Mooner [area]~ Ada banyak mujahadah (perjuangan) untuk kaum hawa pada masa-masa sekarang ini. Perjuangan untuk menyiapkan sekaligus menambah bekal dalam mendampingi suami dan menyusui anak dengan tenang di tengah malam.
Perjuangan untuk menegakkan prasangka yang baik (husnuzhan) kepada Allah. Pasti Ia menolong, sebagaimana Ia mempertemukan Zulaikha sebagai istri Yusuf ‘Alaihis Salam setelah bertahun-tahun Zulaikha berdoa karena tidak kuat menahan sakitnya merindukan Yusuf yang dicintainya.
Perjuangan untuk tetap menjadi muslimah yang memiliki komitmen terhadap agamanya. Dan juga, perjuangan untuk tetap mempertahankan busana muslimah beserta identitas keislamannya ketika dilanda keraguan, sedang pada saat yang sama mereka (orang lain) yang menanggalkan hijab juga mengalami masalah yang sama.Apakah engkau mengira mereka yang berlepas diri, yang bergandengan tangan dengan pemuda yang ia inginkan, tidak mengalami ketidak pastian? Tidak. Sama sekali tidak.
Insya-Allah engkau (ukhti) lebih tenang..
Dengan pilihan yang digariskan Tuhan semesta alam
Ketika ane sedang menuliskan postingan ini, ane sebenarnya menerima berbagai email. Salah satunya “mengeluhkan” masalah ini.
jadi tak kuasa ane jawab 1 per 1 jadi ane tuntankan lewat postingan ini
Ada Seorang cewek mempunyai teman laki-laki. Selama ini keinginannya tak “terlalu jauh”. Akan tetapi suatu ketika, teman laki-laki itu menginginkan hubungan suami istri. Cewek itu menangis terus. Ia bingung (ada saran sob?) gitu tanyanya..
Ukhti..
Zaman memang telah berubah. Gadis-gadis sekarang semakin lambat dewasa. Padahal mereka mengalami menstruasi (haid) pada usia yang lebih dini dibandingkan dengan wanita-wanita sebelum mereka (wanita jadul).
Dan ironisnya Para kaum lelaki juga tidak banyak dipersiapkan oleh keluarganya ataupun mempersiapkan dirinya sendiri untuk menjadi dewasa secara penuh ketika mereka telah melewati usia 20 tahun guna mengimbangi wanita yang [cepat] dewasa. Padahal, mereka juga sudah mengalami mimpi indah (ihtilam) pada masa yang lebih awal dibandingkan dengan generasi orang tua mereka. Sementara ihtilam seharusnya –begitu kalau kita menengok fiqih– menjadi pertanda datangnya masa ‘aqil-baligh (akalnya sampai, kedewasaan intelektual).
Maka, Segera sesudah mengalami ihtilam (mimpi indah), mereka seharusnya sudah siap untuk memikul taklif (pembebanan tanggung-jawab). Salah satunya, membiayai hidupnya sendiri (khususnya) dan (persiapan) menanggung anak orang lain (jika sudah menikah) bagi laki-laki, selambat-lambatnya pada usia 18tahun.
Berbagai informasi yang diberikan melalui media massa, penataran, serta iklim yang tumbuh dalam keluarga, saat ini juga banyak yang tidak mendorong mereka untuk siap mencapai kedewasaan dalam arti yang utuh ketika mereka telah mencapai kemasakan seksual (sexual maturation). Akibatnya, kedewasaan sekaligus tanggung jawab mereka terlambat beberapa tahun dibanding kemasakan seksualnya. Apalagi banyak di antara mereka yang tidak mempunyai bekal ilmu, orientasi, dan misi yang kuat sebelum mereka mengalami kemasakan seksual.
Keadaan inilah., acapkali, menimbulkan reaksi-reaksi impulsif terhadap lawan jenis.
Ini menimbulkan beban psikis, meskipun banyak di antara mereka yang tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Media massa juga kerap menyampaikan informasi yang timpang, searah, tidak adil,dan kadang bahkan menyesatkan. Media massa menjadikan informasinya sebagai alat eksploitasi bagi satu kepentingan tertentu (maaf, ane menggunakan kata “tertentu”) terhadap pembacanya yang berada pada masa rawan ini. Alasan psikologis dan medis sering digunakan, meskipun tidak sungguh-sungguh memilikipijakan ilmiah, sehingga para gadis dan pemuda berada dalam situasi ketakutan ketika akan melangkah ke pernikahan yang tergolong dini tanpa tahu bagaimanamesti menyikapinya. Variabel pengaruh seolah-olah hanya terletak pada faktor usia, padahal usia tidak bisa mengindikasikan tingkat kedewasaan dan tanggung jawab seseorang.
Banyak lho, yang sudah hampir jadi sarjana, usia sudah menginjak 25 tahun, tetapi pola pikirnya masih sama dengan pola pikir anak SMA bahkan dibawahnya.
Ane sering tidak paham (mungkin karena ane tidak tergolong orang jenius) dengan apa yang berlangsung di sekeliling. Menikah usia muda (untuk sekarang ini) banyak dikecam dalam berbagai kesempatan (bahkan melalui jalur ilmiah), akan tetapi kondom dijual bebas dengan harga murah bahkan pemerintah juga pada hari AIDS sedunia pada waktu lalu membagikan kondom gratis.
Dan nggak lupa, ekspos sumber-sumber rangsang seksual pun dibiarkan meningkat, terutama melalui TV dan tabloid-tabloid.
Sejurus itu pula, Kampanye anti pelecehan digelar habis-habisan, namun demikian pada saat yang sama wanita dipakai sebagai alat untuk menarik perhatian di berbagai kesempatan resmi.
Ironisnya, kadang-kadang malah dilakukan oleh mereka yang menyerukan sikap anti-pelecehan terhadap wanita.
Melalui engineering of consent (rekayasa persetujuan) diciptakan image (citra) — sekaligus rasa takut– bahwa menikah muda hanya dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki intelektualitas tinggi.
Menikah muda adalah tindakan orang yang berpendidikan rendah. Sehingga mereka tidak memiliki kesiapan yang memadai (coba, apa ukurannya sehingga disebut memadai) untuk menjadi istri dan ibu.
Sementara itu, pada saat yang sama, sekolah dan perguruan tinggi tidak pernah menyiapkan mereka untuk mengerti dan mencintai tanggung jawab sebagai istri dan ibu.
Ironisnya, berlawanan dengan pernyataan sebelumnya, berkembang citra “untuk apa berpendidikan tinggi-tinggi sampai jenjang perguruan tinggi kalau hanya untuk mendidik anak?”
Alhasil, mereka menjumpai suami, anak, dan rumah tangganya sebagai “hanya”.
“Hanya” bangunan yang disebut rumah.
“Hanya”….Jadi, ada yang perlu kita cermati dengan kecerdasan tinggi. Ada yang perlu kita pikirkan di sini. Sekarang pinangan telah datang. Jawaban atas pinangan itu sedang dinantikan.
Maka pertimbangkanlah matang-matang, dengan melihat berbagai kondisi yang adadi sekeliling, serta kondisi yang ada di dalam keluarga dan diri sendiri. Ayah perlu memikirkan kemaslahatan anak gadisnya, sebelum mengambil keputusan. Engkau pun perlu mempertimbangkan pinangan itu.
SELESAI..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar