Dunia masih gelap, karena matahari yang ditunggunya belum menampakkan 
keindahan paginya. Sementara anak-anak sudah bersiap pergi ke sekolah 
sambil menunggu bus jemputannya di pinggir jalan yang dipenuhi lalu 
lalang mobil-mobil yang berkejaran, angin yang bertiup membawa pasir 
padang sahara datang mendampingi bus yang berhenti di halte depan 
rumahnya, cepat-cepat, busmu sudah datang ; ungkap ayahnya yang ikut 
mengantarkan anaknya ke tepi jalan raya, setelah bus berlalu, ia masih 
termenung membayangkan sebuah kisah yang dibacanya berkali-kali kemarin 
malam.
Kisah ini membuatnya berkhayal, agar menjadi kenyataan, berikut kisah tersebut :
Dikisahkan ada seorang millionaire  berkebangsaan Amerika sedang 
melancong di sebuah negara Latin, di pagi hari dalam perjalanan menuju 
tepian laut ia mendapati seorang yang sedang memancing, orang itu 
berpakaian biasa bahkan tampak lusuh, ia ditemani isterinya yang jelita,
 maka semakin tampak jelita pemandangan pantai tersebut, Maria begitu 
suaminya memanggilnya, lalu...
 Sang millionaire bertanya lembut "bapak 
sedang melakukan apa ?"
Dengan senyum dan penuh santun ia menjawab :"aku 
sedang memancing ikan !" 
Tampaknya bila dibandingkan dengan kebiasaan 
kita, maka bila kita yang mendapatkan pertanyaan demikian tentu 
jawabannya ; "Anda tidak melihat aku sedang memegang pancing dan berdiri 
di tepi pantai, apakah ini berarti aku sedang memanggang kambing ?" 
 
Sang millionaire sambil menyalakan rokoknya sempat menasehati orang itu :
 "begini selayaknya Anda membeli peralatan pancing modern, agar Anda 
dapat mendapatkan penghasilan yang besar dan menguntungkan, setelah itu 
Anda dapat membeli beberapa kapal kecil dan Anda dapat menyewakannya 
kepada para nelayan lainnya, kemudian Anda memperluas usaha Anda dengan 
membangun pabrik pemotongan dan pengalengan ikan, setelah usaha Anda 
semakin luas maka dalam 40 tahun Anda akan menjadi orang terkaya di 
kampung ini.." 
Orang yang duduk sambil memancing itu menoleh ke arah 
isterinya yang sedang menghayati hamparan laut dan lambaian pelepah 
pohon kelapa, tapi agar tidak penasaran orang tadi melengkapi 
pertanyaannya : "kemudian apa lagi ?" 
Sang millioneir melanjutkan : 
"kemudian Anda dapat menikmati kesenangan dan hobby Anda seperti 
memancing dll." 
Orang itu menjawab ; "ini adalah pelajaran yang sejak lama
 aku dapati di bangku sekolah manajemen, dan inilah yang telah Aku 
lakukan dan sedang aku nikmati sekarang, pergilah kau dan beranjak dari 
hadapanku."
Setahun yang lalu, ane pernah mengikuti sebuah seminar ; Cara Gila 
Menjadi Kaya, ternyata kita terbiasa gila dengan tanpa apa-apa, tanpa 
kerja, tanpa pemikiran dan tanpa doa, kita hanya punya rencana tanpa etos dan realita kerja, kita ingin jadi kaya tanpa proses dari bawah, sama persis seperti Milyader diatas, mungkin aja kita bisa menilai dari cara cara dia memaparkan nasehat, kita bisa nilai itu bukan nasehat orang mengusahakan diri dari nol, tapi bisa aja dari kaya turunan atau warisan, sebab orang yang mulai usaaha dari nol atau kaya dari proses, pasti akan bilang "tetaplah istiqamah dan perbaiki standart kerja anda dari hari ke hari" bukan malah bilang "selayaknya Anda membeli peralatan pancing modern, agar Anda 
dapat mendapatkan penghasilan yang besar dan menguntungkan, setelah itu 
Anda dapat membeli beberapa kapal kecil dan Anda dapat menyewakannya 
kepada para nelayan lainnya, kemudian Anda memperluas usaha Anda dengan 
membangun pabrik pemotongan dan pengalengan ikan, setelah usaha Anda 
semakin luas maka dalam 40 tahun Anda akan menjadi orang terkaya di 
kampung ini.." .
Sebab itu adalah angan-angan buta yang menawarkan kelayakan dengan visi serampangan.
  
Semoga kisah singkat diatas tersebut yang sedikit 
menampar kebiasaan buruk kita yang senang berpangku tangan tanpa usaha 
dan bahkan doa bisa lekas kita beneri, bahwa kunci sukses itu Istiqamah seiring niat bukan visi yang kadang terlalu paradoks yang sering kita dapat di bangku sekolahan atau kampus . Selamat menunaikan shalat shubuh jamaah !
Komentar [area]:

0 Comment [area]:
Posting Komentar