Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
10.4.17 | Senin, April 10, 2017 | 0 Comments

YANG LAGI MENUNGGU



 M-AREA- Menunggu memang melelahkan jiwa, pangeran yang dinantipun entah di mana gerangannya. Namun, tidaklah sebanding artinya kalau kau gadaikan aqidah hanya karena gundah gulana. Bukankah kakanda kelak juga ada di surga? Mengapa tak tunggu saja ia datang berkereta kencana (bukan kereta malam lho yaa) bertahta emas permata?  Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Sedih dan pedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian kadang memabukkan. Hingga jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.   Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang, disibaknya kegelapan. Namun entah di mana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibakkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk membuat kedukaan semakin berat, bahkan menghujamkan akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah tubuhpun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, bening air yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.   Cinta... Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya. Namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian karena cinta membuat hati dan raga diselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah.   Mengharapkan belahan jiwa yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang, penuh luapan cinta. Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri, dan masih saja sendiri.   Duhai belahan hati, entah di mana kakanda bersembunyi. Cinta dan impian untuk membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun tatkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan pada Sang Pemilik Cinta.   Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh itu harta yang tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah. Cinta membara tak akan menghapus ketentuan ALLAH SWT,   "Dan Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman." (QS. Al-Baqarah : 221).   Cinta akan membentuk sebuah keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridha Allah SWT. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselubung halleluyah, karena itu akan meranggas aqidah.   Pernikahan dengan keyakinan berbeda, tak akan melahirkan ketentraman jiwa, karena ia adalah zina. Kelak, dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya mengapa ayah selalu pergi hari minggu, sedang dirimu rukuk dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya mengapa ayah tidak menghadiri shalat Jum'at, padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus? Juga mengapa Tuhan ayah ada 3, sedangkan dirimu selalu berucap ahad, ahad, ahad?   Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak pertanyaan lagi dari buah hatimu? Bahkan sanggupkah engkau menahan murkanya Allah SWT? Duhai jiwa yang lelah, saat tanya beruntun mengetuk jiwa, di manakah gerangan kakanda berada? Kembalilah pada Sang Pemilik Rahasia. Lantunkan munajat dan do'a. Mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur padaNya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas semua keputusan.   As'alukallahumarridha ba'dal qadha, wa burdal'isyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhari ila wajhika, wa syauqan ila liqa'ika.   Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusanMu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajahMu, serta kerinduan berjumpa denganMu.   Mohonkan juga kepadaNya, agar ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun istana kecil nan indah dalam naungan ridhaNya. Sabar dan besarkan jiwa!   Kalaulah Allah SWT menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia fana, yakinlah di surga ada kakanda yang setia menunggu hingga saatnya tiba. Kuatkan hati, tegar, dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, ialah AQIDAH.   Wallahu a'lam bishshawab.     By: Khayla mooner
M-AREAMenunggu memang melelahkan jiwa, bidadari yang dinantipun entah di mana gerangannya. Namun, tidaklah sebanding artinya kalau kau gadaikan aqidah hanya karena gundah gulana. Bukankah bidadari kelak juga ada di surga? Mengapa tak tunggu saja ia datang berkereta kencana (bukan kereta malam lho yaa) bertahta emas permata?

Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Sedih dan pedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian kadang memabukkan. Hingga jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.

Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang, disibaknya kegelapan. Namun entah di mana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibakkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk membuat kedukaan semakin berat, bahkan menghujamkan akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah tubuhpun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, bening air yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.


Cinta... Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya. Namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian karena cinta membuat hati dan raga diselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah.

Mengharapkan belahan jiwa yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang perjaka yang telah menikah, mendamba wanita yang mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang, penuh luapan cinta. Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri, dan masih saja sendiri.

Duhai belahan hati, entah di mana permausi bersembunyi. Cinta dan impian untuk membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun tatkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan pada Sang Pemilik Cinta.

Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh itu harta yang tak ternilai harganya. Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungkan makna Allah dengan berhala, akhi, Cinta membara tak akan menghapus ketentuan ALLAH SWT, 

"Dan Janganlah kamu menikahi wanita- wanita musyrik sebelum mereka beriman......." (QS. Al-Baqarah : 221).

Cinta bertujuan membentuk sebuah keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridha Allah SWT. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselubung halleluyah, karena itu akan meranggas aqidah.

Pernikahan dengan keyakinan visi berbeda, tak akan melahirkan ketentraman jiwa, karena ia adalah 'zina'. Kelak, dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya mengapa ibu selalu pergi ke gereja sedang ayah rukuk dan sujud disaat bersamaan? Wahai akhi, Bisakah engkau menjelaskan saat anakmu dewasa kelak "sholat itu wajib nak" sedang disaat bersamaan ibunya memuja muji patung salib. Atau, mengapa ayah mengucapkan bismillah saat kita makan bersama tapi inu bertutur atas nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus? Juga mengapa Tuhan ibu ada 3, sedangkan dirimu selalu berucap ahad, ahad, ahad?

Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak pertanyaan lagi dari buah hatimu? Bahkan sanggupkah engkau menahan murkanya Allah SWT? 

Duhai jiwa yang lelah, saat tanya beruntun mengetuk jiwa, di manakah gerangan sesosok penenang raga berada? 
Kembalilah wahai jiwa, pada Sang Pemilik Rahasia. 
Lantunkan munajat dan do'a. 
Mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur padaNya. 
Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas semua keputusan.


As'alukallahumarridha ba'dal qadha, wa burdal'isyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhari ila wajhika, wa syauqan ila liqa'ika. 

Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusanMu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajahMu, serta kerinduan berjumpa denganMu.


Mohonkan juga kepadaNya, agar IA menguatkan niat dan azzam kepada wanita yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama atau digantikan yang lebih baik seorang muslimah ghuroba, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun istana kecil nan indah dalam naungan ridhaNya. Sabar dan besarkan jiwa!

Kalaulah Allah SWT menakdirkan dirimu sebagai lajang (setelah usaha) di dunia fana, yakinlah di surga ada sesosok bidadari yang setia menunggu hingga saatnya tiba. Kuatkan hati, tegar, dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, ialah IMAN & AQIDAH.

Wallahu a'lam bishshawab.

FOR: AAS

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar