Menyedihkan memang dan bahkan sangat menyedihkan menyaksikan mayat seorang penguasa Libya lebih dari 40 tahun digelandang oleh para tentara revolusioner bahkan banyak juga rakyat yang berusaha menendang mayat tersebut, usaha penghinaan terhadap mayat tersebut dicegah dan dihalang-halangi oleh para tentara, bukan karena ia seorang raja, penguasa dan pemimpin para pemimpin Afrika tapi hanya disebabkan bahwa ia telah tewas, banyak pelajaran yang dapat diambil, dan betapa nista harga dari sebuah kediktatoran yang harus dibayar saat ia jatuh ditangan para korban-korban kediktatorannya dahulu.

Qadafi akhirnya jatuh, jatuh terbunuh dan tergelandang di jalan-jalan kota Sirte, sebagaimana terjadi dengan para penguasa Irak yang mayatnya diarak di jalan-jalan Baghdad, kekerasan ini bukanlah hal yang baru, ia berulang-ulang dibenak bangsa Arab yang selalu ditayangkan oleh tekhnologi telekomunikasi super canggih, al kisah diambil paksanya Saddam Husein dari sebuah persembunyiannya dan Qadafi sang tiran yang tertembak, memori otak manusia akan menyimpan kisah tersebut dan terus mengingatnya dengan tenang.
Sebenarnya bangsa Arab bukanlah manusia jadi-jadian, mereka juga manusia yang berhak untuk hidup,berhak menikmati kemakmuran, berhak mendapatkan hak-hak sipilnya, berhak untuk hidup tanpa dictator selamanya, tanpa kedzaliman, tanpa penangkapan, bangsa ini sudah rapuh dan tua menunggu giliran sejarahnya, gilirannya untuk berbicara bebas, gilirannya menentukan jalan hidupnya tanpa pemaksaan dari penguasa yang dzalim yang selalu mencuri bahkan disiang haripun.
Dunia akan berkata: bahwa Qadafi telah tiada, lalu apa tindakan selanjutnya bagi kita, apakah kita seakan-akan hidup disebuah pulau lalu mereka dengan bebasnya mentertawakan kita, seakan-akan bangsa Arab tidak pantas membuat dan membangun sejarahnya sendiri, dan hanya orang lainlah yang berhak membangun dan memutuskan sejarahnya bahkan masa depannya. Mereka akan terus berbicara tentang intervensi Barat dan peran Amerika, dan bahwa semua yang terjadi adalah sebuah tipu muslihat.
Memang Libya dibawah Qadafi bukan sebuah Negara seperti yang dicita-citakan Plato, dan bahkan menjatuhkan sang diktatorpun bukan urusan yang mudah dan gampang, sebagaimana membangun kembali Negara tersebut tidak dapat dilakukan dalam hitungan satu dan tiga bulan, membangun lebih susah dari menghancurkan, akan tetapi perubahan ituharus terjadi dan sesuai dengan undang-undang alam, yang jelas yang akan datang semoga lebih bagus bagi Libya dibandingkan terus berada dibawah ketiak dictator ini, sedangkan Barat tentu mereka tidak akan melupakan kepentingannya, dan tugas kita adalah harus dan wajib mempertahankan dan membela kepentingan kita sebagaimana orang lain mati-matian membela kepentingannya agar terwujud keseimbangan.
Published with NIRMALA-droid v1.7.4
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar