Moonerarea- Berrbicara seorang ibu rasanya nggak akan ada habisnya untuk merangkai kata- kata, benarlah sabda Rasul "bahwa surga dibawah telapak kaki ibu", saking tingginya posisi ibu sampe Rasul bilang 'kita itu nggak lebih mulia dari pada kaki ibu'.
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR.Bukhari Muslim)
Benar saja, wanita adalah elemen penting dalam keberlangsungan kehidupan sebuah peradaban manusia. Seseorang mustahil hadir di dunia ini tanpa kehadiran seorang wanita bernama IBU (kecuali Adam AS).
Wanita ditakdirkan memiliki perasaan yang lembut yang bahkan menguasai hampir seluruh alam pikirannya. Semuanya berdasarkan perasaan dan pertimbangan yang tidak saja berdampak jangka pendek tapi memikirkan dua bahkan tiga langkah ke depan.
Peranan wanita sudah tidak bisa dipungkiri lagi, sebuah rumah tanpa kehadiran seorang wanita akan terasa sepi dan kosong, tanpa sentuhan tangannya yang halus dan penuh makna.
“Hendaklah kalian berusaha memiliki hati yang senantiasa bersyukur, memiliki lisan yang senantiasa berdzikir dan memperoleh isteri yang sholehah, yang selalu membantu kalian dalam perkara akhirat” (H.R.Ahmad)
“Sebaik-baik isteri ialah yang menyenangkan-mu ketika engkau menatapnya, mematuhi-mu ketika engkau perintah; dan ketika engkau pergi, ia menjaga kehormatan-mu, yaitu dengan menjaga dirinya dan juga harta-mu”. (H.R. Ath-Thabrânî)
Pada hakikat Pria memang (imam) kepala keluarga, tapi sesungguhnya wanita lah yang mengatur semua kebutuhan keluarga. Seorang ibu adalah seorang 'akuntan' dimana dia harus menghitung semua pengeluaran keluarga, mulai dari uang untuk susu anak sampai harga sepotong tempe pun dia pikirkan dengan matang, agar tidak “over budget”.
Seorang ibu adalah guru terbaik bagi anak anaknya, guru dari semua bidang studi bahkan guru dari sebuah pelajaran yang tidak didapatkan dari sekolah manapun, yaitu guru kehidupan.
Seorang ibu adalah manajer yang baik, yang harus memastikan semua tepat waktu, terpenuhi dan terkendali.
Seorang ibu adalah dokter andalan yang selalu tahu kesehatan putra putrinya, yang selalu siap siang dan malam menemai sang buah hati dan sang pujaan hati dikala sakit mendera.
Seorang ibu adalah seorang “satpam” yang cukup galak, yang memastikan semuanya aman,tepat waktu dan perlu mendapatkan laporan ketika pengisi rumah pulang terlambat.
Seorang ibu adalah hakim yang bijaksana yang mampu mendengarkan pembelaan tapi tidak melupakan asas kesalahan yang dilakukan pengisi rumah. Alhasil dia akan memberikan hukuman sesuai dengan hati nurani yang paling jujur tanpa sogokan.
Sebelum ane akhiri tulisan ini, ane akan 2 cerita singkat dari sejarah Khalifah Umar dan kisah imam bukhari dan ibunya, untuk jadi bahan renungan buat kaum Adam dalam memilih calon ibu untuk anaknya kelak, Insyaallah..
Pernah suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab radhiallahu’anhu mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.
“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah?”, bentak Umar.
“Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya”, tanya si anak.
“Benar”, jawab Umar. “Lantas apa hak anak terhadap ayahnya tadi”, lanjut tanta si anak.
“Ada tiga”, jawab Umar. “Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik bagi putranya. Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik. Dan ketiga, hendaknya ia mengajarinya menghafal Al Qur’an”.
Maka si anak mengatakan, “ketahuilah wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku, ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 2 dirham. Lalu malamnya ia gauli sehingga hamil mengandungku. Setelah aku lahir pun ayah menamaiku Ju’al (kelelawar jantan) dan ia tidak pernah mengajariku menghafal Al Qur’an walau seayat!”.
“Pergi sana! Kaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang”, bentak Umar kepada ayahnya.
Begitulah, ibu memiliki peran begitu besar dalam menentukan masa depan si kecil. Ibu, dengan kasih sayangnya yang tulus, merupakan tambatan hati bagi si kecil dalam menapaki masa depannya. Di sisinya lah si kecil mendapatkan kehangatan. Senyuman dan belaian tangan ibu akan mengobarkan semangatnya. Jari-jemari lembut yang senantiasa menengadah ke langit, teriring doa yang tulis dan deraian air mata bagi si buh hati, ada kunci kesuksesannya di hari esok
Dalam Siyar-nya, Adz Dzahabi mengisahkan dari Muhammad bin Ahmad bin Fadhal Al Balkhi, ia mendengar ayahnya mengatakan bahwa kedua mata Imam Al Bukhari sempat buta semasa kanak-kanak. Namun pada suatu malam, ibunya bermimpi bahwa ia berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Hai Ibu, sesungguhnya Allah telah berkenan mengembalikan penglihatan anakmu karena cucuran air mata dan banyaknya doa yang kau panjatkan kepada-Nya“. Maka setelah kami periksa keesokan harinya ternyata penglihatan Al Bukhari benar-benar telah kembali. (Kisah lain baca disini).
Akhirul paragraf,
Sobatku semua marilah kita dermakan diri kita pada ibu kita, posisikan dia layaknya posisinya, jikapun kita (pria) sudah menikah ibumu tetaplah yang utama (setelahnya baru istri), dia adalah ANUGERAH…Ibu adalah PENOLONG… ibu adalah SURGAMU….
Maka berbaktilah selagi ada waktu, serta tak lupa untuk kalian (pria) yang bergegas nikah segeralah pilih calon ibu yang 'perfect' untuk anak-anakmu kelak.
Allahu musta'an
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar