Pada dasarnya wanita diciptakan sebagai makhluk yang pemalu. Dan dari dasar penciptaan-Nya ini Allah ternyata telah menetapkan satu ketentuan agama yang sangat cocok untuk makhluk-Nya yang pemalu ini, yaitu perintah untuk menutup aurat (berhijab). Kalau saja setiap wanita tetap berada pada fitrah penciptaannya, mungkin perintah ini tidak lagi diartikan sebagai sebuah perintah yang dibebankan kepadanya. Tapi lebih kepada sebuah pertolongan yang selalu bisa menenangkannya.
Dan dalam sebuah kesempatan, Allah SWT pernah bercerita tentang makhluk-Nya yang pemalu ini dalam QS. Al-Qashash: 23-24. "Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambatnya. Musa berkata, 'Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?' Keduawanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang sudah lanjut umurnya.' Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.
"Perhatikanlah! Bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakkan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Tidak hanya sampai di situ, kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut, lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa 'Alaihissalam; dalam kelanjutan QS. Al-Qashash [28] : 25, "Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata, 'Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami.'."Ayat ini menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiallahu 'anhu mengatakan terkait ayat di atas, "Gadis itu menemui Musa 'Alaihissalam dengan pakaian yang tertutup rapat." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/360).
Betapapun mungkin telah banyak wanita yang memisah diri dari barisan fitrah yang telah Allah gariskan, tapi tetap saja, hubungan antara keindahan dan si pemalu ini tak pernah terpisahkan dari cerita-cerita yang pernah Allah kisahkan. Mungkin seperti hubungan antara wanita pemalu yang bernama Maryam, dengan kesucian. Sebagaimana yang pernah Allah ceritakan dalam sebuah surat yang diambildari sebuah nama seorang wanita yang pemalu (surah Maryam).
Dan itulah kenapa dalam sebuah firman-Nya, Allah seolah mengakui betul keberadaan si pemalu ini, yaitu ketika Dia tengah berjanji akan pendamping hidup para penghuni syurga. "Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari." (QS. Ad-Dukhaan : 54).
Kalau sekilas kita melihat ayat yang telah disampaikan di atas, mungkin kita akan mendapatkan seolah Allah justru meniadakan keberadaan wanita. Tapi padahal sebenarnya, Allah justru sangat mengakui keberadaannya. Karena dalam fitrah manusia, kita telah sama-sama mengetahui bahwa laki-laki adalah pihak yang berani secara terang-terangan menyatakan ketertarikan kepada wanita, sementara wanita? Adalah pihak yang cenderung takut dan malu-malu dalam menyatakan ketertarikannya terhadap laki-laki. Sehingga terbayanglah oleh kita tentang merah semunya wajah seorang wanita ketika kita tengah berbicara tentanglaki-laki yang dicintainya, terlebih-lebih untuk sebuah iming-iming laki-laki syurga yang memang sangat pantas dan patut untuk dirindukannya.
Dan sekali lagi, ini bukanlah soal tentang wanita yang tidak akan mendapatkan pendamping hidup di syurga, karena toh pada akhirnya setiap penghuni syurga itu akan memiliki pasangannya masing-masing. Tapi ini tentang seharusnya menjadi seorang wanita di atas muka bumi.
Demikianlah sekilas tentang gambaran wanita yang Allah kenal, wanita yang Allah jadikan suri tauladan bagi seluruh wanita yang ada, dan wanita yang dianggap keberadaannya ketika Dia berbicara tentang syurga-Nya.Dan wanita yang Allah kenal itu, adalah wanita yang memiliki rasa malu.
Wallahu a'lam bishshawab.
Dan dalam sebuah kesempatan, Allah SWT pernah bercerita tentang makhluk-Nya yang pemalu ini dalam QS. Al-Qashash: 23-24. "Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambatnya. Musa berkata, 'Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?' Keduawanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang sudah lanjut umurnya.' Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.
"Perhatikanlah! Bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakkan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Tidak hanya sampai di situ, kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut, lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa 'Alaihissalam; dalam kelanjutan QS. Al-Qashash [28] : 25, "Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata, 'Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami.'."Ayat ini menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiallahu 'anhu mengatakan terkait ayat di atas, "Gadis itu menemui Musa 'Alaihissalam dengan pakaian yang tertutup rapat." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/360).
Betapapun mungkin telah banyak wanita yang memisah diri dari barisan fitrah yang telah Allah gariskan, tapi tetap saja, hubungan antara keindahan dan si pemalu ini tak pernah terpisahkan dari cerita-cerita yang pernah Allah kisahkan. Mungkin seperti hubungan antara wanita pemalu yang bernama Maryam, dengan kesucian. Sebagaimana yang pernah Allah ceritakan dalam sebuah surat yang diambildari sebuah nama seorang wanita yang pemalu (surah Maryam).
Dan itulah kenapa dalam sebuah firman-Nya, Allah seolah mengakui betul keberadaan si pemalu ini, yaitu ketika Dia tengah berjanji akan pendamping hidup para penghuni syurga. "Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari." (QS. Ad-Dukhaan : 54).
Kalau sekilas kita melihat ayat yang telah disampaikan di atas, mungkin kita akan mendapatkan seolah Allah justru meniadakan keberadaan wanita. Tapi padahal sebenarnya, Allah justru sangat mengakui keberadaannya. Karena dalam fitrah manusia, kita telah sama-sama mengetahui bahwa laki-laki adalah pihak yang berani secara terang-terangan menyatakan ketertarikan kepada wanita, sementara wanita? Adalah pihak yang cenderung takut dan malu-malu dalam menyatakan ketertarikannya terhadap laki-laki. Sehingga terbayanglah oleh kita tentang merah semunya wajah seorang wanita ketika kita tengah berbicara tentanglaki-laki yang dicintainya, terlebih-lebih untuk sebuah iming-iming laki-laki syurga yang memang sangat pantas dan patut untuk dirindukannya.
Dan sekali lagi, ini bukanlah soal tentang wanita yang tidak akan mendapatkan pendamping hidup di syurga, karena toh pada akhirnya setiap penghuni syurga itu akan memiliki pasangannya masing-masing. Tapi ini tentang seharusnya menjadi seorang wanita di atas muka bumi.
Demikianlah sekilas tentang gambaran wanita yang Allah kenal, wanita yang Allah jadikan suri tauladan bagi seluruh wanita yang ada, dan wanita yang dianggap keberadaannya ketika Dia berbicara tentang syurga-Nya.Dan wanita yang Allah kenal itu, adalah wanita yang memiliki rasa malu.
Wallahu a'lam bishshawab.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar