Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
15.9.12 | Sabtu, September 15, 2012 | 0 Comments

LEADERSHIP SAJATI

MOONER [area],Puluhan abad yang lalu, ada sebuah ekspedisi yang melibatkan belasan kapal layar dan ratusan orang. Ekspedisi ini bertujuan untuk mencari daratan baru yang subur dan menjanjikan karena tempat yang mereka huni sekarang sudah tidak menjanjikan apa-apa lagi untuk membangun sebuah kehidupan. Ekspedisi ini dipimpin oleh seseorang diantara mereka yang mereka percayai, karena selain handal, ia juga arif bijaksana.



Setelah belasan bulan mengarungi lautan, akhirnya mereka tiba di sebuah daratan yang subur serta menjanjikan, tepat seperti apa yang selama ini mereka impikan. Hanya saja, daratan baru tersebut masih terlalu liar karena belum pernah dihuni sebelumnya. Hal ini menimbulkan keragu-raguan di hati para peserta ekspedisi tersebut apakah mereka mampu untuk menaklukkan daratan baru tersebut dan membangun sebuah kehidupan seperti apa yang selama ini telah mereka impikan. Keraguan tersebut semakin kuat mengingat betapa berat perjuangan yang harus mereka lakukan karena segala sesuatunya harus dimulai dari awal kembali.

Pada suatu malam, ketika para peserta ekspedisi tersebut tengah terlelap tidur di tenda-tenda mereka, pemimpin ekspedisi itu membakar habis seluruh kapal yang mereka gunakan untuk berlayar. Para peserta ekspedisi tersebut terjaga dari tidurnya dan terkejut dengan apa yang mereka saksikan. Dengan perasaan marah, mereka menghampiri pemimpin ekspedisi tersebut. Mereka bukan hanya marah, tetapi juga kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh sang pemimpin yang mereka percayai tersebut. Mereka bertanya mengapa sang pemimpin tersebut begitu tega membakar musnah kapal-kapal mereka.

Dengan penuh kearifan pemimpin ekspedisi itu menjawab, "Keragu-raguan di hati kalianlah yang membuat aku melakukan hal ini. Bukankah inilah daratan yang kita impi-impikan yang membuat kita tegar dan mampu bertahan selama belasan bulan terhadap hantaman ombak dan rasa lapar? Lalu kenapa hanya dengan setitik keragu-raguan saja kalian rela menggadaikan segala apa yang telah kalian impikan? Aku sengaja membakar musnah kapal-kapal tersebut agar kita tidak dapat keluar dari pulau ini, sehingga kita mampu berkomitmen dan bertekad di dalam hati kita masing-masing untuk bersama-sama berjuang dan membangun sebuah kehidupan baru yang kita impikan. Jangan biarkan keragu-raguan di hati kalian menghancurkan impian kalian. Kita sudah melangkah terlalu jauh untuk menyerah sekarang!"

Coba perhatikan dan resapi hikmah yang dapat kita petik dari penggalan kisah di atas. Pada kenyataannya secara manusiawi, selalu saja ada keragu-raguan di dalam hati setiap manusia dalam memulai sebuah kehidupan yang baru, bahkan meskipun hal tersebut adalah sesuatu yang diimpi-impikan sekalipun. Rasa ragu tersebut berkembang bagaikan sebuah tumor ganas yang menggerogoti kemampuan manusia untuk berpikir secara jernih.

Keragu-raguan tersebut tidak dapat menghasilkan apa-apa selain membunuh semua yang telah diimpikan dan dicita-citakan. Jangan lupa bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri dan untuk mampu melakukan suatu perubahan, tantangan terberat pertama adalah menghapuskan keragu-raguan yang timbul di hati manusia. Sebuah komitmen terhadap sebuah perjuangan dalam mencapai apa yang menjadi impian dan cita-cita sangat diperlukan untuk memusnahkan rasa ragu tersebut karena dengan izin-Nya, apabila rasa ragu tersebut telah musnah maka dengan sendirinya pintu pertolongan-Nya akan terbuka dan 'tangan-tangan' ilahiyah pun akan dikirimkan untuk membantu menuntun langkah manusia.

Dalam membangun sebuah komitmen untuk berjuang di jalan-Nya diperlukan kesadaran bahwa kita sebagai seorang manusia diutus pleh Allah SWT sebagai seorang khalifah. Ingatlah ketika Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Lalu para malaikat yang merasa pesimis terhadap tingkah laku manusia berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?" Allah SWT menjawab, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dalam konteks ini, Allah tidak menyalahkan apa yang diucapkan oleh para malaikat, tetapi hanya Allah saja yang mengetahui hakikat keberadaan manusia tersebut.

Kita dihadirkan di permukaan bumi ini sebagai seorang khalifah untuk suatu tujuan, bukan suatu kebetulan. Segala sesuatu, sekecil apa pun itu, terjadi dengan izin-Nya. Banyak di antara kita yang sudah sering membaca dan mendengar kata-kata klise tersebut tanpa pernah meresapi dengan seksama akan arti yang terkandung di baliknya. Mungkin sebuah kisah unik yang terjadi pada dua orang mantan presiden Amerika berikut ini mampu menyadarkan kita bahwa Allah maha Berkehendak dan betapa banyak kejadian di dunia ini yang mampu mementahkan konsep manusia akan teori kausalitas.

Allah dan rasul-Nya telah memberikan petunjuk yang tidak hanya menerangkan bagaimana kita harus beribadah, tetapi juga mencakup bagaimana kita semestinya bersikap dan hidup dalam kaitannya dengan hubungan antarsesama atau dalam bermuamalah, dan bahkan dengan lingkungan alam sekitarnya. Ini bukti kebenaran bahwa Islam merupakan ajaran agama dan sistem yang lengkap dan sempurna. Karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk melaksanakan Islam secara keseluruhan, tidak parsial. Allah berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.'' (QS 2: 208).

Salah satu ajaran tersebut adalah petunjuk bagaimana kita agar dapat menjadi orang-orang pilihan yang dapat membawa perbaikan dan manfaat bagi masyarakat dan umat Islam pada umumnya. Rasulullah menjelaskan petunjuk tersebut dalam sabdanya, ''Orang-orang yang terpilih di antara kalian adalah orang-orang yang mengingatkan kalian kepada Allah jika melihatnya, perkataannya menambah giat kalian untuk beramal, dan amalnya membuat kalian semakin mencintai akhirat.'' (HR Hakim dari Ibnu Umar).

Hadis tersebut secara gamblang menjelaskan kriteria orang-orang pilihan, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingatkan orang lain untuk beribadah dan memberikan contoh dalam kebaikan. Pendek kata, orang-orang pilihan adalah orang-orang yang senantiasa melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kaitan ini Allah berfirman, ''Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.'' (QS 3: 104).

Dalam ayat berikutnya Allah mempertegas, ''Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.'' (QS 3: 110).

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa setiap Muslim bisa menjadi orang-orang pilihan. Karena, tugas amar ma'ruf nahi munkar ini merupakan fitrah bagi umat Islam. Dan, dalam pelaksanaannya tidak hanya bisa dilakukan oleh setiap individu, tetapi tugas ini bisa dilaksanakan secara kolektif atau kelembagaan. Sabda Rasulullah SAW, ''Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak sanggup, maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.'' (HR Muslim)

Sebagai seorang calon almarhum dan almarhumah, cobalah kita sedikit meluangkan waktu untuk menghayati pesan sang Rasul teladan kita berikut ini ,"I'mal li dunyaka kaanaka ta'isyu abadan wa'mal li akhiratika kaanaka tamuttu ghadan ... Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok." Hidup ini terlalu singkat untuk terus menerus menyia-nyiakan kesempatan demi kesempatan yang telah Allah berikan kepada kita. Apabila hari ini adalah hari terakhir kita berada di dunia, jangan biarkan kita terus menerus diliputi keraguan untuk memulai sebuah kehidupan baru yang membuat kita semakin dekat pada-Nya. Tanamkanlah komitmen untuk berjuang di jalan-Nya di dalam hati dan benak kita yang akan mengikis keragu-raguan tersebut. Ingatlah bahwa Islam membutuhkan tangan-tangan kita untuk menegakkan kembali bendera kejayaan Islam. Semoga Allah swt selalu menyertai setiap langkah kita. Wallahu a'lam bishawaab. <sumber>

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar