Menurut pandanganku : rezeki Allah semakin dibuka dan mengucur deras diberikan kepada manusia, sebagai contoh : dikampung-kampung kita dapati orang memiliki beberapa kendaraan, telpon genggam, rumah berlantai keramik, jalan-jalan beraspal, sekolah-sekolah dibangun dan masih banyak lainnya, padahal menurut pandanganku lagi : ladang-ladang dan sawah semakin menyempit karena banyak yang digunakan untuk hunian, sungai-sungai banyak tercemar dan banyak ikan yang mati sehingga tidak lagi dapat dinikmati airnya untuk mandi dan ikannya untuk disantap, pohon-pohon sudah banyak berkurang karena ditebangi untuk bahan bangunan rumah tanpa adanya usaha penanaman kembali, udara juga tercemar akibat polusi kendaraan yang menyebar menyemut dijalan-jalan sempit perkampungan sehingga tiada segar dan bersih lagi.
Lalu kenapa : masih banyak bahkan tambah banyak saja orang yang mengeluh ? apa penyebabnya ? apakah karena manusia diciptakan bertabiat keluh kesah seperti disebutkan di dalam Al Quran ? atau memang faktor inner yang telah banyak mempengaruhi kehidupan ini ?
Pertanyaan ini bukan pertanyaan filsafat, akan tetapi hampir semua orang bertanya-tanya dan tidak dan bahkan belum mendapatkan jawabannya, atau mungkin sebagian manusia takut dan tidak mau mengatakan jawabannya yang benar dan akhirnya ia menjadi bagian dari masalah itu sendiri, para suami mengeritik para isteri dan begitu sebaliknya, para karyawan marah terhadap direktur mereka dan direkturnya pun tidak mau ambil diam dan selalu mengeritik para pegawainya, gaji terus dinaikkan dan disesuaikan tetapi perasaan ridha dan rela terus menurun, kehidupan semakin makmur sementara hati ini serasa semakin menyempit, semakin banyak kebaikan semakin banyak pula kebutuhan dan semakin mudah kehidupan semakin susah manusia untuk menikmati kehidupan.
Susah memang dan tampaknya tidak bisa dipahami, tetapi ini merupakan kenyataan yang kita hadapi, para pemilik perusahaan instan berkata : kami adalah penyebabnya, kenapa kita tidak kembali hidup sederhana seperti sedia kala ? para agamawan berpendapat bahwa penyebabnya adalah karena kita menjauh dari agama, pengajian hampir setiap hari diadakan melalui berbagai media dari media yang paling sederhana hingga media yang paling canggih sekalipun.
Kita merindukan masa lalu, kehidupan yang sederhana, dimana tolong menolong menjadi ruh kehidupan manusia, kerelaan penghias senyum setiap pagi menjemput mereka, bila kita perhatikan rumah yang dihuni mereka tidak seindah rumah modern sekarang, kendaraan yang mereka tumpangi hanyalah sepeda ontel, makan yang mereka makan adalah hasil bumi mereka dan mereka tidak pernah menyantap junk food yang tengah digandrungi belakangan ini, mereka tidak mempunyai alat telekomunikasi canggih yang menyertai anak-anak muda sekarang kemana saja dan dimana saja mereka berada, penerangan mereka hanyalah lampu templek yang terkadang dapat membantu mereka menerangi jarum yang jatuh dipojok rumahnya yang berlantai tanah.
Ternyata benar kata orang bijak ; kembali kepada ajaran agama merupakan obat kejiwaan yang selalu resah dan dipenuhi keluhan, mari baca kembali surah Al Ma’arij dari ayat 19.
Lalu kenapa : masih banyak bahkan tambah banyak saja orang yang mengeluh ? apa penyebabnya ? apakah karena manusia diciptakan bertabiat keluh kesah seperti disebutkan di dalam Al Quran ? atau memang faktor inner yang telah banyak mempengaruhi kehidupan ini ?
Pertanyaan ini bukan pertanyaan filsafat, akan tetapi hampir semua orang bertanya-tanya dan tidak dan bahkan belum mendapatkan jawabannya, atau mungkin sebagian manusia takut dan tidak mau mengatakan jawabannya yang benar dan akhirnya ia menjadi bagian dari masalah itu sendiri, para suami mengeritik para isteri dan begitu sebaliknya, para karyawan marah terhadap direktur mereka dan direkturnya pun tidak mau ambil diam dan selalu mengeritik para pegawainya, gaji terus dinaikkan dan disesuaikan tetapi perasaan ridha dan rela terus menurun, kehidupan semakin makmur sementara hati ini serasa semakin menyempit, semakin banyak kebaikan semakin banyak pula kebutuhan dan semakin mudah kehidupan semakin susah manusia untuk menikmati kehidupan.
Susah memang dan tampaknya tidak bisa dipahami, tetapi ini merupakan kenyataan yang kita hadapi, para pemilik perusahaan instan berkata : kami adalah penyebabnya, kenapa kita tidak kembali hidup sederhana seperti sedia kala ? para agamawan berpendapat bahwa penyebabnya adalah karena kita menjauh dari agama, pengajian hampir setiap hari diadakan melalui berbagai media dari media yang paling sederhana hingga media yang paling canggih sekalipun.
Kita merindukan masa lalu, kehidupan yang sederhana, dimana tolong menolong menjadi ruh kehidupan manusia, kerelaan penghias senyum setiap pagi menjemput mereka, bila kita perhatikan rumah yang dihuni mereka tidak seindah rumah modern sekarang, kendaraan yang mereka tumpangi hanyalah sepeda ontel, makan yang mereka makan adalah hasil bumi mereka dan mereka tidak pernah menyantap junk food yang tengah digandrungi belakangan ini, mereka tidak mempunyai alat telekomunikasi canggih yang menyertai anak-anak muda sekarang kemana saja dan dimana saja mereka berada, penerangan mereka hanyalah lampu templek yang terkadang dapat membantu mereka menerangi jarum yang jatuh dipojok rumahnya yang berlantai tanah.
Ternyata benar kata orang bijak ; kembali kepada ajaran agama merupakan obat kejiwaan yang selalu resah dan dipenuhi keluhan, mari baca kembali surah Al Ma’arij dari ayat 19.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar