Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
4.12.12 | Selasa, Desember 04, 2012 | 0 Comments

Cinta, Duuuh Cinta..

Cinta, duuuh cinta...
Virus cinta emang bisa bikin blingsatan dan jungkir balik gak karuan. Uring-uringan, hingga makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Bahkan dapat merubah pribadi seseorang, yang awalnya benci banget kata-kata puitis nan manis, mendadak jadi pujangga yang pandai menebar janji tuk memikat hati.

Sambil bersimpuh dengan seikat bunga mawar ditangan, sang pujangga pun merayu sang pujaan, "Duhai belahan hati, tak dapat kuhidup tanpa dirimu di sisi...(preekitiww..)"


Kadang ia bergaya bagaikan bintang film India, "Adinda..., belahlah dadaku ini, kan kau lihat ada dirimu di sana..(yakin, bukanya malah panu, hoho..)"

Sang gadis pun tersipu malu, hidung kembang-kempis dan jempol kaki jadi gede, "Idih... mas bisa aja nih."


Tak peduli siang malam, yang dipikirkan hanya juwita sayang impian seorang. Tak tahan dengan rayuan maut sang pujangga karbitan, si gadis pun langsung jatuh cinta. Jiwa terbang ke awang-awang, bermain dengan bintang gemintang. Akhirnya, adik jadi milik abang seorang.


Cihuiii... nikah juga!!!


Pesta tiga hari tiga malam pun diadakan, ngikutin tradisi bintang-bintang sinetron atau anak orang-orang kaya. Meriah, dengan orkes dangdut setiap malam yang memekakkan telinga, juga tak ketinggalan pemutaran tanggapan wayang kulit sehari semalam di depan rumah.


Tamu-tamu begitu banyak yang datang, dan tak henti-hentinya ucapan selamat dihaturkan, "Duuh mbak, cantiknya...," seraya tangan mencubit gemes pengantin perempuan.


"Aduuh!" ternyata nyubitnya sakit juga, sambil ngedumel dalam hati, "Iih... luntur deh make-up, nih ibu reseh banget sih!"


Tapi senyuman masih mengembang, memikirkan banyaknya amplop yang akan diterima, dan kembali berbisik dalam hati, "Sudah tradisi.." seraya menirukan iklan produk biskuit di tivi.


Rasa puas serta bahagia terpancar dari kedua pasangan, dan tentu saja keluarga besar. Bangga, bisa membuat pesta gede-gedean karena katanya itu simbol kaum terhormat dan kaya raya.


Rencana bulan madu pun tak lupa dipikirkan, "Mas, ntar kita bulan madu kemana?" tanya istri sambil bergelayut manja.


"Kemana aja boleh, terserah dirimu sayang," sambil mencium pipi dengan mesra, muaaah! (Maklum, pengantin baru).


"Huu... yang benar dong jawabnya," pura-pura merajuk si wanitanya.


"Kalo kita ke surga, sayang mau ikut?"


"Ikuuut...," sambil memegang erat tangan kekanda tercinta.


Aih... aih... So..Cweet..!!!



* * *


Cinta, duuuh cinta
...

Di awal pernikahan duhai sungguh indah, sayang-sayangan yang bikin mabuk kepayang. Makan saling suap-suapan, di jalan pun tangan saling bergandengan (kayak mau nyebrang aja..), hingga kadang membuat iri yang belum menemukan pasangan.

Tak lupa foto pengantin dipelaminan yang sedang tersenyum berduaan dipajang di meja kerja, dielus-elus saking cintanya, karena tak sabar ingin segera pulang ke rumah.


Jam kerja kadang digunakan untuk telpon-telponan, "Lagi ngapain, honey?.." gubrak..


Karena masih pengantin baru, masih gede rasa cemburu.


"Hani? Siapa tuh Hani? Kan namaku bukan Hani, Selingkuhan baru lagi ya?"


Ckck..ckck..Hiks... hiks... hiks...


Hah???

(Dasar dodol..)



* * *


Waktu berlalu, hari berganti hari hingga tahun berganti tahun. Layaknya sebuah kehidupan, tentu ada pasang surut. Roda pun tak selalu di atas, selalu ganti berputar. Begitu juga perjalanan bahtera rumah tangga anak manusia, kadang manis tak jarang pula sebaliknya.


Gejolak cinta di masa muda yang begitu bergelora untuk mendapatkan pasangan jiwa lalu berganti dengan keluh kesah, hingga bosan pun meranggas cinta. Suami yang dulu begitu mesra, perlahan mulai lupa dengan yang di rumah. Sang istri kini lebih sering merenung sambil bersenandung lagu Kemesraan-nya Franky Sahilatua "Kemesraan ini..janganlah cepat berlalu, kemesraan ini, ingin ku kenang selalu...", Sambil berharap-harap cemas kemesraan yang dulu janganlah cepat berlalu.


Sang Istri kadang sendirian, karena Sang suami tercinta suka pulang larut malam. Makan malam yang dihidangkan pun kini tak lagi disentuh, karena Warung Padang telah menjadi pilihan sang suami. Dilayani pelayan-pelayan yang berpenampilan rapih, bagi sang suami lebih menyenangkan daripada disambut istri yang wajahnya penuh dengan masker bengkoang dan celemek kucel penuh bau masakan beraneka-ragam serta kadang gak ada bedanya baunya sang istri dengan baunya terasi. Bahkan tak jarang kepala bermahkotakan rol rambut aneka warna serta tak lupa baju kebesaran yaitu daster bolong...(Waduh..ancur bener..)


Ah... Rumah tangga kini tak lagi tampak mesra. Suami yang dulunya selalu berjanji sehidup semati, kini lain dimulut lain hati. Sindir menyindir sering jadi luka yang menyayat pedih.


* * *


"Manusia itu tak ada yang sempurna, semua pasti ada kekurangannya
," nasehat Wak Kaji di majlis ta'lim sang istri di kompleks perumahan tersebut.


"Suami istri saling cekcok atau bertengkar itu hal yang biasa," beliau kembali menambahkan.


"Wak Haji juga dong?" Si Istri cepat memotong.


"Iyalah., emang ane bukan manusia?" Wak Haji menjawab sambil mesem-mesem.


"Lho, mestinya Wak Haji ngasih contoh yang baik, masak udah haji kok bertengkar?" Sambung jamaah lainnya.


"Kalo Wak Haji yang udah tua gini masih juga suka berantem, lha kita yang muda ini nyontohnya ke siapa? Wak Haji mikir dong, mikir...!"


"Wuaaah...!!!"


"Aih...Wak Haji gitu aja marah, terusin deh..nasehatnya" si jamaah sambil senyum2.


Sambil nahan gemes, Wak Haji pun melanjutkan, "Ibu2 juga harus inspeksi diri sendiri..."


"Mungkin introspeksi ya Wak, maksudnya?" Ngebenarin.


"Oh iya, ya itu.., Ibu2 juga harus intrupsi"

"Introspeksi Wak, bukan intrupsi!" kembali membenarkan, sembari menahan kesal.


"Aduuh, susah ya pake istilah tingkat tinggi, apa tadi, inflasi?" Wak Haji tanya kembali.


Wuaaah...!!!


"Aih...Ibu2, gitu juga marah, he... he... he...," Wak Haji terkekeh-kekeh, girang banget bisa membalas.


"Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga. Lautan masih terlalu luas terbentang, ribuan karang siap menghadang, ombak pun kadang menerjang. Sebab itu semua persoalan tak hanya dapat dipecahkan dengan cinta, tapi juga butuh sikap dewasa," nasehat Wak Haji.


"Untuk bersikap dewasa harus ada yang namanya ujian. Nah..., jadikan ujian itu sebagai pernik-pernik dalam pernikahan, ia akan menjadi indah saat setiap pasangan menyikapinya dengan dewasa, bukan dengan amarah. Sikap dewasa akan menyuburkan cinta, sehingga istri atau suami akan lebih mengutamakan pasangannya. Contoh gampangnya gini, kadang si istri lebih senang berdandan untuk orang lain daripada suaminya, atau sebaliknya."


"Maksudnya Wak Haji?" bertanyalah ibu2 majlis, karena belum jelas.


"Iya, coba deh Ibu2 inspeksi, eh... apa tadi, inflasi?" sahut Wak Haji seraya membenarkan letak kopiah putihnya.


"Idih mulai lagi nih, introspeksi, Wak Haji" sambil menahan senyum.


"Eh iya, si Ibu2 coba introspeksi diri, apa iya kalo dandan di rumah juga seperti ini? Padahal Islam menganjurkan kalo berdandan untuk suami di rumah itu jauh lebih baik daripada untuk orang lain," nasehat Wak Haji bagaikan air bening yang merembes di telaga hati.


Smua ibu2 hanya terdiam, membenarkan. Kemudian ia merenung betapa indah, bahkan teramat indah Islam mengajarkan syariat kepada para pemeluk-Nya, hingga mengatur hal-hal yang sangat sederhana. Ia tertunduk malu, karena terkadang terlalu berlebihan berdandan untuk orang lain saat keluar rumah, padahal yang lebih utama semestinya itu adalah hak si Suami, si belahan jiwa.


* * *


Krek... Suara pintu dibuka, suami tercinta baru pulang kerja.

"Aih..., mau kemana malam-malam begini?" tanya suami curiga, melihat istri yang berdandan begitu cantiknya.


Ia hanya diam, dan tersenyum manis sementara Si suami tercinta masih bengong, menatap tak percaya.


"Nggak kemana-mana, emangnya gak boleh tampil cantik di rumah?" jelas si istri sambil mengedipkan genit sebelah matanya.


"Kata Wak Haji, istri itu harus melayani suami dengan baik, termasuk tampil cantik saat ia ada di rumah," menirukan apa yang telah didengarnya di majlis.


Suami terharu,"Aah... ia memang telah tampil beda. Suami pun sadar bahwa dirinya & istrinya tercinta memang sudah beranjak jauh dari masa-masa muda yang penuh gelora, tapi kekuatan cinta akan selalu menjadikan seseorang berusaha memberikan yang terbaik kepada yang dicintainya". Sang pujangga lalu berjanji dalam hati, untuk selalu menjadi pujangga cinta bagi adinda, sang belahan jiwa.


"Mas.." istri berkata perlahan.


Dalam hati sudah mengira, pasti si istri akan meminta maaf atas segala kekhilafan yang dilakukannya, hingga dg cepat si suami berkata,


"Sudahlah dik, Mas juga salah, suka mengabaikan tanggung jawab di rumah" terharu, mata tambah berkaca-kaca.


"Aih... aih..., emangnya saya mau ngomong apa mas" gerutu si istri dengan manja.

"Emang adik mau ngomong apa?"

"Cuma mau nanya, kan udah awal bulan, uang belanjanya mana mas?"


"Hah..??"



Wallahua'lam bi shawab.

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar