Sebagian besar orang termasuk -saya- sedari mungkin dulu pernah dihantui perasaan bimbang serta absurt akan keberadaan Tuhan dan Akherat. Apakah benar-benar ada atau cuma omong kosong belaka? (No Name,mantan atheis).
Manusia terlahir, hidup dewasa, menikah, dan akhirnya mati. Inilah rantai siklus kehidupan manusia. Tapi benarkah cuma sebatas itu? atau masih ada lagi perihal berikutnya?.
Dan menurut agama yang ane anut (Islam), manusia yang beriman akan dimasukan ke surga, dan bila kafir pasti dimasukan ke neraka.
Sebenarnya kenapa Allah menciptakan kita jika nanti hanya untuk disiksa?
Bagaimana kalau akherat itu ternyata gak ada? Dan bagaimana kalau ternyata sebaliknya ada? Hmm, sakit sob kepala memikirkannya…
Sebenarnya kenapa Allah menciptakan kita jika nanti hanya untuk disiksa?
Bagaimana kalau akherat itu ternyata gak ada? Dan bagaimana kalau ternyata sebaliknya ada? Hmm, sakit sob kepala memikirkannya…
Ternyata meraih keimanan sejati tidak semudah ucapan, terlalu banyak godaan dan rintangan. Gemerlap dunia sudah menjadi 'berhala' sejati dan membuat lupa diri.
Sedari kecil kita hanya ‘ikut-ikutan’ Islam karena faktor orang tua, keluarga dan teman dan lingkungan. Sehingga timbul kebosanan/keengganan dan Rasa malas dan tidak mau mempelajari arti Islam sebenarnya. Mungkin pada saat ini hampir semuanya juga begitu yang ber label Islam eKTP binti turunan bukan pencarian, coba raba aja masing-masing hati kalian sekarang sambil resapi kalimat berikut, bener apa nggak..??!!
Pagi beriman, siang bermaksiatan, sore istighfar eh..malam lakok kembal iingkar, begitu seterusnya....
Sedari kecil kita hanya ‘ikut-ikutan’ Islam karena faktor orang tua, keluarga dan teman dan lingkungan. Sehingga timbul kebosanan/keengganan dan Rasa malas dan tidak mau mempelajari arti Islam sebenarnya. Mungkin pada saat ini hampir semuanya juga begitu yang ber label Islam eKTP binti turunan bukan pencarian, coba raba aja masing-masing hati kalian sekarang sambil resapi kalimat berikut, bener apa nggak..??!!
Pagi beriman, siang bermaksiatan, sore istighfar eh..malam lakok kembal iingkar, begitu seterusnya....
Alhamdulillah kini Engkau menunjukkan aku jalan yang benar2 lurus.
Allah ‘masih mau’ membuka mata hati ini lewat hidayahNya.Ampuni aku ya Allah yang pernah meragukanMu.Bimbing aku ya Allah agar tak kembali sesat.Aku ingin mati dalam agamaMu, dan aku takut akan nerakaMu.Kini aku yakin dan semakin ingin mengenal agama ini hingga akhir hayat.Aku percaya bahwa setiap manusia yang pernah dengan tulus mengucapkan kalimat syahadad, DIJAMIN masuk surga olehNya.Masalahnya, mampir dulu nggak kita ke neraka? Apa cukup dengan syahadad saja? Apa benar dengan modal Islam eKTP saja kita dapat kaplingan tanah disurga?
********
Guys, jujur ane prihatin banget dengan kondisi remaja muslim saat ini. Sumpah! Kok ada ya remaja yang masih merasa minder jadi muslim? Kebangetan deh jaman yang hampir kiamat gini masih beredar remaja yang nggak pede alias nggak percaya diri jadi seorang muslim. Padahal, identitas kemusliman kita bakalan jadi ukuran. Apalagi di tengah arus deras informasi dan perang opini yang kerap bikin kita ‘pusing-mual-mencret’ kalo dapet sebutan muslim radikal atau fundamentalis. Cuma orang yang rasa percaya dirinya tinggi dan keimanannya mantap aja yang bakalan tahan bantingan. Insya Allah.
Guys, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya, biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba. So, jadi muslim kudu pede sob!
Yup, rasa percaya diri emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita. Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Kita rawat dengan terus mengasah kemampuan yang kita miliki. Kita bersihkan segala yang kita anggap menghalangi semangat hidup kita. Kita pun rajin mengobati dan ‘membunuh’ rasa malas yang bersemayam di hati kita agar berubah jadi energi positif yang akan menggerakkan turbin di hati untuk terus memproduksi ketekunan dan kekuatan untuk hidup. Jangan lupa, kita juga menyirami relung hati dan akal kita dengan asupan ‘gizi’ tentang keyakinan akan masa depan. Terus disirami agar senantiasa tumbuh subur. Sehingga kita berani bilang, “Jangan pernah menatap masa depan dengan mata penuh ketakutan”. Bisa kan?
Insya Allah, semua itu akan membuat kita tak pernah merasa terbebani. Kita akan menatap masa depan dengan penuh semangat dan tentunya tak mudah goyah dengan berbagai godaan en rayuan. Mulai dari rayuan pulau kelapa ampe rayuan gombal sekali pun. Nggak mudah percaya ama rayuan yang bakal melunturkan idealisme dan rasa percaya diri kita.
Guys, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya, biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba. So, jadi muslim kudu pede sob!
Yup, rasa percaya diri emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita. Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Kita rawat dengan terus mengasah kemampuan yang kita miliki. Kita bersihkan segala yang kita anggap menghalangi semangat hidup kita. Kita pun rajin mengobati dan ‘membunuh’ rasa malas yang bersemayam di hati kita agar berubah jadi energi positif yang akan menggerakkan turbin di hati untuk terus memproduksi ketekunan dan kekuatan untuk hidup. Jangan lupa, kita juga menyirami relung hati dan akal kita dengan asupan ‘gizi’ tentang keyakinan akan masa depan. Terus disirami agar senantiasa tumbuh subur. Sehingga kita berani bilang, “Jangan pernah menatap masa depan dengan mata penuh ketakutan”. Bisa kan?
Insya Allah, semua itu akan membuat kita tak pernah merasa terbebani. Kita akan menatap masa depan dengan penuh semangat dan tentunya tak mudah goyah dengan berbagai godaan en rayuan. Mulai dari rayuan pulau kelapa ampe rayuan gombal sekali pun. Nggak mudah percaya ama rayuan yang bakal melunturkan idealisme dan rasa percaya diri kita.
Ngakunya sih muslim, tapi kok suka berantem dengan sesame muslim yang lain. Sudah begitu, malah hobi membela orang non muslim yang zhalim? Di eKTP-nya atau kartu pelajarnya tertulis “Islam” tapi tak pernah terlihat menjalankan shalat 5 waktu. Akhlaknya buruk, ogah melakukan perbuatan kebaikan dan doyan melakukan perbuatan maksiat dari A sampai Z, dari yang kecil hingga besar. Tak ada syiar Islam yang terlihat darinya sama sekali
Sholat, Emang wajib ya?
Banyak umat Islam yang masih menganggap ‘remeh‘ ibadah sholat. Ada yang sekedar sholat (tanpa ilmu), ada yang rajin sholat biar mendapat pujian dari calon mertua, dari temen biar dikata alim dll. tapi ada juga yang masih malas-malasan.
Waktu Isya' sholat tapi Subuh lewat. Waktu Dzuhur internetan, Ashar kecapean, plus Maghrib kebablasan. Seribu alasan terucap bila seseorang mengajaknya untuk sholat. Dipikirnya sholat itu tidaklah penting, nanti-nanti juga bisa dikerjakan, masih banyak waktu, menunggu hidayah, dll. Kalau sudah tua baru deh tobat. Sekarang menikmati hidup dulu, kapan lagi mau senang-senang? Astaghfirullah!! (kok jek onok umat seng koyok ngene yo - yo...).
Hidayah bukan dinanti tapi dicari. Sholat itu adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah SWT di Akhirat kelak. Muslim yang sholat saja belum tentu masuk surga, apalagi yang tidak pernah sholat. Dan siapakah yang berani menjamin seorang manusia mengetahui kapan ajal akan menjemputnya? Wallahu ‘Alam.
Padahal nanti tujuan hidup di Akhirat bukanlah sekedar masuk Surga-Nya Allah, tapi juga agar bisa bertemu langsung dengan Dia. Apakah kita yang mengaku muslim tidak ingin melihat wujud Sang Pencipta secara 'live'?
Sholat sebenarnya tidak susah, tapi menjaga sholat itulah yang lebih susah. Apalagi memahami makna setiap gerakan dan bacaan sholat, jauh lebih susah.
Sholat sebenarnya tidak susah, tapi menjaga sholat itulah yang lebih susah. Apalagi memahami makna setiap gerakan dan bacaan sholat, jauh lebih susah.
Kalau masih malas ya cobalah secara bertahap. Dulu mungkin sholatnya cuma setahun sekali waktu Idul Fitri, terus sekarang ditingkatkan menjadi sholat seminggu sekali (Jum’atan), lalu naik level lagi menjadi sholat 5 fardhu, akhirnya jadi tambah senang menambah sholat dengan yang sunnah.
Tidak usah berlebihan dan muluk2, cukup dimulai dari diri sendiri dan keluarga.Sekali2 mengingatkan pada kerabat dan kawan dekat. Terutama bila kita mempunyai anak/adik/ponakan yang berusia 6-7 tahunan. Sudah sepatutnya sebagai orang tua/kakak bersegeralah mendidik anak/adiknya agar terbiasa untuk sholat. Di saat masih kecil itulah pandidikan agama wajib di nomor satukan.
“Ah, biarin aja. Puas-puasiin dulu anak bermain, nanti saja kalau dia sudah besar…”
Orang tua mana yang ingin punya anak durhaka? Semua yang waras pasti ingin anak yang soleh dan bisa mendo’akan bapak ibunya di saat wafat. Lalu bagaimana mau dido’akan kalau anaknya saja gak ngerti tentang agamanya?, bener nggak sob ??.
Jangan merasa bangga dan pamer pada tetangga jika anak kita pintar berbahasa Inggris, jago main musik, mengerti komputer, dan terampil berkarya. Semua tidak ada artinya di mata Allah. Tapi sekali lagi postingan ini bukan bermaksud untuk menyepelekan ilmu dunia, bukan itu.. Kita hanya bisa (WAJIB) saling mengingatkan sebagai sesama muslim, karena begitu banyak di antara kita yang mungkin terlalu cinta dunia lupa Akhirat.
“Sedekat-dekatnya seseorang kepada Allah, adalah pada saat ia sujud. Dan karena itu perbanyaklah berdo’a ketika itu”. (HR Muslim, Abu Dawud, dan Al-Nasa’i, melalui Abu Hurairah)
Apakah Dia mau memperhatikan masalah kehidupan kalau kita semua masih malas berdo’a, apalagi untuk bersujud kepada-Nya? Siapa lagi sekarang orang Islam yang berani mengatakan kalau sholat itu tidak penting?
Salah paham tentang Islam
Faktor pertama yang memicu salah paham tentang Islam adalah karena kaum muslimin salah dalam mengambil jalan hidup. Wah, ini sih pastinya bukan cuma salah paham, tapi yang jelas udah salah jalan, karena salah mengambil sumber informasinya. Kayak orang mau bepergian ke suatu tempat, tapi peta jalannya salah. Ya, nggak nyampe tujuan. Bukan saja nggak nyampe, tapi tersesat. Tul nggak?,
Beberapa bukti atas fakta ini adalah, banyaknya kaum muslimin yang memperjuangkan feminisme, demokrasi, sekularisme, kapitalisme, bahkan sosialisme dengan menganggap bahwa paham-paham tersebut lebih relevan untuk saat ini. Waduh, celaka banget tuh. Sebab, sejatinya ide-ide itu bertentangan dengan Islam dan bahkan menentang Islam. Ide yang berbahaya. Akibatnya dalam tataran praktik, nggak sedikit kaum muslimin yang bangga menyandang istilah “Kiri” (baca: kaum sosialis) hingga akhirnya mereka berjuang di masyarakat dengan cara-cara seperti yang dilakukan kaum sosialis (misalnya unjuk rasa anarkis dan menggunakan kekerasan fisik), ideologinya pun ya sosialisme-komunisme. Padahal dirinya muslim, lho. Tulatit abis!
Oya, nggak sedikit pula dari kaum muslimin yang merasa sudah menjadi manusia seutuhnya ketika memperjuangkan demokrasi. Maka, seks bebas tumbuh subur, pergaulan bebas antara laki dan perempuan jadi tradisi, pengingakaran terhadap agama juga marak. Menyedihkan sekali bukan? Inilah buah dari salah mengambil informasi jalan hidup, karena menganggap Islam tak mampu menyelesaikan kehidupan hingga akhirnya memilih kapitalisme dan juga sosialisme. Hmm.. kasihan banget!
Sobat muslimska, untuk faktor kedua yang memungkinkan munculnya salah paham terhadap Islam adalah kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Setengah-setengah, gitu lho. Kasarnya sih, apa saja dari Islam yang menurutnya baik dan menyenangkan diambil, sementara yang bikin ribet bagi dirinya ditinggalin jauh-jauh. Ini namanya pilah-pilih sesuka nafsunya. Bukan atas pertimbangan akidah dan syariat Islam. Superkacau banget kan pemahamannya?
Shalat akan dilaksanakan kalo dengan shalat ia merasa tentram dan tenang. Jadi bukan atas pertimbangan hukum syara dan ketataan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan shalat, tapi karena shalat membuat dia tenang. Itu sebabnya, ia akan mengambil ajaran Islam tentang shalat. Tapi jika menurut hawa nafsunya ajaran shalat itu bisa mengganggu aktivitasnya berbisnis, maka ia akan tinggalkan shalat. Karena menganggap waktu shalat itu mengganggu urusan penting yang dia kerjakan. Daripada memilih menghentikan sementara kepentingan bisnisnya untuk shalat, ia malah memilih kepentingan bisnis dan meninggalkan shalat. Itu namanya gegabah wal bahaya!
Itu sebabnya, setengah-setengah dalam mempelajari Islam berdampak tidak utuhnya pemahaman tentang Islam. Tanggung, gitu lho. Bukan tak mungkin pula jika akhirnya marak bermunculannya para pelaku malpraktik dalam ajaran Islam. Hukum yang wajib dilakukan malah ditinggalkan, tapi yang sunah dikerjakan seolah menjadi kewajiban. Contohnya, banyak para wanita yang getol shalat sunnah tahajjud, tapi kalo keluar rumah rambutnya dibiarkan bebas tanpa ditutupi kerudung dan bagian tubuhnya dengan sukses dilihat orang lain karena tak menutup aurat dengan sempurna (berjilbab). Inilah yang disebut malpraktik alias salah prosedur dalam menjalankan syariat Islam, Bro. Piye iki? Harusnya kan yang wajib dilakukan, yang sunnah juga dikerjakan semampunya.
Nah, mengenai faktor ketiga yang sangat mungkin memicu terjadinya salah paham terhadap Islam adalah banyaknya cendekiawan muslim yang menyampaikan Islam dengan pemahaman yang keliru. Islam yang disampaikan itu sudah dimodifikasi terlebih dahulu, sesuai selera dan keinginan mereka yang dipesankan dari musuh-musuh Islam. Mungkin saja orang yang dianggap sebagai cendekiawan muslim yang menyebarkan pemahaman Islam yang keliru ini nggak nyadar kalo dirinya diperalat oleh musuh-musuh Islam, atau bisa saja mereka tahu bahwa yang disampaikannya itu keliru tapi karena demi jabatan atau harta berlimpah yang dijanjikan kalangan tertentu yang membenci Islam, akhirnya ya mereka lakukan juga tugas salahnya tersebut. Parah!
Sobat, bagi cendekiawan yang nggak nyadar kalo mereka udah menyampaikan Islam secara keliru, karena ia mempelajari Islam dari sumber yang salah. Ada semacam penyusup yang seolah-olah tahu dan paham Islam, tapi karena dianggap ulama atau cendekiawan akhirnya omongannya didengar meskipun sebenarnya menebarkan racun. Contohya, paham pluralisme agama. Menganggap bahwa semua agama benar dan nggak boleh ada agama yang mengklaim kebenaran agamanya. Lha, aneh banget kan?
So, jangan tuduhkan kesalahan kepada Islam, jika banyak kaum muslimin yang hidupnya setengah Islam dan setengah kufur. Itu karena dirinya telah mengambil ajaran Islam semata yang dia suka sembari mengambil jalan hidup lain untuk yang membuat dia juga merasa nyaman. Pilih-pilih sesuka selera hawa nafsunya. Ini bunglon namanya. Padahal, kalo beriman kepada Allah Swt. ya harus jelas dan sepenuhnya. Nggak boleh nyari aman. Allah Swt. udah ngingetin manusia dalam firmanNya (yang artinya):Sobat muslimska, ada lagi penyakit yang menerpa kaum muslimin saat ini, yakni salah paham terhadap ajaran Islam. Intinya, Islam nggak dipahami dengan benar dan baik oleh kaum muslimin. Mengapa ini bisa terjadi? Setidaknya ada tiga faktor. Pertama, kaum muslimin salah mengambil jalan hidup. Bukan Islam yang diambil, tapi ideologi selain Islam. Mereka menganggap bahwa Islam tak bisa menjadi alat perjuangan, sehingga tak perlu dilibatkan mengatur kehidupan. Kedua, kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Ketiga, adanya upaya sistematis mengaburkan pemahaman Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum muslimin hasil didikan musuh-musuh Islam. Halah, lengkap sudah penderitaan kaum muslimin saat ini, Bro.
Beberapa bukti atas fakta ini adalah, banyaknya kaum muslimin yang memperjuangkan feminisme, demokrasi, sekularisme, kapitalisme, bahkan sosialisme dengan menganggap bahwa paham-paham tersebut lebih relevan untuk saat ini. Waduh, celaka banget tuh. Sebab, sejatinya ide-ide itu bertentangan dengan Islam dan bahkan menentang Islam. Ide yang berbahaya. Akibatnya dalam tataran praktik, nggak sedikit kaum muslimin yang bangga menyandang istilah “Kiri” (baca: kaum sosialis) hingga akhirnya mereka berjuang di masyarakat dengan cara-cara seperti yang dilakukan kaum sosialis (misalnya unjuk rasa anarkis dan menggunakan kekerasan fisik), ideologinya pun ya sosialisme-komunisme. Padahal dirinya muslim, lho. Tulatit abis!
Oya, nggak sedikit pula dari kaum muslimin yang merasa sudah menjadi manusia seutuhnya ketika memperjuangkan demokrasi. Maka, seks bebas tumbuh subur, pergaulan bebas antara laki dan perempuan jadi tradisi, pengingakaran terhadap agama juga marak. Menyedihkan sekali bukan? Inilah buah dari salah mengambil informasi jalan hidup, karena menganggap Islam tak mampu menyelesaikan kehidupan hingga akhirnya memilih kapitalisme dan juga sosialisme. Hmm.. kasihan banget!
Sobat muslimska, untuk faktor kedua yang memungkinkan munculnya salah paham terhadap Islam adalah kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Setengah-setengah, gitu lho. Kasarnya sih, apa saja dari Islam yang menurutnya baik dan menyenangkan diambil, sementara yang bikin ribet bagi dirinya ditinggalin jauh-jauh. Ini namanya pilah-pilih sesuka nafsunya. Bukan atas pertimbangan akidah dan syariat Islam. Superkacau banget kan pemahamannya?
Shalat akan dilaksanakan kalo dengan shalat ia merasa tentram dan tenang. Jadi bukan atas pertimbangan hukum syara dan ketataan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan shalat, tapi karena shalat membuat dia tenang. Itu sebabnya, ia akan mengambil ajaran Islam tentang shalat. Tapi jika menurut hawa nafsunya ajaran shalat itu bisa mengganggu aktivitasnya berbisnis, maka ia akan tinggalkan shalat. Karena menganggap waktu shalat itu mengganggu urusan penting yang dia kerjakan. Daripada memilih menghentikan sementara kepentingan bisnisnya untuk shalat, ia malah memilih kepentingan bisnis dan meninggalkan shalat. Itu namanya gegabah wal bahaya!
Itu sebabnya, setengah-setengah dalam mempelajari Islam berdampak tidak utuhnya pemahaman tentang Islam. Tanggung, gitu lho. Bukan tak mungkin pula jika akhirnya marak bermunculannya para pelaku malpraktik dalam ajaran Islam. Hukum yang wajib dilakukan malah ditinggalkan, tapi yang sunah dikerjakan seolah menjadi kewajiban. Contohnya, banyak para wanita yang getol shalat sunnah tahajjud, tapi kalo keluar rumah rambutnya dibiarkan bebas tanpa ditutupi kerudung dan bagian tubuhnya dengan sukses dilihat orang lain karena tak menutup aurat dengan sempurna (berjilbab). Inilah yang disebut malpraktik alias salah prosedur dalam menjalankan syariat Islam, Bro. Piye iki? Harusnya kan yang wajib dilakukan, yang sunnah juga dikerjakan semampunya.
Nah, mengenai faktor ketiga yang sangat mungkin memicu terjadinya salah paham terhadap Islam adalah banyaknya cendekiawan muslim yang menyampaikan Islam dengan pemahaman yang keliru. Islam yang disampaikan itu sudah dimodifikasi terlebih dahulu, sesuai selera dan keinginan mereka yang dipesankan dari musuh-musuh Islam. Mungkin saja orang yang dianggap sebagai cendekiawan muslim yang menyebarkan pemahaman Islam yang keliru ini nggak nyadar kalo dirinya diperalat oleh musuh-musuh Islam, atau bisa saja mereka tahu bahwa yang disampaikannya itu keliru tapi karena demi jabatan atau harta berlimpah yang dijanjikan kalangan tertentu yang membenci Islam, akhirnya ya mereka lakukan juga tugas salahnya tersebut. Parah!
Sobat, bagi cendekiawan yang nggak nyadar kalo mereka udah menyampaikan Islam secara keliru, karena ia mempelajari Islam dari sumber yang salah. Ada semacam penyusup yang seolah-olah tahu dan paham Islam, tapi karena dianggap ulama atau cendekiawan akhirnya omongannya didengar meskipun sebenarnya menebarkan racun. Contohya, paham pluralisme agama. Menganggap bahwa semua agama benar dan nggak boleh ada agama yang mengklaim kebenaran agamanya. Lha, aneh banget kan?
So, jangan tuduhkan kesalahan kepada Islam, jika banyak kaum muslimin yang hidupnya setengah Islam dan setengah kufur. Itu karena dirinya telah mengambil ajaran Islam semata yang dia suka sembari mengambil jalan hidup lain untuk yang membuat dia juga merasa nyaman. Pilih-pilih sesuka selera hawa nafsunya. Ini bunglon namanya. Padahal, kalo beriman kepada Allah Swt. ya harus jelas dan sepenuhnya. Nggak boleh nyari aman. Allah Swt. udah ngingetin manusia dalam firmanNya (yang artinya):Sobat muslimska, ada lagi penyakit yang menerpa kaum muslimin saat ini, yakni salah paham terhadap ajaran Islam. Intinya, Islam nggak dipahami dengan benar dan baik oleh kaum muslimin. Mengapa ini bisa terjadi? Setidaknya ada tiga faktor. Pertama, kaum muslimin salah mengambil jalan hidup. Bukan Islam yang diambil, tapi ideologi selain Islam. Mereka menganggap bahwa Islam tak bisa menjadi alat perjuangan, sehingga tak perlu dilibatkan mengatur kehidupan. Kedua, kaum muslimin tidak utuh mempelajari Islam. Ketiga, adanya upaya sistematis mengaburkan pemahaman Islam yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam melalui tokoh-tokoh yang berasal dari kaum muslimin hasil didikan musuh-musuh Islam. Halah, lengkap sudah penderitaan kaum muslimin saat ini, Bro.
Kalau cuma di kartu pengenal yang tertulis ‘Islam’ pasti sangat sulit dideteksi seorang itu muslim atau bukan dari luarnya. Apa kita harus menanyakan eKTP, KTM atau kartu pelajar untuk mengetahui seseorang itu muslim atau bukan? Alangkah Repotnya…Sayangnya, fenomena seperti inilah yang kita dapati di hari ini. Betapa sulitnya kita membedakan antara muslim dan non muslim. Saudara kita yang muslim banyak yang tak menunjukkan identitas muslimnya secara blak-blakkan. Entah karena merasa minder dengan kemuslimannya, atau ketidakpahaman dengan Islam –dan ini yang terbanyak-. Bahkan ada juga yang ogah memperlihatkan identitas keislamannya karena benci terhadap ajaran, naudzubillah min dzalik. Kalau yang terakhir ini bisa jadi disebabkan orang tadi telah teracuni pemikiran anti islam, salah paham tentang ajaran Islam, atau terkalahkan oleh belitan hawa nafsu.
”Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (menjadi kafir kembali). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj : 11)
Jadi, kalo diri kita udah menjadi muslim, berarti sepenuhnya kita sadar akan peran kita yang sesungguhnya, yakni bukan hanya sekadar melaksanakan ajaran Islam karena kita muslim, tapi juga menjadi penjaga ajaran Islam dan bahkan menjadi pembela dan pejuang Islam. Itu lebih mantap deh! Sumpah! (ya, daripada Islam eKTP gitu lho!). Ih, malu dong, kalo diri kita cuma dianggap beragama Islam yang dituliskan di eKTP, tetapi jauh dari ajaran Islam. Jangan sampe deh Islam kita cuma nyangkut di eKTP doang.
Oya, jangan juga menyalahkan Islam kalo kita hanya mampu menjadi Muslim yang “apa adanya”. Itu kesalahan kita karena nggak mau belajar Islam. Padahal, kita wajib bangga menjadi muslim, karena Islam yang kita peluk adalah agama yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Itu sebabnya, yang kita amalkan dan praktikkan BUKAN cuma 'pasal' Islam eKTP.
Jadi, kalo diri kita udah menjadi muslim, berarti sepenuhnya kita sadar akan peran kita yang sesungguhnya, yakni bukan hanya sekadar melaksanakan ajaran Islam karena kita muslim, tapi juga menjadi penjaga ajaran Islam dan bahkan menjadi pembela dan pejuang Islam. Itu lebih mantap deh! Sumpah! (ya, daripada Islam eKTP gitu lho!). Ih, malu dong, kalo diri kita cuma dianggap beragama Islam yang dituliskan di eKTP, tetapi jauh dari ajaran Islam. Jangan sampe deh Islam kita cuma nyangkut di eKTP doang.
Oya, jangan juga menyalahkan Islam kalo kita hanya mampu menjadi Muslim yang “apa adanya”. Itu kesalahan kita karena nggak mau belajar Islam. Padahal, kita wajib bangga menjadi muslim, karena Islam yang kita peluk adalah agama yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Itu sebabnya, yang kita amalkan dan praktikkan BUKAN cuma 'pasal' Islam eKTP.
Wallahua'lam..
Komentar [area]:
0 Comment [area]:
Posting Komentar