Berdagang adalah satu alternative cara untuk mendapatkan rizki. Kekayaan yang diperoleh dari berdagang halal hukumnya. Pedagang sukses umumnya kaya-kaya. Bahkan kita lihat sendiri, orang kota yang pekerjaannya berdagang, ekonominya bagus-bagus. Rumah-rumah besar dan bagus biasanya dimiliki oleh pedagang sukses. Tetapi memang untuk menjadi pedagang sukses tidak mudah, mereka harus berlatih dan belajar dari pengalamannya.
ilustrasi |
Kita lihat Singapura, negara itu miskin lahan pertanian dan juga sumber daya alam, tetapi menjadi sangat kaya. Kekayaan itu diperoleh dari usaha dagang. Singapura dikenal sebagai negara pusat bisnis atau perdagangan. Sebutan itu diberikan oleh karena rakyatnya adalah pedagang. Coba saja kita lihat, orang-orang dari negara lain, termasuk dari Indonesia yang kaya-kaya, jika berbelanja ke Singapura. Mereka dengan bangga bilang, ber-shopping ke Singgapur.
Negara itu sangat kaya. Lihat saja airportnya, besar dan indah tetapi sekaligus juga dimanfaatkan sebagai pusat perbelanjaan. Hampir seluruh sudut kota terdiri atas mall atau pertokoan. Berbelanja apa saja, di sana tersedia. Mau beli baju, alat-alat elektronik, perhiasan, alat rumah tangga, bahan makanan, permainan anak-anak, obat-obatan, alat kecantikan, buku-buku, pokoknya apa saja tidak ada yang sulit dicari dari sana. Semua kebutuhan tersedia. Dengan usaha dagang rakyatnya menjadi makmur. Begitu pula banyak negara lainnya, para pedagang umumnya secara ekonomis hidupnya sukses.
Nabi Muhammad, sebagai seorang Rasul, sejak muda juga sudah bekerja sebagai pedagang. Bersama Isterinya, yaitu Khadijah, beliau berdagang hingga ke negara-negara tetangga. Muhammad dengan demikian adalah seorang pedagang berkategori besar. Tidak mungkin berdagang hingga sedemikian jauh, hanya dilakukan secara kecil-kecilan. Oleh karena itu, Muhammad adalah seorang pedagang kaya. Beliau akhirnya diangkat sebagai nabi, dan juga telah memberi tauladan dalam berdagang.
Seorang pedagang otaknya menjadi cerdas. Setidaknya kecerdasan itu diperoleh dari tiga hal.
Pertama, seorang pedagang harus pintar membaca peluang terhadap jenis barang yang menguntungkan untuk diperdagangkan. Pedagang harus pintar mengantur strategi perdagangan dan tidak boleh ngawur, seenaknya. Tatkala memilih barang, menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan pembeli, menentukan harga dan lain-lain memerlukan kecerdasan. Pekerjaan seperti itu, jelas akan menjadikan pedagang selalu tertantang dan terlatih un tuk berpikir. Oleh karena itu mereka semakin lama akan semakin cerdas.
Pertama, seorang pedagang harus pintar membaca peluang terhadap jenis barang yang menguntungkan untuk diperdagangkan. Pedagang harus pintar mengantur strategi perdagangan dan tidak boleh ngawur, seenaknya. Tatkala memilih barang, menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan pembeli, menentukan harga dan lain-lain memerlukan kecerdasan. Pekerjaan seperti itu, jelas akan menjadikan pedagang selalu tertantang dan terlatih un tuk berpikir. Oleh karena itu mereka semakin lama akan semakin cerdas.
Kedua, pedagang harus pintar berhitung atau melakukan kalkulasi. Berapa modal yang diperlukan, mengendalikan besarnya biaya yang perlu dikeluarkan, menentukan upah buruh, harga dagangan agar laku terjual, menghitung resiko, termasuk zakat yang harus dikeluarkan, semua itu memerlukan kemampuan untuk mengitungnya. Pedagang harus mampu melakukan tugas itu semua. Umpama mereka memiliki pembantu, maka sifatnya hanyalah membantu. Dia sendiri harus juga mampu menjalankannya sendiri.
Ketiga, seorang pedagang harus pandai berkomunikasi dengan berbagai jenis orang. Pedagang adalah selalu bekerja dengan orang lain, mulai dari melakukan negosiasi untuk mendapatkan modal, barang, harga yang tepat, hingga harus berkomunikasi dengan para pembeli dan termasuk pekerja yang membantunya. Pekerjaan itu tidak mudah dilakukan. Namun semua itu harus dihadapi secara tepat. Maka pedagang harus pintar bergaul dengan berbagai macam orang. Kemampuan bergaul, bagi seorang pedagang, sangat diperlukan.
Bergaul dengan orang tidak selalu mudah, dan apalagi pedagang tidak selalu bertemu dengan orang jujur. Tidak jarang yang dihadapi adalah penipu, pecundang, para pesaing yang tidak jujur, dan lain-lain. Pergaulannya dengan orang yang berbeda-beda, mulai dari orang yang baik dan sangat jujur, hingga orang-orang yang buruk dan sangat tidak jujur. Itu semua menuntut para pedagang agar selalu berpikir dan waspada. Pedagang harus bisa bergaul dengan semua orang itu. Mereka itu tidak boleh merugikan atau menjatuhkan dirinya. Pedagang yang tidak cerdas akan menjadi mangsa bagi orang-orang yang berwatak jelek dan jahat.
Pekerjaan sehari-hari seperti itu menjadikan pedagang cerdas, dan tidak mudah diperdaya oleh sembarang orang. Tetapi sebaliknya, agar perdagangannya maju, berkelanjutan dan hasil yang diperolehnya halal, maka berdagang harus jujur dan adil. Pedagang muslim tidak selayaknya berbuat curang, mengurangi timbangan, menyembunyikan kekurangan dari dagangannya, berbohong atau menipu siapapun. Jika perbuatan buruk itu dilakukan, maka kepercayaan yang seharusnya dijaga dan dipelihara akan segera hilang. Para pembeli akan menjauh dan demikian pula para rekanannya.
Namun demikian menjadi pedagang tidak sulit. Saya pernah mengalami, sekalipun tidak berlanjut. Saya juga merasakan bahwa berdagang adalah hidup yang penuh tantangan. Sehari-hari dan bahkan setiap waktu, pikiran selalu tertantang. Setiap saat tidak pernah berhenti berpikir. Sebab jika berhenti, maka akan tertinggal dan atau tersaingi oleh orang lain. Berdagang juga harus disiplin, penuh perhitungan, ulet, dan selalu dituntut sabar menghadapi para rekanan dan juga pelanggan yang watak, karakter, serta perilakunya bermacam-macam. Itulah sebabnya, berdagang saya anggap sebagai sebuah kehidupan yang menantang dan mencerdaskan. Seorang yang menyukai tantangan, dan memilih berbisnis, hidupnya akan semakin cerdas. Wallahu a’lam.
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar