Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
23.12.12 | Minggu, Desember 23, 2012 | 0 Comments

Sepiring Nasi Rawon Pembawa Hikmah

Pada sebuah malam...

Mishbakh bertengkar hebat dengan ibunya. Penuh amarah yang membuncah, akhirnya Mishbakh meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Dalam perjalanannya, ia baru menyadari sama sekalitdk membawa uang karena dompet dan handphone-nya semua tertinggal dikamarnya.


Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah warung kaki lima dan mencium harumnya aroma masakan sang pedagang Rawon. Ia ingin sekali memesan sepiring karena udah setengah hari perutnya belum terisi, tetapi tak sepeser uang pun di kantongnya.


Pemilik warung melihat Mishbakh berdiri cukup lama di depan warungnya, lalu berkata
"Mas, apakah engkau ingin memesan sepiring rawon?"

" Enggeh pak, tetapi, aku tidak membawa uang," jawab Mishbakh dengan malu-malu.

"Ora opo-opo mas, Bapak (penjual) akan mentraktirmu mas.."
jawab si pemilik kedai.

"Monggo.. sampean lenggah (mari silahkan duduk, aku akan bikinkan seporsi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik warung itu mengantarkan sepiring rawon. Mishbakh segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang..

"Ada apa mas?" tanya si pemilik kedai.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu," jawab Mishbakh sambil mengeringkan bulir-bulir air matanya."


"Bapak seorang yang baru kukenal pun memberi aku sepiring rawon. Tetapi ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah," ucapan Mishbakh disertai sedu-sedan sambil meneruskan curahan hatinya,

"Sedang bapak, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri."


Pemilik Warung setelah mendengar perkataan Mishbakh menarik nafas panjang...
"Mas mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini. Aku hanya memberimu sepiring nasi rawon dan kau begitu terharu. Sedang Ibumu telah memasak Rawon dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini dan mungkin udah ribuan kali, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan, kau malah bertengkar dengannya."


Ana, terhenyak mendengar hal tersebut.

"Mengapa aku nggak berpikir tentang itu? Untuk sepiring nasi rawon dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya."


Mishbakh, segera menghabiskan Nasi rawon-nya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya.


Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Mishbakh, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Mishbakh.. kamu sudah pulang nak, cepat masuklah, ibu telah menyiapkan makan malam kesukaanmu dan makanlah dahulu sebelum kamu tidur. Makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang".


Pada saat itu Mishbakh tidak dapat menahan tangisnya. Ia langsung bersimpuh penuh air mata dihadapan ibunya.


*******


Sobat, mungkin sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat (keluarga) khususnya orang tua seperti halnya ibu kita sendiri apakah kita pernah menyadari..??, kita semestinya berterima kasih hingga habis usianya dilekang waktu.


Bukankah mereka orang tua kita merawat kita tahun-tahunan, tapi berapa lama sih kita merawatnya sebagai wujud balas budi, begitu juga dengan makanan, kita mulai dari kecil udah dikasih segala makanan yang enak-enak sampe kita beranjak dewasa bahkan mungkin hingga setengah baya, tapi apakah kita udah membalasnya minimal balasan setimpal walau itu cuma sekedar 'ucapan terima kasih' .


Yuk, kita sama-sama mukhasabah diri sob.. jangah kita jadi sosok yang nggak tau balas budi yang hidup 'sak enak udele dewe'.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar