Harus jujur kuakui...
sulit bagiku tuk definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang kuketahui tentang rindu itu sendiri..walau kaku..walau palsu..walau semu..
Aku berpikir...Siapapun berhak memberikan asumsinya tentang rindu. kata rindu itu sendiri bersifat umum dan abstrak. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya disertai real obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu.
kututurkan bahwa rindu adalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi anggota badan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukan sesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..walau kadang salah..walau kadang menyalah..
memandang rindu sebagai sebuah “penyakit”. Namun begitu, tak mudah pula ku kategorikan rindu sebagai reaksi jiwa yang “sehat”. Bagaimana tak kuucap demikian, cobalah engkau rasakan atau bisa jadi detik ini sedang engkau rasakan letupan-letupan rindu yang bergejolak..ingat akibat..ingat hakikat..
Awalnya, rindu mungkin masih tak “liar” dan sedang terlelap nyenyak di sudut relung hati. Seiring detik berdetak, pemiliknya sering 'amnesia', angin sejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun. Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga..lupa sanak...lupa sentak..
Seiring waktu pula, rindu semakin bereaksi dan “mengamuk” serta berkecamuk hebat di hati. Pada saat yang sama, ternianglah telinga untuk segera mendengar hal-hal yang rindu inginkan. Terimla' lah lidah untuk berbicara. Tertawanlah mata untuk memandang. Terbui lah jiwa tuk rasakan hal-hal yang ingin dikenang...meski hina..meski dosa..
itulah kukatakan rindu sebagai “penyakit”. Walau tak bersifat medis, ia pula terkadang timbulkan gejala-gejala lain yang menyebabkan si tuannya tergolek sakit. sebab begitu, sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi penawar sekaligus obat utamanya..Jalannya kharam...jalannya khalal..
Ada banyak potret-potret kerinduan yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan tak ada cinta yang tersemburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya tunas-tunas cinta...itu nafsu...itu menipu..
Aku dulu...
ketika engkau bayi dan ditinggal sebentar sang ibu, isakmu langsung meledak dan riamnya menusuk hati sang ibu. Terkumpul bermacam rindu dari mu untuk ibu. Kau rindukan timang-timangnya. Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian sayangnya. Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu. Ia rindukan tawamu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu.
Merenungku...
Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugasnya, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di peraduan. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan sajian masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang..walau sederhana..walau apa adanya...
Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugasnya, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di peraduan. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan sajian masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang..walau sederhana..walau apa adanya...
Seorang wanita pun begitu sensitif disapa oleh rindu. Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syar'i bermu’amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki noktah pesona dan mampu ditangkap sang wanita..padahal salah...padahal alpha..
Itulah yang menjadikan sang wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening laksana permata menyusuri kisi - kisi pipi..
Untukku...
Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan kharam yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu. Mereka kenang masa-masa “indah” yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.. alangkah ruginya..alangkah nistanya..
Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan kharam yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu. Mereka kenang masa-masa “indah” yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.. alangkah ruginya..alangkah nistanya..
Dan beberapa hari lagi, salah satu kerinduan orang-orang beriman akan terobati dengan datangnya bulan keberkahan. Tamu agung yang dinanti-nanti dengan nama pernikahan. Di hari itulah orang-orang memenangkan pertarungan dengan godaan dan gapai indahnya keterjagaan menabung limpahan pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal - amal di malam-malamnya. Mendekati hari pertama tuai sunnah, rindu mereka memuncak. Hadiah bagi buah kesabaran dan pada saat itu yang mereka rindui berasa nikmatnya, rindunya telah halal, 'khalawat'nya telah di ridhai, yang mereka rindui di doai segenap alam, juga berkah sang Junjungan Pemimpin Umat & Ummahat, dan pula.., mereka rindukan tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan ar-rahman bersama-sama dalam duka dan suka...semua rindu itu jadi terindah pada waktunya..
Sekarangku...
Baiklah, kutitip rindu buat anda semua. Semoga kan kita bersua di taman-taman surga. Amiin ya mustajiba sa ilin..serta semoga kita teridhai jadi penghuni dipan - dipan dengan bidadari dunia & surga kita nanti...Amii Ya Rabb 'alamin..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar