Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
3.6.12 | Minggu, Juni 03, 2012 | 0 Comments

ATHEIS, BELIEVE IT OR NOT ?

Atheis adalah golongan orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan. Yang digaris bawahi di sini adalah pengakuannya terhadap Tuhan, bukan keberadaan Tuhan itu sendiri. Faktanya, tidak semua orang atheis adalah atheis sejati. Bahkan boleh dibilang atheisme itu sebenarnya tidak pernah ada (nothing).

Alkisah, Suatu malam di Puncak, seorang guru sebut aja namanya Mr.M ada pelatihan LDKS dan berkenalanan dengan seorang atheis, dia bercerita tentang pengalamannya berdialog dengan seorang atheis tersebut. Dialog tersebut kira-kira begini bunyinya:

Mr.M : “Kamu tidak percaya sama Tuhan?”

Atheis : “Tidak!” (menjawab mantap)

Mr.M : “Mau ketemu Tuhan?”

Atheis : “Mau!”

Mr.M : “Dengan cara apa Anda ingin mati?”

(dialog sempat terhenti karena orang atheis ini jadi tersinggung dan merasa dibodohi)

Mr.M : “Kamu tidak percaya adanya hidup setelah mati?”

Atheis : “Tentu tidak!”

Mr.M : “Perlu bukti?”

Atheis : “Jelas!”

Mr.M : “Dengan cara apa Anda ingin mati?”

(orang atheis tersebut makin tersinggung saja)

Manusia adalah makhluk yang suka memandang hasil, bukan proses. Tanpa adanya hari pertanggungjawaban di akhirat, mungkin tidak akan ada yang peduli dengan aturan-aturan agama. Surga dan neraka adalah alat-alat Allah untuk memberi motivasi kepada manusia untuk tunduk patuh pada perintah-Nya. Kalau manusia tidak diiming-imingi dengan kenikmatan surga atau dibuat takut dengan siksa neraka, mungkin hanya sedikit sekali manusia yang mau beriman. Namun perlu diingat bahwa semua ibadah kita lakukan hanya karena Allah, bukan karena pahala atau karena surga. Inilah level pemahaman keimanan yang sangat tinggi yang telah mencapai derajat kecintaan kepada Allah.


Tidak ada manusia yang senang dengan kematian, karena mereka khawatir akan dimintai pertanggungjawaban setelah mati. Kaum Muslim yang terjun ke medan perang tidak takut mati karena dijanjikan akan mati syahid, sementara yang syahid tersebut pasti masuk surga tanpa melalui ‘formalitas’ pertanggungjawaban atau hisab. Dengan kata lain, jika kita tidak lagi mengkhawatirkan hidup sesudah mati, maka kita tidak akan takut mati. Sebaliknya, orang yang masih takut mati berarti masih mempercayai adanya Tuhan dan hari akhir, meskipun lidahnya menyangkalnya.


Kebanyakan orang atheis sebenarnya tidak atheis alias abal-abal. Mereka hanya orang-orang yang kecewa dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka merasa bahwa Tuhan adalah pelayannya. Jika Tuhan tidak memberikan 'pelayanan' yang cukup baik, mereka pun merasa kecewa. 


Ada pula orang-orang yang bertanya-tanya, “Jika Tuhan itu memang ada, mengapa ada bencana, kelaparan, peperangan, wabah penyakit dan kemiskinan?”. Pertanyaan ini sama seperti kisah seseorang yang bertanya, “Jika ada tukang cukur, mengapa masih ada orang yang rambutnya berantakan tak terurus?”. Jawabannya jelas, karena masih ada orang yang tidak mau ke tukang cukur. Sama saja dengan berbagai penderitaan dalam hidup manusia yang muncul karena manusianya yang tidak mau ‘datang’ kepada Tuhan.

Kenapa mereka kecewa dengan hidup? Ini sebuah pertanyaan lain lagi. Kuncinya adalah pada tujuan hidup mereka. Jika tujuan hidup kita adalah menciptakan perdamaian di dunia, maka kita tidak akan pernah puas, karena ada saja manusia yang suka merusak kedamaian. Jika tujuan hidup kita adalah menciptakan dunia tanpa kelaparan, maka kita tidak akan pernah puas, karena ada saja segolongan manusia yang suka menindas orang lain. Jika tujuan kita adalah Allah, maka kita akan senantiasa dinamis, karena Allah menyukai orang-orang yang aktif berkarya, dan kita pun tidak akan kecewa menghadapi kegagalan, karena Allah menuntut kerja keras, bukan keberhasilan.


Keberadaan Allah bukan menjadi suatu beban, bahkan menjadi pelipur lara bagi setiap Muslim. Kita berjalan jauh untuk melaksanakan suatu kebaikan, namun kebaikan itu tidak berhasil kita wujudkan. Apakah kita perlu kecewa? Bukankah Allah Maha Melihat amal-amal kita? Bukankah Allah Maha Teliti dalam perhitungan-Nya? Setiap otot yang bergerak, darah yang mengalir dalam pembuluh darah, keringat yang mengalir dan persendian yang kelelahan pasti akan mendapatkan ganjaran dari kebaikan yang dibuatnya, meski pada akhirnya kita mengalami kegagalan.


Orang-orang atheis seharusnya tidak takut mati. Buat mereka, hidup adalah penderitaan dan mati adalah akhir yang kosong, tanpa makna, tanpa pertanggungjawaban. Jadi kalau masih takut mati, bisa dipastikan ia bukanlah seorang atheis.


Memang banyak orang yang bunuh diri, tapi mereka pun tidak bisa dianggap atheis yang sebenarnya. Kebanyakan orang bunuh diri tanpa pikir panjang, tanpa menggunakan akal sehat. Kalau pun sudah memikirkannya sejak jauh-jauh hari, mereka pun tidak pernah melihat orang lain bunuh diri. Karena itulah mereka tidak takut untuk bunuh diri. Kalau saja mereka meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir, mereka tidak akan bunuh diri. Tentu saja, tidak termasuk orang-orang sakit jiwa yang cenderung mencelakai diri sendiri.


Jadi, siapakah atheis itu, Believe it or not?

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar