Menurut riwayat Abul Qosim Al-Junaid, malu adalah kemampuan untuk memandang kebaikan dan melihat kekurangan diri sendiri. Dari kedua pandangan itu, lahirlah perasaan yang dinamakanmalu. Amat jarang kini, menemukan orang yang tergolong pemalu.
Yakni, orang yang malu bila mengetahui dirinya telah berbuat kezaliman dan kemaksiatan.Orang pemalu terlihat dari budi pekertinya yang senantiasa mengajak meninggalkan keburukan dan mencegah mengurangi hak orang lain. Rasa malu melahirkan sikap amanah. Orang yang kehilangan rasa malu, tak layak dirinya diberi amanah untuk mengurusi urusan umat, karena akan berakibat fatal. Orang yang bermuka tebal seperti itu akan merampas hak orang lain tanpa malu-malu.
Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa apabila Allah menghendaki untuk membinasakan seseorang, maka Allah cukup mencabut dari orang itu rasa malu. Jika telah tercabut darinya rasa malu, seseorang akan terus bergelimang dosa. Orang yang bergelimang dosa itu juga telah dicabut oleh Allah darinya sifat amanah.
Sungguh mengerikan dan menyedihkan nasib orang 'bermuka tebal'. Mereka tak mendapatkan rahmat Allah. Apalah artinya hidup tanpa rahmat dari Allah. Walau hidup bergelimang harta, jabatan tinggi, dikaruniai surga duniawi, jiwanya akan tetap merana.
Orang yang tidak dirahmati akan terus gelisah, cemas, dan takut semua kenikmatannya direnggut orang lain.
Maka,yang dilakukan orang yang bermuka tebal itu adalah mengumpulkan semua kekuatan demi melanggengkan kebahagian semu. Tak segan dia mengkhianati sahabat dan orang-orang tercinta.
Rasulullah SAW pernah menegur seorang Anshar yang sedang memberi nasihat pada saudaranya yang pemalu. Beliau bersabda, ''Biarkan ia pemalu. Sungguh malu itu sebagian dari iman.''
Di kesempatan lain, Rasul SAW bersabda, ''Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan.''
Beliau sendiri terkenal sangat pemalu, melebihi seorang gadis pingitan.
Rasa malu yang muncul dari keimanan kepada Allah menyebabkan manusia menjadi sangat berhati-hati dalam bertindak dan menentukan langkah.
Orang yang memiliki perasaan malu seperti itu menganggap bahwa setiap jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Jabatan tidak dianggap sebagai kesempatan untuk mencari popularitas atau meraih kekuasaandemi kepentingan pribadinya.
Dia akan memberikan segala yang menjadi hak orang lain dan melindungidirinya supaya tidak berkhianat pada rakyat. Sosok seperti itu juga selalu berusaha menetapkan kebijakan publik yang bermanfaat bagi seluruh warganya. Sekuat tenaga, dia juga akanmenghindari keputusan yang merugikan serta membawa kesengsaraan hidup rakyat banyak. Sedangkan orang yang bermuka tebal akanberbuat sebaliknya.
Wallahu a'lam..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar