Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
About me Facebook Page Facebook Grup
Eramuslim Hidayatullah Arrahmah Voa Islam Underground Tauhid Khilafah.com Jihadwatch.org Islamcity.com
Jurnal Haji MakkahTv live Wisata Haji Media Haji Spirit Haji
Digital Haji Streaming Software Alharam-Nabawi Ceramah kristolog Ceramah Yahya waloni Purgatory: Beauty Lies Beneath Hiphop Native Deen Dialog Muallaf-Murtad Kajian Islam-kumpulan hadits qudsi DOWNLOAD GRATIS EBOOK ALQUR'AN DAN KITAB-KITAB PENGARANG TERKENAL FREE DOWNLOAD EBOOK KRISTOLOGI
Fakta [area] Kisah [area] Kritisi [area] Motivasi [area] Mukhasabah [area] Muslimska [area] Sejarah [area] Puisi [area] Samara [area]
12.3.12 | Senin, Maret 12, 2012 | 0 Comments

INDAHNYA 1st NITE


   Suatu ketika, Yani diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi wilayah pemakaman umum kaum muslimin di kota metropolitan, Jakarta. Mereka berputar sejenak dan kemudian mendapatkan makam yang dicari. Mereka duduk di depan seonggok nisan, “Hj. Muthia binti Muhammad, Lahir : 19 Januari 1915, Meninggal : 20 Januari 1965.”
Ayah Yani berkata, “Nak, ini adalah kuburan nenekmu, mari kita berdoa untuk kebaikan nenekmu.” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya menengadah ke atas dan memejamkan matanya seperti halnya ayahnya. Ia mendengarkan doa ayahnya untuk neneknya.
Selesai berdoa, Yani bertanya, “Yah, nenek waktu meninggal berumur 50 tahun ya Yah ?” Ayahnya mengangguk sambil tersenyum sembari memandang pusara ibunya, Hj. Muthia.
“Hm, berarti nenek sudah meninggal 44 tahun yang lalu ya, Yah ?” kata Yani berlagak dengan menghitung dengan jarinya, “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 44 tahun…”jawab ayahnya
Yani memutar otaknya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana, di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut, “Muhammad Zaini, Lahir : 19 Februari 1804, Meninggal : 30 Januari 1910.”
“Hmm, kalau begitu, yang itu sudah meninggal 109 tahun yang lalu ya Yah ?” jarinya menunjuk nisan di di samping kuburan neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk, tangannya terangkat mengelus kepala anaknya satu-satunya sembari menatap teduh mata anaknya dan berkata, “Memangnya kenapa nak ?”
“Hmm, ayah semalam bilang bahwa kalau kita mati, lalu dikubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa. Dan ditempatkan pada parit dari parit-parit neraka. Begitu sebaliknya, kalau amal shalih kita banyak, kita akan mendapatkan kenikmatan dan tinggal di sebuah taman dari taman-taman jannah.  Iya kan Yah ?” Yani meminta persetujuan ayahnya.
Ayahnya tersenyum dan bertanya, “Lalu ?” “Ya…kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa selama 44 tahun dong yah di kubur ? tetapi kalo nenek banyak amal shalihnya berarti sudah 44 tahun pula berada di taman dari taman-taman jannah….ya nggak Yah ?” mata Yani berbinar karena bisa mengemukakan pendapatnya kepada ayahnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas keningnya Nampak berkerut, tampaknya cemas, “Iya nak, kamu memang pintar.” Kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah. Setelah pulang, di atas sajadahnya, ayahnya merenungi perkataan anaknya. Lalu ia menunduk dan meneteskan air mata, kalau ia yang meninggal, lalu banyak dosanya, lalu kiamat masih 100 tahun lagi, masih 200 tahun lagi atau mungkin masih 300 tahun lagi ? sanggupkah ia selama itu menanggung derita di dalam kubur. Bukankah setelah bangkit dari kubur, siksa yang lebih dahsyat sudah menanti. Ayah yani tertunduk dan berdoa berulang-ulang, “Allahumma inni as’alukal ‘Afiyah fid dunya wal akhiroh.” Ya Allah, aku memohon kepada-Mu  keselamatan dan kebaikan, di dunia dan akherat.
Setelah membacakan sedikit kisah diatas, apa yang terlintas di benak saudara pembaca muslimska..coba pejamkan bayangkan dengan kedalam hati lantas ungkapkan isi otak saudara pembaca semua lewat gambar..dan temukan jawabannya di situ..
“Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….sekarang bayangkanlah kalau seandainya pada malam hari ini kita lah yang meningal dunia. Menjadi mayit. Berada di alam kubur yang demikian pekat, gelap dan mengerikan. Tidak ada yang berani menemani kita, walau ia adalah orang yang terdekat sekalipun. Sendiri dan sepi.
Saudara-saudaraku muslimska…apakah kita lupa atau pura-pura lupa dengan kenyataan yang akan kita temui nanti, yaitu kematian. Siapakah yang bisa memastikan bahwa kita akan hidup berumur panjang, tanpa ada malaikat pencabut nyawa datang Padahal bisa jadi setelah malam ini, kita tidak bertemu dengan waktu pagi, atau sebaliknya. mungkin juga kita tidak bertemu lagi dengan ibu bapak  kita, , tidak bertemu dengan kerabat-kerabat kita dan tidak bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang kita cinta , istri dan anak2 kita.
muslimska  fillah….


suatu ketika khalifah Harun Ar-Rasyid pergi berburu. Kemudian beliau bertemu dengan buhlul. Khalifah berkata, “Wahai Buhlul, berilah aku nasehat.”
Buhlul bertanya“Wahai Harun, di manakah kubur ayah, kakek dan nenek moyangmu ?.”
“Di sana.” Jawab Harun singkat.
Buhlul bertanya “Lantas, di manakah istanamu ?”
“Di sana.” Jawab Harun.
Buhlul berkata, “Wahai Harun, engkau mengatakan kuburan ayah, kakek dan nenek moyangmu berada di sana sedang istanamu berada di sana. Tidakkah anda tahu, anda akan meninggalkan istana itu dan berpindah menuju kubur yang gelap gulita dan sendirian tanpa anak, istri dan harta yang selama ini kamu kumpulkan ? kamu akan berpindah dari istanamu yang menjulang tinggi nan megah menuju kuburan yang sempit.”
Kemudian Harun menangis dan menderita sakit. Hingga ketika sudah merasa ajalnya dekat, Harun mengumpulkan anak, istri dan para pengawal serta tentara istana sembari berkata, “Wahai Dzat yang tidak akan kehilangan kekuasaannya, kasihilah orang yang akan kehilangan kekuasaannya ini.” Lalu Harun meninggal dunia.
Ikhwani fillah…apakah kita mengira bahwa umur kita masih panjang dan menyangsikan datangnya malaikat maut yang siap menjemput kita. Tamu yang datang tanpa diundang. Bila waktunya tiba, ia akan melaksanakan titah Tuhannya, Allah Ta’ala tanpa memajukan dan tanpa memundurkan barang satu detikpun.
Maka, bayangkanlah seolah-olah kita sedang berada di kuburan dan merenungi nasib apa yang akan antum dapatkan di sana. Berada di salah satu taman dari taman-taman surga atau parit dari parit-parit neraka.
Lantas apa yang hendak kita lakukan wahai saudara2ku..apakah kita tetep berbangga hati mengumpulkan dosa , menumpuknya, bahkan terus2an mengamalkannya ??
Pertanyaan pertama, “Amal apa yang sudah antum lakukan , untuk persiapan tidur panjang kita di alam kubur ?”
Aku melanjutkan, muslimska fillah..
Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai..…
Sekarang mari kita merenung, amalan apakah yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ? sudahkah kita siap untuk menghadap-Nya. Mari kita juga merenung, amalan apakah yang sudah kita lakukan sesuai dengan keinginan dan perintah Allah dan Rosul-Nya ? apakah amal shalih kita sudah kita iringi dengan perasaan khauf ( rasa takut), raja’ (rasa berharap) dan mahabbah (rasa cinta) ? adakah kita berani menjamin diri kita terlepas dari siksa Allah Ta’ala? Apakah kita sudah melupakan dosa-dosa kita. Dosa mata kita, dosa tangan kita, dosa kaki kita, dosa lisan kita, dan bahkan dosa hati kita ?
saya bukan bermaksud menghakimi muslimska fillah ...
“Saya tidak tahu amal kebaikan apa yang telah saya lakukan. Yang jelas, begitu sedikit amal kebaikan yang saya lakukan sedang dosa saya sangat banyak.”
“Selama ini mungkin amal yang saya lakukan sangat sedikit, bahkan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dosa-dosa yang telah saya lakukan. Mungkin amal saya belum cukup untuk menebus semua dosa-dosa yang telah aku lakukan.” Astaghfirullahal ‘Azhim…..


ayo mari saudaraku semua kita bahu membahu saling mengingatkan mengumpulkan bekal guna menjaga amukan para malaikat Munkar Nakir.

Pertanyaan kedua, “Apa pesan antum kepada orang-orang yang antum cintai, ayah, ibu dan teman-teman antum ?”
Aku melanjutkan,
MUSLIMSKA fillah….sekarang hadirkanlah bayangan orang-orang yang kita cintai, ibu dan bapak , keluarga anak istri /suami antum, Bayangkanlah wajah mereka semua. Hadirkanlah kenangan-kenangan indah bersama mereka. Mari kita sejenak mengingat jasa-jasa orang tua kita semua. Mengingat masa ketika kita masih dalam kandungan. Lupakah kita tentang berat tubuh kita yang dipikul oleh ibu kita ? selama kurang lebih Sembilan bulan 10 hari lamanya, ibu senantiasa membawa kita kemanapun beliau pergi. Dan Allah menyebut kesusahan yang dialami ibu kita saat mengandung dengan bahasa wahnan ‘ala wahnin, kesusahahan di atas kesusahan, kesulitan di atas kesulitan, kepayahan di atas kepayahan, yang bertambah-tambah.
 Memang demikian adanya. Ingatkah kita ketika di malam hari kita menangis, lalu ibu kita terbangun untuk menenangkan dan menidurkan kita lagi setelah selesai menunaikan hajat kita. Ingatkah kita ketika kita makan dan disuapi oleh ibu kita. Ketika kita mandi dan kita meraung-raung karena tidak ingin mandi.  Ingatkah juga ketika ibu kita mengajari kita, “A…Ba…Ta…Tsa…” dengan kesabaran yang sangat tinggi. Ingatkah kita bahwa tatkala kita sedang sakit,  ibu lah orang yang paling gundah dan gelisah.
Saudara-saudaraku yang aku sayangi dan aku cintai….
Sekarang, bayangkanlah wajah bapak kita. Tidakkah kita memahami bahwa hitamnya warna kulitnya dan berkeriputnya wajahnya adalah karena pengorbanannya yang tidak kenal lelah dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan kita mengeyangkan perut kita dengan rezeki makanan. Itu semua dilakukan demi kita, anak2nya. Orang tua kita ingin agar kita lebih pintar, lebih tiggi jenjang sekolahnya, lebih arif, lebih bahagia, lebih banyak mendapatkan ilmu-ilmu agama dan lebih bijaksana dalam memecahkan problem kehidupan yang akan kita dapatkan dan lebih bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan. Itulah bapak kita. Ia curahkan semua pengorbanannya kepada kita. Sekalipun sakit, ia tetap bekerja dan tidak memperdulikan rasa sakitnya asal kita mendapatkan kecukupan hidup. Semuanya demi kita ya muslimska fillah…,
Dan bayangkan juga suami / istri kita di mana mereka juga ikut andil dalam merubah pribadi kita menjadi pribadi yang indah, yang senantiasa menemani dan merawat kita, serta anak2 kita kita juga memiliki peran besar dalam melatih tanggungjawab kita sebagai seorang ibu / bapak, kebersamaan dan rasa kasih sayang yang mereka curahkan. Adakah kita melupakannya ?
Apakah kita termasuk orang congkak yang dengan muda melupakan jasa2 mereka semua ?
Sesekali Bernostalgialah dengan orang yang paling kita cinta; ibu dan bapak anak istri / suami agar memantik emosional kita sehingga seolah kita tersadarkan dan diingatkan oleh jasa-jasa mereka; di samping juga mengingatkan betapa seringnya kita melukai perasaan mereka padahal kita belum pernah membahagiakaannya (ingatlah bisa jadi itu akan jadi penghalang kita cium aroma surga ). sesekali marilah kita ungkapkan dosa2 yang pernah kita lakukan kepada mereka,  seperti :
bapak, maafkan atas apa yang telah aku lakukan pada bapak. Selama ini, aku sering sekali menyakitimu, aku sering membantahmu, aku sering marah-marahimu dulu gara2 ini itu. Maafkan atas semua perbuatanku selama ini, maafkan aku bapak….., Aku juga minta maaf pada ibu jika aku tidak berterima kasih atas apa yang ibu berikan, maafkan aku ibu jika aku selalu menjadi beban bagimu…maafkan aku ibu….jika aku selalu menyakitimu…istri / suamiku, maafkan aku karena aku sering menyakitimu, sering membantahmu Mungkin aku ini orang yang tidak mau berterima kasih padamu sayangku. Maafkan aku…” (bukankah jika begini hidup terasa indah bukan, bermaafan nggak harus nunggu idul fitri, bukan ? )


selanjutnya.......


“Ibu, engkau wanita mulia, ingin sekali anakmu ini memelukmu dan menciummu. Berjuanglah, doakanlah aku ibu agar aku menjadi anak yang sholeh-sholehah supaya kita bisa berkumpul kembali di akherat nanti. Semoga pengorbananmu dibalas oleh Allah dengan jannah dan dosa-dosamu diampuni. Terima kasih ibu….terima kasih atas semua pengorbananmu. Terima kasih ibu….,
Pertanyaan ketiga : Sudahkan kita membalas jasa kedua orang tua kita, minimal dengan banyak mendoaan mereka ?
Pertayaan keempat : Sudahkah kita banyak beristighfar kepada Allah atas dosa-dosa kita ?”
Pertanyaan kelima : Siapakah yang akan mendoakan kita ketika kita sudah meninggal dunia ?”


Aku melanjutkan......
Saudara-saudaraku semua yang aku sayangi…..
Kalau kita sudah mengenang kenangan-kenangan indah bersama bapak dan ibu anak istri / suami kita dan pengorbanan mereka yang tidak kenal lelah. Mari kita merenung sejenak, sudahkah kita membalas jasa-jasa mereka, minimal adalah dengan banyak berdoa ?
muslimska fillah….Mari kita banyak melantunkan doa yang dituntunkan oleh Rosululloh untuk kedua orang tua kita, -dengan suara terbata-bata saya memandu mereka untuk berdoa ;

رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
  
رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

”Duhai Allah, ya Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah 
mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”

”Ya  Allah, ya Tuhanku….ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana mereka mendidikku sewaktu aku kecil.”
Dari sekelumit cerita di atas ,satu pelajaran penting yang bisa kita dapatkan, yaitu pentingnya nasehat menasehati.


اللهم لاتؤاخذني بما يقولون واجعلني خيرا مما يظنون




Akhi….ukhti…..
Selalunya kita mengidentikkan malam pertama sebagai malam kebahagiaan bersama suami atau istri tercinta. Memang begitulah kenyataannya. Namun kita juga harus jujur; jujur kepada Allah dan diri kita sendiri. Bagaimana reaksi kita bila ternyata malam itu berubah menjelma menjadi malam pertama di dalam liang kubur yang gelap, pekat, sempit dan menyeramkan. Sendirian. Tiada kawan, tiada teman.
Tempat yang membuat Rosululloh melinangkan air matanya tatkala melihat ada seseorang yang dikuburkan; dengan berpesan kepada umatnya tercinta, “Li mitsli hadza, falya’malil ‘amilun….menghadapi hari seperti inilah, hendaknya seseorang beramal.”
Tempat yang juga membuat Utsman bin Affan berhenti sejenak sembari membayangkan apa yang terjadi dalam kubur; antara nikmat dan siksa, hingga beliau menangis dan berkata, “Aku pernah mendengar Rosululloh saw bersabda, “Kubur adalah salah satu taman dari taman-taman jannah, atau parit dari parit-parit neraka.”
Tempat yang juga membuat Harun Ar-Rasyid jatuh sakit hingga menyebabkan kematiannya. Dan tatkala ajalnya sudah hampir tiba, ia berkata, “Ya man la yazulu mulkuhu, irham man zala mulkuhu…Duhai dzat yang kekuasaannya tidak akan pernah hilang, kasihilah hamba yang akan kehilangan kekuasaanya.”
Tempat yang juga dijadikan rehat oleh salah seorang salaf tatkala ia mendapati kekerasan hatinya. Ia menggali lubang di dalam rumahnya. Tatkala tengah malam tiba, ia bangun dan tidur di pekuburan buatannya sembari berkata kepada dirinya sendiri, “Wahai jiwa, apa yang engkau inginkan sekarang? Aku ingin kembali ke dunia. Aku ingin banyak beramal shaleh” ia pun bangkit dan tumbuh semangat imannya.
Begitulah generasi terbaik umat ini membangkitkan spirit imannya. Terkadang satu kuburan lebih dahsyat dan berkesan dalam jiwa dari ribuan materi pelajaran yang didapatkan. Adakah kita memungkiri kenyataan bahwa kita akan melewatinya ? tetangga, saudara, kerabat dan orang-orang yang kita cinta pergi satu per satu meninggalkan kita namun kita lupa atau pura-pura terhadap kenyataan yang pasti akan kita temui nanti.
Sudah siapkah kita kalau pada saat ini; pagi, siang atau malam ini kita melalui malam pertama di kubur kita ?? Allahumma inna nas’alukal ‘afiyah, fid dunya wal akhirah….
Semoga bermanfaat, walluhu'alam..

0 Comment [area]:

 
[muslimska]MOONER area © 2010 - All right reserved - Using Copyright: hanya mutlak Punya Allah SWT
WARNING: keseluruhan isi blog ini free copy paste tanpa perlu izin penulis..Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu akbar