi’i  {hidup antara tahun 767 - 819 M} dengan aktivitas membaca dan menulisnya telah memeragakan kepada kita, bagaimana seharusnya menjadi bagian dari umat terbaik yang selalu berusaha menegakkan tradisi ilmu. Kita pun tahu, Imam Syafi’i punya banyak karya tulis.
Imam Syafi’i punya banyak murid. Imam Hanbali adalah salah satu di antaranya. Imam Hanbali {hidup antara tahun 781 - 855 M} adalah pendiri Mazhab Hanbali.

Sebagaimana sang guru, Imam Hanbali juga mempunyai banyak karya tulis. Di antara karya-karyanya, "Kitab Al-Musnad" adalah karyanya yang paling menakjubkan karena memuat lebih dari 27.000 hadits. Sampai kini, karya tulis dari kedua guru dan murid itu terus dikaji dan memengaruhi begitu banyak orang yang membacanya.

Seperti Imam Syafi’i, kisah Ibnu Taimiyah juga hampir mirip. Ibnu Taimiyah {hidup antara tahun 1263 - 1328} telah mendemonstrasikan kepada kita bahwa aktivitas membaca dan menulis bisa menjadi pilihan yang sangat strategis dalam beramar ma’ruf nahi munkar. Lihatlah, Ibnu Taimiyah punya karya tulis ratusan yang (setidaknya sebagian) tetap dibaca dan dikaji hingga sekarang.

Ibnu Taimiyah memiliki banyak murid antara lain: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan Ibnu Katsir. Murid-muridnya itu, juga punya banyak karya tulis. "Zaadul Ma’ad" merupakan kitab Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan merupakan salah satu karya terbaiknya. Sementara, "Tafsir Ibnu Katsir" adalah karya terbaik di antara banyak karya lainnya dari Ibnu Katsir.
Sampai kini, karya tulis mereka –guru dan murid-muridnya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dan Ibnu Katsir terus dibaca dan memengaruhi banyak orang.

Alhasil, jika kita setia terhadap ajaran Islam, maka budaya ilmu akan menjadi keseharian kita. Budaya ilmu itu memiliki indikator paling kuat yaitu tradisi membaca dan menulis berkembang subur. Di titik ini, kita punya ‘catatan emas’ bahwa tersebab tradisi mulia itu (yaitu membaca dan menulis) berbagai capaian karya gemilang dari intelektual-intelektual Islam telah berkontribusi kepada terbangunnya peradaban mulia.

Mencermati sejarah, dunia Islam tercatat banyak melahirkan cendekiawan hebat yang diakui secara akademis oleh kalangan internasional. Misal: Ibnu Khaldun di bidang sosiologi dan ekonomi, Ibnu Rusyd di bidang filsafat, Ibnu Sina di bidang kedokteran, Alkhawarizmi di bidang matematika, Al-Biruni di bidang astronomi, dan sebagainya.





Catatan Emas



Sebegitu kuatnya umat Islam berbudaya ilmu, maka berbagai kisah menggetarkan di masa lalu akan mudah kita dengar saat berdialog tentang hal sbb: banyak di antara mereka yang menghabiskan belasan jam dalam sehari untuk membaca dan menulis seperti yang dilakukan Imam Nawawi (penulis berbagai buku antara lain Riyadush-Shalihin), Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu Katsir, dan lain-lainnya.
Trus kita kapan ?..masak cuma 'nulis' dosa aja guys...pake' otaknya donk untuk berfikir jangan pergunain otak dengkul ente !!.
Sebegitu kuatnya budaya membaca dan menulis di kalangan umat Islam di masa lalu sampai ada yang tak mengindahkan jabatan tinggi (seperti ibnu sina) yang ditawarkan kepada seseorang karena hal itu mengharuskannya berjauhan dengan perpustakaan pribadinya. Padahal, selama ini, perpustakaan telah menjadi ‘surga’ yang paling nyaman bagi dirinya.
Tentunya itu berbanding terbalik dengan kita sob, misal: dulunya kita aktifis anti pemerintahan bathil (sok niru Ibnu Taimiyah mungkin), tapi giliran udah di kasih jabatan RT aja udah ambruk almanut bin kayak sapi dicocol hidungnnya dengan tali..ngakulah, nggak usa ingkar lagi..FAKTA membuktikan itu, bagi kita jabatan lebih penting dari pada beramar ma'ruf nahi munkar.

Saking sebegitu kuatnya budaya membaca dan menulis di kalangan umat Islam, di masa lalu sampai ada seorang istri (yang tak paham soal urgensi ilmu) sampai mencemburui buku karena merasa sang suami lebih mencintai buku ketimbang dirinya..nah lho ? sampai sebegitu pentingnya kan ilmu, ini juga saran dan sanggahan kalo bisa guys, cari pendamping itu yang sama-sama cinta buku (baca-tulis) atau paling nggak kenal dengan urgensi baca-tulis itu, tau sendiri kan ibu itu adalah guru pertama untuk bayi yang baru lahir.

Well, berdasarkan paparan ringkas di atas, kita wabil khusus ane sendiri patut untuk aktif melibatkan diri dalam setiap usaha menghidup-hidupkan tradisi ilmu di lingkungan kita masing-masing, seperti ingat pesan orang tua dulu "mesjid iku orep-orepno le, ben ora surem (masjid itu hidupkanlah biar tidak gelap/suram)"
Dimulai dari diri sendiri, lalu bergerak ke lingkungan terdekatnya, dan seterusnya. Jika itu sudah kita lakukan, optimisme bahwa kita adalah bagian dari umat terbaik yang berhak merasakan hidup di sebuah peradaban mulia, patut kita miliki. Insya Allah, generasi bermartabat seperti umat-umat terdahulu bakal kita dapati..Wallahua'lam.



Disarikan dari www.anwardjaelani.com dengan pendekatan berbeda tanpa mengurangi tujuan aslinya.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar