Seperti yang ane tulis di Postingan sebelumnya Menulis Dan Membaca Itu Wajib 'Ain Karena seharusnya setiap melakukan sesuatu kita memiliki niat dan tujuan yang jelas. Bisa tergambar, bisa dikerjakan, dan bisa menghasilkan serta bermanfaat. Itu sebabnya, sebagaimana kegiatan lainnya, menulis juga pasti ada tujuannya. Setiap orang bisa saja berbeda cara pandang dalam menentukan motivasi dan tujuan menulisnya. ada yang untuk uang ada yang sekedar untuk hobi seperti saya ini..makanya wajar temanya juga kadana awu-awutan..hehehe.
Nah, jawaban ane untuk pertanyaan sesuai judul postingan kali ini adalah : menulis ditujukan untuk BERBAGI (share). Memberi manfaat kepada pembaca mooner area agar mereka bisa merasakan nikmatnya pengetahuan kan Berbagi itu indah sob.. berbagi apa sajalah asal jgn berbagi dosa aja.., pasti kita senang juga ketika memberi kebahagiaan kepada orang lain. Ada sebuah pesan yang menarik dari orang bijak, “Jika ilmu yang Anda pelajari dari saya dapat berguna untuk diri Anda, maka tolong berbagilah kepada orang lain agar orang lain pun dapat memetik manfaat dari ilmu tersebut,” demikian pesan Milton Ericksson pada murid terbaiknya, Stephen Gilligan, PhD. Siapa Milton Ericksson dan siapa pula Stephen Gilligan ? Bagi Anda yang peminat atau praktisi hynotherapy atau juga Neuro-Linguistic Programming, pastinya mengenal guru dan murid di bidang tersebut. Ini sekadar contoh saja.
Dalam Islam, kita sudah diberikan tuntunan. Dakwah salah satunya. Dakwah itu adalah bentuk kepedulian.
Menyampaikan informasi dan pengetahuan itu terasa indah dan menyenangkan. Menulis, adalah salah satu cara untuk mendukung terlaksananya dakwah. Andai saja tak ada orang yang mau berdakwah, mungkin akan banyak manusia di bumi ini yang tersesat di jalan kehidupan. Jika tak ada guru yang mengajarkan banyak ilmu, mungkin tak akan banyak orang-orang cerdas dan terpelajar di dunia ini. Mungkin saja jika orang tua kita tidak mendidik kita tentang kepribadian dan etika, akan banyak hadir di dunia ini anak-anak yang tak beradab. Indahnya berbagi.
Menulis pun bagi kita semestinya diniatkan untuk berbagi. Ya, sekemampuan kita. Sebab, adakalanya untuk menjelaskan sesuatu kita butuh detail dan pemaparan fakta. Dan, itu tentunya harus dituliskan. Bukan dikatakan. Bahkan bila perlu dilukiskan dengan rangkaian kata yang indah untuk menjelaskan suatu definisi atau makna sesederhana mungkin sehingga orang mudah memahami. Tulisan pun akan lebih awet dan bisa dipindah-pindah dengan mudah, dicetak dan disebar sebanyak mungkin melalui berbagai media penyampai pesan. Di era digital seperti saat ini, tulisan bisa diproduksi dengan massal, bertebaran di internet, di surat kabar, di majalah dan ribuan buku. Jutaan para penulis lahir dari generasi ke generasi, berbilang tahun dan abad. Subhanallah, hadis-hadis Rasulullah saw. sampai kepada kita. Kita bisa membacanya melalui riwayat yang disampaikan berabad-abad lamanya. Dibacakan, ditulis, dibacakan lagi, ditulis lagi. Begitu seterusnya. Kita, generasi mutaakhirin, tetap harus merasa bangga, karena ilmu banyak hadir. Karya Imam Bukhari masih bisa kita baca. Padahal, penulisnya sudah ratusan tahun lalu meninggalkan dunia ini. Menulis, memiliki kekuatan tersendiri untuk berbagi ilmu pengetahuan dan mendukung dakwah. dengan harapan seperti itu juga saya terus bersemangat untuk menulis , walau masih berantakan tata bahasanya, tapi nggak mengurangi niatan saya untuk belajar dan berkarya , walau cuma tulisan sederhana.
Ane insya Allah merasa yakin bahwa motivasi menulis para ulama adalah menggapai pahala. Para ulama terdahulu senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Swt. sebelum menulis karya-karya mereka. Dalam beberapa kisah bahkan para ulama itu menulis dalam keadaan bersuci. Banyak di antara mereka yang melakukan shalat sunnah terlebih dahulu untuk menuliskan ilmunya. Subhanallah, pantas saja ilmu mereka barokah , berbanding terbalik seperti saya (jangankan bersuci ,kadang cici muka aja ogah). Pantaslah karya mereka bermanfaat dan mencerahkan pembacanya hingga kini. Kita wajib iri (baca: termotivasi ) dengan karya-karya para ulama terdahulu. Apakah yang akan hendak kita wariskan bagi kaum muslimin saat kita sudah tak ada dunia ini lagi kelak , apalagi ane sendiri , bisa jadi sedetik setelah ane posting tulisan ini ane di jemput Izrail juga ane nggak bakal tau kan? Apakah yang akan hendak kita titipkan untuk anak-cucu kita jika kita tak mencoba untuk meninggalkan sebuah saja karya tulis kita yang bisa dibaca dan menginspirasi banyak manusia untuk mengenal Islam terlebih-lebih untuk keluarga kita sendiri ? Siapa tahu, yang satu tulisan itu pahalanya terus mengalir sebagai bagian dari amal jariyah kita untuk kemaslahatan umat..amiin. Apalagi, jika kita berhasil menuliskannya dalam sebuah buku, belasan, puluhan atau bahkan ratusan buku yang bermanfaat. Subhanallah, pasti bahagianya kita karena telah berbagi dengan sesama. Semoga kita bisa meneladani para ulama yang berkarya lewat tulisan dan kitab-kitab mereka dahulu.
Sobat muslimska, satu hal yang mungkin perlu menjadi perhatian kita adalah soal NIAT. Jika kita menulis diniatkan untuk semata mencari popularitas dan decak kagum pembaca, tolong diluruskanlah niat itu lagi. Jika kita menulis diniatkan untuk semata mencari harta, sepertinya perlu dipoles lagi keikhlasan kita. Yakinlah sobat, ketenaran dan memiliki materi itu adalah efek samping saja dari kegiatan kita menulis. Allah Swt. sudah memberikan rezeki bagi makhlukNya sesuai keputusanNya, kok. nggak usah pusing. Karena kita hanya diminta untuk mencarinya, yang kadang itu pun datangnya bukan dari pekerjaan yang kita geluti. Dan, perlu dicetak tebal dalam ingatan kita bahwa rezeki tak selalu berarti materi. Kesehatan, ilmu, banyaknya teman, keluarga, waktu luang, bisa berdakwah, dan lain sebagianya yang bermanfaat bagi kita, adalah bagian dari rezeki juga. Insya Allah. Hal itu juga adalah nikmat yang bisa kita rasakan sebagai bagian dari rejeki.
Dengan demikian, “mengapa ane menulis?” Ya, utama tentunya untuk beribadah, berdakwah, berjuang, dan berbagi dengan sesama , walau baru bisa lewat tulisan sederhana. Bagi ane, menulis adalah perjuangan. So, Teruslah menulis jika ingin tetap berjuang. Tetap semangat dan jangan berhenti menulis. Teruslah menulis, meskipun menulis di blog itu nggak segemerlap ustadz selebritis. Baik dari ketenaran, apalagi penghasilan. Seperti Kata sobat ane, “Kita-kita ini insya Allah kuat pendapatnya (termasuk dalam menulis), yang nggak kuat adalah pendapatannya”. Tetapi, tetaplah tegar di jalan dakwah. Dan, tetaplah menulis menjadi bagian dari keterampilan yang harus kita miliki untuk membantu dakwah dan waris mewariskan ilmu dari Allah untuk keberkahan dalam beragama ,Insya Allah..
So,,Salam Muslimska mari kita perjuangkan terus agama dan ideologi Islam kita di zaman gempuran media barat sekarang..mereka punya senjata..kitapun harus punya senjata untuk bertahan , jangan hanya seperti katak dalam tempurung, yuk mari banggakan agamamu dengan cara tambah & bagi ilmumu untuk generasi ke generasi berikutnya. Wallahua'lam..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar