Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
9.2.12 | Kamis, Februari 09, 2012 | 0 Comments

Kita itu kaya

Usai shalat subuh berjama'ah, Fikri bertanya kepada para jama'ah, “Nomor sepatunya berapa?” Tentu saja beragam jawabannya, ada yang 39, 41, 42, sampai ada yang 45.
Ia bermaksud meminjam sepatu untuk adik sepupunya yang akan menjalani wawancara pekerjaan di Tangerang.



Fuad, adik sepupunya yang baru datang malam hari dari Bandung, kehilangan sepatunya saat tengah shalat di masjid depan terminal Leuwi Panjang, Bandung. Ia hampir tak mengenakan alas kaki berangkat ke rumah kakaknya di Sawangan, Depok. Beruntung ada orang yang berbaik hati memberikan sepasang sandal.


Hampir semua jama'ah subuh di masjid ituberniat meminjamkan sepatu, hanya saja yang beruntung mendapat kesempatan beramal shalih sepagi itu adalah Arif, karena ukuran sepatunya sama persis dengan yang diinginkan Fuad, yakni 42. Maka, bersegeralah beberapa jama'ah mengantar Fuad ke rumah Arif untuk mencoba sepatu.


Alhamdulillah sepatunya cocok di kaki Fuad, anak muda itu pun terlihat senang. Terbuka kembali harapannya untuk mendapat pekerjaan. Sebelumnya Fikri, sang kakak, sempat bertanya di mana toko sepatu yang buka sebelum jam tujuh pagi. Hampir bisa dipastikan tidak ada toko yangbuka sepagi itu.
“Kaos kakinya punya?” tanya Arif lagi.


Fuad hanya menggeleng kepala, karena kaos kakinya pun ikut hilang bersama dengan sepatunya. Tanpa banyak bicara, Arif pun bergegas ke dalam rumahnya dan kembali dengan membawa sepasang kaos kaki. Tidak hanya itu, Arif ke luar rumah sambil membawa beberapa botol susu instan, “Ini untuk anak-anak di rumah.”
“Subhanallah…” serempak kalimat pujian itu ke luar dari mulut para jama'ah. Ada seorang jama'ah yang berujar, “Kita kalah set sama Arif, sepagi ini sudah beramal shalih, berbagi kebaikan, menolong orang yang memerlukan, dan membagi rezekinya.” Arif hanya tersenyum, tidak sedikit pun rasa bangga terukir di hatinya.


Sementara itu, usai mencoba sepatu milik Arif, Fuad mengucapkan terima kasih atas kebaikan saudara barunya itu. “Terima kasih, Pak Arif, nanti setelah pulang wawancara saya akan kembalikan.”
“Tenang saja, dipakai terus pun tidak apa-apa,” jawab Arif. Lagi-lagi kalimat pujian kepada Allah terucap, “Subhanallah…”


Ummat Islam di manapun sebenarnya kaya raya, tidak ada yang miskin kecuali ia yang merasa miskin. Sepanjang ia memilikisaudara-saudara yang perhatian, peduli, dan mengutamakan kepentingan saudaranya. Sesulit apapun kehidupan ini, akan terasa mudah jika setiap beban dipikul bersama-sama. Seberat apapun cobaan yang diderita seorang muslim, jika ia memiliki saudara yang sangat peduli, semua akan menjadi ringan.


Fragmen seperti kisah Fikri, Fuad, dan Arif pasti banyak terjadi di berbagai tempat. Berbagai episode selalu diputar berulang-ulang dalam perjalanan kehidupan bermasyarakat di negeri ini, bahkan di berbagai negara lain di seluruh dunia. Membuktikan bahwa ummat Islam tidak boleh ada yang merasa miskin selama masih ada saudaranya yang tak bosan membantu. Yang terlihat bukan semangat meminta, melainkan semangat menolong dan memberi.


Ada semangat untuk saling memberi pertolongan sekecil apapun, jika mungkin tercipta iklim berlomba untuk lebih dulu memberi. Kesempatan berbuat baik memang selalu ada, jika bukan kita yang mengambilnya, orang lainlah yang melakukannya.
Kekayaan sesungguhnya bukan pada apa yang dimiliki dan dinikmati sendiri, melainkan seberapa banyak yang bisa dirasakan oleh saudara dan lingkungan sekitarnya.
Kekayaan sebenarnya bukan pada apa yang ada di genggaman, melainkan tertanam dalam hati yang semakin terhibur setiap kali membantu sesama.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar